Advertisement
Timbuktu (Momo Africa) |
Timbuktu dulunya adalah pusat dari ilmu pengetahuan Islam. Timbuktu menjadi "rumah" untuk 25.000 mahasiswa dan juga madrasah. Dari abad ke-13 hingga 16, "rumah" ini berperan seperti layaknya mata air dalam menyebarkan pengaruh Islam hingga ke seluruh Afrika.
Berbagai teks suci Islam dibawa ke tempat ini agar bisa dipelajari oleh para kaum terpelajar dari Kairo, Persia, Baghdad, hingga orang dari negara lain yang tinggal di Timbuktu.
Reading Manuscript (pri.org) |
Walaupun sedang dalam kondisi yang terbilang sulit, Timbuktu memiliki banyak catatan tertulis berkaitan dengan sejarah Afrika yang harganya tak bisa dinilai dengan apapun.
Timbuktu Manuscript (Gulf News) |
Harapan banyak berdatangan, terutama harapan agar Timbuktu menjadi pusat budaya dengan tujuan untuk melestarikan berbagai koleksi yang tak ternilai harganya dan juga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.
Salah satu dari masjid (Alamy Stockphoto) |
Memasuki abad ke-16, penjajahan dimulai. Para penjajah dari Maroko mulai melakukan pengusiran terhadap para kaum terpelajar. Jalur perdagangan lambat-laun mulai bergeser ke arah pantai dan Timbuktu pun mulai bergeser fungsinya sehingga para kaum terpelajar berpindah ke tempat lain. Diakhiri dengan kolonialisme Prancis di akhir abad ke-19 yang memberikan dampak serius terhadap kejayaan Timbuktu.
Suasana Timbuktu (brandsouthafrica.com) |
Sebagai manusia yang berbudaya, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan apa yang sudah menjadi budaya kita, apalagi peninggalan yang bersejarah dan tak ternilai harganya seperti Timbuktu ini.
Dengan melestarikan budaya dan sejarah, maka anak-cucu kita nanti akan dapat menikmati dan merasakannya juga. (smc/pojokseni.com)