Advertisement
Ilustrasi Pertunjukan Drama Realis (sumber. doc Teater Senyawa Curup) |
pojokseni.com - Tentu, ada persepsi yang berbeda tentang aliran realisme dalam teater. Realisme mencoba mengangkat kisah kehidupan sehari-hari ke atas panggung teater, namun ternyata tidak semuanya bisa diangkat ke atas panggung teater. Konsep realisme ternyata mengharuskan adanya intepretasi lain yang menjadikan kehidupan di dunia nyata musti diseleksi sebelum naik ke atas panggung.
Karena itu, muncullah naturalisme. Bisa dikatakan, naturalisme adalah salah satu gerakan realisme yang secara ekstrim diangkat ke atas panggung. Akarnya, menurut Jakor Sumarjo, adalah pendekatan ilmiah kondisi manusia yang dipengaruhi oleh lima indra manusia untuk mendapatkan kebenaran di atas dunia, yang dipengaruhi pula oleh berbagai faktor, seperti lingkungan dan keturunan.
Kaum naturalis mencoba mengungkapkan kebobrokan di tengah masyarakat, terutama kelas bawah. Di sini perbedaan mendasar muncul antara naturalisme dengan realisme, yang mana realisme mengangkat kisah berdasarkan perkiraan dan sepotong-sepotong. Berbeda dengan naturalisme yang secara ekstrim menampilkan kisah kehidupan, dengan sebagaimana aslinya. Andre Antoine misalnya, dalam drama karyanya, Tukang Jagal, toko daging di atas panggung hadir dengan potongan daging sebenarnya.
Perbedaan mendasar lainnya adalah naturalisme menggambarkan sesuai dengan apa yang dilihat dengan mata. Menggambarkan dunia, dilukiskan dengan apa adanya. Maxim Gorky memainkan drama berjudul Lower Depth pada tahun 1920 dengan penggambaran yang benar-benar mirip dengan aslinya. Sayangnya, aliran naturalis kalah dengan gempuran realisme pada era 1900-an.
Perbedaan selanjutnya, naturalisme lebih mengedepankan seni investigatif dari pada realisme yang hadir dengan seni mimesisnya. Tidak hanya itu, karena menggambarkan sesuai indra manusia, maka drama yang dihadirkan kaum naturalis sering kali pesimis dan lucu. (ai/pojokseni)