Advertisement
Dari Seni Tradisi Padangpariaman Hingga Musikalisasi Puisi
Pagelaran Apresiasi Seni 2018 Untuk Sekolah #2 yang digagas oleh UPT Taman Budaya Sumatera Barat kembali digelar, Sabtu 10 Maret 2018, pukul 16.00 WIB di Ruang Chairil Anwar, Taman Budaya Sumatera Barat. Ini adalah gelaran kedua setelah gelaran pertama menampilkan SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, SMA Negeri 6 Padang pada tanggal 24 Februari yang lalu. Kelompok pertunjukan seni dari sekolah yang telah lolos kurasi dan diberi kesempatan tampil kali ini adalah, kelompok seni SMA Negeri 1 Lubuk Alung dari Kabupaten Padangpariaman, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Padang dan SMP Pertiwi 2 Padang.
(Baca juga : Taman Budaya Sumbar Gelar Pegelaran Apresiasi Seni Sekolah)
Siswa-siwi SMA Negeri 1 Lubuk Alung berhasil membawakan satu nomor pertunjukan yang berjudul Budaya Padangpariaman dalam Seni Pertunjukan dengan sangat baik dan memukau penonton. Pertunjukan yang dimainkan lebih dari 35 orang siswa-siswi ini merupakan sebuah pertunjukan yang mengaktualisasikan nilai-nilai budaya lokal yang berangkat dari pengolahan seni pertunjukan tradisi di Kabupaten Padangpariaman. Bentuk pertunjukan tradisi yang menjadi sumber garapan yang dibawakan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Alung itu adalah Gandang Tambua, Ulu Ambek, Indang, Dikia dan Barzanji, yang dikemas dalam satu kesatuan pertunjukan. Proses penggarapan pertunjukan ini, pihak SMA Negeri 1 Lubuk Alung bekerjasama dengan kelompok musik Talago Buni melalui program Gerakan Seniman Masuk Sekolah yang digagas oleh Kemdikbud beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu kelompok musikalisasi puisi MAN 2 Padang beberapa tahun terakhir yang kerap menorehkan prestasi terbaik di kejuaraan musikalisasi puisi tingkat provinsi dan nasional, menampilkan dua nomor pertunjukan musikalisasi puisi. Nomor pertama berjudul Merah Putih Genting yang diangkat dari puisi karya Iyut Fitra dan Akulah Pemiliknya yang dimusikalkan dari puisi karya Syarifuddin Ariffin. Selain Musikalisasi Puisi, siswa-siswi dari sekolah ini juga membawakan 3 (tiga) nomor Nasyid Shohibah Junior yang masing-masingnya berjudul Assalamualaika, Kun Anta dan Suara Harapan. Satu nomor Pencak Silat melengkapi pertunjukan dari MAN 2 Padang sore itu.
SMP Pertiwi 2 Padang sebagai satu-satunya perwakilan Sekolah Menengah Pertama (SMP), membawakan komposisi musik berjudul Hoyak Anak-Anak Nagari. Pertunjukan yang memberikan gambaran tentang permainan anak-anak Nagari yang ada di Minangkabau ini berhasil menghangatkan penonton meskipun saat pertunjukan berlangsung turun hujan badai. Melengkapi komposisi musik, dramatisasi puisi berjudul Gugur karya WS Rendra dan Lagu Pop Minang yang diiringi dengan Talempong Goyang juga dibawakan dengan manis oleh siswa-siswa SMP Pertiwi 2 Padang.
Selain siswa-siswi, kepala sekolah, dan beberapa guru dari berbagai sekolah di Kota Padang dan Kabupaten Padangpariaman, kegiatan ini dihadiri oleh beberapa seniman Sumatera Barat. Hadir dalam kegiatan ini beberapa seniman untuk mengapresiasi diantaranya Edi Utama, Asnam Rasyid, Dasman Ori, Ikhwanul Arif, Indra Kagami, Nina Rianti, Sexri Budiman, Jon Wahid, serta beberapa pegiat seni muda dari berbagai komunitas.
Sistem Kuratorial
Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Sumatra Barat, Drs Muasri, mengatakan program Pagelaran Apresiasi Seni tahun 2018 ini ditujukan untuk kelompok seni yang telah lolos kuratorial. Ada 16 (enam belas) program apresiasi untuk tahun ini yang telah disediakan oleh Taman Budaya Sumatera Barat. Sasaran program pagelaran apresiasi ini adalah kelompok-kelompok seni yang ada di sekolah, perguruan tinggi, sanggar seni tradisi dan kelompok seni independen yang ada di Sumatra Barat.
“Pihak Taman Budaya bekerjasama dengan seniman untuk proses kuratorialnya, sehingga tidak ada lagi istilah program Taman Budaya hanya diberikan kepada kelompok seni berdasarkan unsur kedekatan saja” ujar Muasri dalam sambutannya. “Tahun ini proses kuratorial kita percayakan kepada Mahatma Muhammad. Harapannya, pengelolaan program apresiasi seni Taman Budaya akan lebih terbuka dan program ini dapat menghidupkan kembali gairah dan iklim kelompok-kelompok seni pertunjukan di Sumatera Barat serta melahirkan kelompok-kelompok baru yang berkualitas” lanjutnya.
Mahatma Muhammad, selaku kurator program apresiasi ini mengatakan bahwa ia telah membuat komitmen dengan pihak Taman Budaya terkait dengan standarisasi proses kuratorial untuk kelompok seni yang diprogramkan. Menurutnya, standarisasi kelompok seni dari sekolah dan kempok seni dari perguruan tinggi yang direkomendasikan untuk mendapatkan program, adalah sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang seni, yang prosesnya berjalan kontinu dengan sistem regenerasi yang baik. Hal ini setidaknya menunjukkan keseriusan sekolah dan perguruan tinggi, tidak semata latihan ketika menjelang acara atau ketika hanya akan mengikuti lomba dan diberikan program untuk tampil. Selain itu prestasi sekolah dan UKM seni yang ada di perguruan tinggi di beberapa mata cabang lomba seni, atau keikutsertaan di berbagai festival dan iven seni yang diadakan oleh berbagai instansi dalam beberapa tahun belakangan juga menjadi catatan dalam proses kuratorial.
“Demikian juga kelompok seni independen, program ini diutamakan diberi pada kelompok seni pendatang baru yang rutin berproses, punya manajemen yang baik dan belum memperoleh program apresiasi seni dari Taman Budaya Sumbar beberapa tahun belakangan”, tutur Mahatma. Pagelaran Apresiasi Seni berikutnya akan digelar pada tanggal 24 Maret 2018 dengan menghadirkan kelompok seni dari perguruan tinggi, yakni Komunitas Seni Sendratasik Kampus Selatan (SKS) dan dari Universitas Negeri Padang. (pojokseni/rp)