Advertisement
“Aku katakan padamu, jika hari ini kita masih merasakan derita, itu artinya kita masih hidup! Dan jika hingga hari ini kita masih merasakan derita orang lain, itu artinya kita masih manusia! Dan perjuangan ini adalah usaha kita menjadi manusia! Ingat! Perjuangan ini adalah usaha kita untuk mempertahankan kemanusiaan kita!”
pojokseni.com - Melalui hibah penelitian, penciptaan, dan penyajian (P3S) DRPM DIKTI, Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn, Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si, Enrico Alamo, S.Sn.,M.Sn dan Sherli Novalinda, S.Sn., M.Sn mempersembahkan karya Opera Batak yang bertajuk Sisingamangaraja XII episode TongTang I Tano Batak. Opera Batak ini rencananya akan dihelat dalam dua tempat yang berbeda di Negara Malaysia, tepatnya di Eksperimental Theatre, Universiti of Malaya (24/16/2018) dan di Universiti Teknologi Mara Cawangan Pahang (26/16/2018). Berangkatnya karya ini ke Negri Jiran, berkat dukungan dari RISTEKDIKTI, ISI Padangpanjang, PLOT, Universiti of Malaya, Universiti Teknologi Mara, Jabatan Drama dan Cultural Centre.
Enrico Alamo mengambil peran sebagai sutradara dalam garapan Opera Batak ini, dibantu dengan Sulaiman Juned dan Edi Suisno sebagai penulis naskah, kemudian Sherli Novalinda yang membantu menjadi koreografer serta IDN Supenedi dan Sriyanto sebagai komposer. Karya Opera Batak Sisingamangaraja XII episode TongTang I Tano Batak ini, mencoba mengaktualisasikan kembali epos yang menegaskan tulusnya pengorbanan seorang Raja (Si Singamangaraja XII) pada tumpah darah dan rakyat yang dipimpinnya. Namun, otentitas peristiwa sebagaimana yang terjadi dalam sejarah bukanlah emphasis penggarapan. Enrico Alamo sebagai sutradara menuturkan bahwa peristiwa-peristiwa yang dihadirkan tidak akan ditemui dalam catatan sejarah.
“Panggung hanyalah ‘batang’ pengemasan dramatik atas kepahlawanan Si Singamangaraja XII yang dihadirkan sebagai penguatan spektakel, sehingga peristiwa yang kami hadirkan tidak akan ditemui dalam catatan sejarah.”
Sulaiman Juned selaku penulis naskah juga menambahkan bahwa karya seni tetaplah ekpresi budaya yang tak bisa dibebani tanggungjawab pada penggambaran kebenaran yang faktual atau pemaparan rentetan peristiwa yang otentik.
“Sejarah dalam konteks ekpresi seni hanyalah pijakan inspratif dan latar peristiwa dalam penyusunan narasi yang dipertunjukan tetapi bukanlah ‘sejarah’ itu sendiri.”
Sisingamangaraja XII |
Opera TongTang I Tano Batak ini memfokuskan kisah Sisingamangaraja XII dari kisah Perang Batak (1876-1907). Perang Batak adalah perang yang meletus sebagai wujud perlawanan kerajaan Batak yang dipimpin Raja Si Singamangaraja XII, yang menolak pendudukan Belanda di tanah Batak. Perjalanan perang yang sarat dengan nilai-nilai patriotis tersebut ‘di-intisarikan’ dalam penggalaman fragmen-fragmen dengan dibumbui konflik mendalam baik di antara sesama pejuang (pemuka Kerajaan Batak) maupun ‘perang batin’ yang berkecamuk dalam diri mereka sendiri. Secara utuh, Opera Batak Si Singamangaraja XII mengisahkan tentang rententan peristiwa yang terjadi di awal melestusnya perang tersebut hingga gugurnya Sisingamangaraja XII.
Penulisan teks lakon Opera Batak lebih menyoroti eksistensi para tokoh. Edi Suisno yang juga turut andil dalam penyusunan teks lakon Opera Batak SiSingamangaraja XII mengatakan bahwa penulisan teks lakon Opera Batak ini berusaha memfokuskan pada masalah tokoh sebagai pribadi-pribadi biasa, yang bisa saja terusik pada pertimbangan-pertimbangan matreial dan ada juga saatnya bisa tergoda pada kelangsungan hidup yang mendunia.
“Upaya tersebut kami lakukan agar lakon Opera Batak Sisisingamaraja XII ini tidak terjebak dalam bombase yang hanya menjual heroisme dengan wejangan moral hitam putih yang pekat, atau dramatisasi peristiwa yang dibuat dengan cara menutup kejernihan logika.”
Negeri Jiran, Malaysia dipilih sebagai tempat tujuan pergelaran karya dengan alasan untuk memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia ke luar negeri. Asisten Produksi, Suci Intan Maulia mengatakan negara Malaysia dipilih karena Negeri Jiran tersebut hanya tahu Indonesia dengan budaya melayunya, tetapi belum mengetahi tentang budaya-budaya lainnya yang juga kaya, salah satunya budaya Batak.
“Karena dalam sudut padang Malaysia, Indonesia identik dengan kemelayuan. Sehingga budaya Batak belumlah mendapatkan ruang yang luas, pertunjukan ini diharapkan dapat memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia selain melayu, salah satunya budaya Batak. Dalam porsi ini, pertunjukan opera Batak ini menjadi penting dipentaskan di negara Malaysia.”
Karya Opera Batak Sisingamangaraja XII episode TongTang I Tano Batak didukung oleh Ikhsan Haryanto, Teuku Akmal, Berry Prima, Rika, Sekar Dewi Nawangwulan, Thomson HS, Edy Suisno, Sriyanto dan Sulaiman Juned sebagai aktor, lalu Lovia Triyuliani, I Dewa Ayu Sri Utari, Annisa Khairani, Suci Intan Maulia, Irwan Syahputra, dan Rahmat Elfi Julianto sebagai penari, kemudian IDN Supenida, Khairul Hatta, Sriyanto, dan Yohanes Xaverius Manik sebagai pemusik. Serta Giat Syaillilah yang mendukung sebagai pihak dokumentasi. (isi/pojokseni)