Advertisement
pojokseni.com - Ratusan penonton memadati Ruang Chairil Anwar Taman Budaya Sumatera Barat, Sabtu, 24 September 2018 dalam program Pagelaran Apresiasi Seni 2018 #3. Berbeda dengan dua pagelaran apresiasi seni sebelumnya yang dihelat sore hari dengan menghadirkan kelompok seni dari sekolah-sekolah menengah di Sumbar, pagelaran kali ini berlangsung malam, yakni pukul 20.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB. Kegiatan yang digagas oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat ini menghadirkan kelompok yang telah lolos kuratorial yakni Komunitas Seni Sendratasik Kampus Selatan (SKS) Universitas Negeri Padang (UNP), terdiri dari Teater SKS, Al Takdiru dan MKM 16.
Pertunjukan dibuka oleh kelompok Musik Kreasi Minangkabau (MKM) 16 yang membawakan eksplorasi musik yang berangkat dari Dayang Daini dan Muaro Peti. Personel MKM 16 yang keseluruhannya merupakan mahasiswa dari jurusan Sendratasik, FBSS UNP unjuk kebolehan dengan mengarasemen ulang kedua lagu lawas tersebut. Setelah dua komposisi musik dari MKM 16, menyusul kelompok musik Al Takdiru, dimana seluruh personelnya merupakan dosen-dosen muda di jurusan sendratasik UNP.
Menurut Firnando Sabetra, salah seorang personil Al Takdiru, kelompok musik ini terbentuk dari sebuah ruang kerja yang sama di jurusan Sendratasik UNP meskipun setiap personilnya mempunyai latar belakang yang berbeda. Keragaman itulah yang menjadi kekuatan kelompok yang selain Firnando beranggotakan Harisnal Hadi, Agung Dwi Putra, Irdan Epria, Robi Ferdian dan Fajri Subhan ini. Malam itu, dua komposisi musik dibawakan Al Takdiru berjudul Piaman Folk Song dan Elegi Kubang Balambak berhasil membuat penonton terhanyut.
Puncak dari pertunjukan Komunitas Seni Kampus Selatan adalah sebuah pertunjukan drama komedi melayu yang berjudul Musang Berjanggut, naskah karya Djamalun Abidin Ass dengan sutradara Novrizal Sadewa. Pertunjukan komedi yang berdurasi 60 menit ini sangat komunikatif, menghibur dan berhasil membuat penonton betah dan terpingkal hingga akhir pertunjukan.
Hal ini sejalan dengan keinginan sutradara Novizal Sadewa yang dalam konsep pertunjukannya ingin menghadirkan pertunjukan teater ala Sandiwara Kampuang yang tidak berjarak dengan penonton.
Musang Berjanggut bercerita tentang siasat dan kelicikan para petinggi di dalam sebuah kerajaan yang memperebutkan cinta Syarifah, istri seorang panglima bernama Cil Awang yang diperintahkan raja untuk menangkap musang berjanggut. Saat Cil Awang tidak berada di istana itulah, Datu Hakim, Datu Bendahara, Datu Temenggung dan Raja saling bersiasat berusaha untuk menggoda Syarifah.
Pemain yang diperankan oleh Novrizal Sadewa, Sagita Dwi Naila, Fabio Yudha, Handika Ramadhan, Didit dan Weno berhasil membuat penonton terpingkal-pingkal dengan aktik kocak yang tidak berlebihan sepanjang pertunjukan. Pertunjukan semakin semarak dengan iringan musik khas melayu yang diolah oleh kelompok musik Al Takdiru.
Pertunjukan yang menghibur dan komunikatif ini diapresiasi oleh banyak penonton yang hadir malam itu. Seperti halnya yang disampaikan oleh Nina Rianti dari kelompok musik Pentas Sakral, penonton pertunjukan di Sumatera Barat telah lama merindukan pertunjukan yang tidak berjarak seperti ini. Apresiasi serupa juga diberikan oleh Kepala UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Drs. Muasri yang berharap kedepan Taman Budaya kan lebih banyak mengundang kelompok seni pertunjukan yang menampilkan pertunjukan-pertunjukan yang akrab dan dekat dengan penonton.
Program Pagelaran Apresiasi 2018 berikutnya akan dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Maret 2018. Program #4 ini akan mengundang kelompok Himpunan Keluarga Seniman Musik Indonesia (HIKASMI) Sumatera Barat. HIKASMI akan membawakan ragam musik tradisional bagamaik dan beberapa nomor komposisi musik. (RP/AI/pojokseni)