Advertisement
Ilustrasi Gus Noy (sumber : kompasiana) |
pojokseni.com - Terkait dusta publik Denny Januar Ali (DJA) tentang "lahirnya angkatan puisi-esai" dan Proyek Penulisan Buku Puisi Esai Nasional yang digagas dan didanai oleh DJA pribadi yang direncanakan melibatkan 170 penulis, penyair, jurnalis, dan peneliti di 34 propinsi di Indonesia, Aliansi Sastrawan Indonesia mendeklarasikan Anti Puisi-Esai. Hal itu dilakukan setelah mengamati beberapa poin, di antaranya:
Poin pertama yang disebutkan oleh Aliansi Sastrawan Indonesia Anti Puisi-Esai, bahwa klaim puisi esai sebagai genre baru sebagaimana tertulis di sampul buku Atas Nama Cinta milik DJA merupakan penggelapan sejarah sastra. Puisi Esai sebagai komposisi ekspositori dalam bentuk puisi sudah dikenal sejak masa Alexander Pope, penyair Inggris Abad ke-18, melalui buku puisinya, "An Essay on Man".
Poin kedua, puisi esai DJA bukanlah puisi esai. DJA bersikeras menyebut bentuk yang digagasnya sebagai puisi esai, padahal karakteristik yang dipakai adalah karakteristik puisi naratif, dengan plot, tokoh, dan ceritanya. Catatan kaki yang disyaratkan sebagai ciri ke-esai-an puisi esai juga bukan ciri utama atau keharusan esai. Esai kerap tak memiliki catatan kaki.
"Mendukung program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA sama artinya dengan mendukung kekeliruan definisi dan konsep tersebut, yang pada gilirannya merupakan tindak perusakan sastra sebagai kajian keilmuan," kata seorang sastrawan dari Aliansi Sastrawan Indonesia Anti Puisi-Esai, Saut Situmorang.
Poin ketiga, program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional adalah rekayasa politis DJA untuk mendapat pengakuan sebagai tokoh sastra dengan menggunakan kekuatan uang, sebagaimana pernah dilakukan melalui pembiayaan lomba puisi esai, dan penerbitan buku "33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh" dan "Membawa Puisi Ke Tengah Gelanggang".
Poin keempat, DJA diduga memanipulasi institusi negara yang berfungsi melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang bahasa dan sastra, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Balai Bahasa/Kantor Bahasa di sejumlah Provinsi di Indonesia untuk menyukseskan program manipulatif dan membodohkan, yaitu Penulisan Buku Puisi Esai Nasionalnya.
Pernyataan Sikap Aliansi Sastrawan Indonesia Anti Puisi-Esai
Berangkat dari poin-poin tersebut, Aliansi Sastrawan Indonesia Anti Puisi-Esai menyatakan beberapa hal di bawah ini:
1. Menolak program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional tersebut, juga program lain dengan modus sama.
2. Meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengusut keterlibatan oknum-oknum di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Balai Bahasa/Kantor Bahasa di seluruh Indonesia dalam program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA.
3. Menyerukan kepada instansi pemerintah maupun organisasi non pemerintah terkait bidang sastra, budaya, penulisan kreatif dan literasi, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia, Kementerian Pariwisata Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, Persatuan Penulis Indonesia (Satupena), Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI), Komite Buku Nasional, Perpustakaan Nasional RI, Ikatan Penerbit Indonesia dan lain-lain, untuk bersama, dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsi masing-masing, melakukan penyadaran kepada masyarakat serta mencegah dan memberantas berbagai upaya rekayasa, manipulasi dan penyesatan dalam bidang sastra dan literasi yang dilakukan baik oleh DJA dan jaringannya, maupun pihak-pihak lain.
4. Meminta DJA menghentikan program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional di atas.
5. Menyerukan kepada semua yang terlibat program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA untuk mengundurkan diri, membatalkan kontrak, dan mengembalikan honor.
6. Menyerukan kepada komunitas-komunitas sastra di seluruh Indonesia untuk ikut menolak program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA dan mencegah para anggotanya terlibat di dalamnya.
7. Membantah telah lahir sebuah angkatan baru dalam Sastra Indonesia yang oleh DJA disebut sebagai "angkatan puisi-esai" tersebut.
Hal tersebut diterima pojokseni.com melalui rilis yang dikirim oleh Aliansi Sastrawan Indonesia Anti Puisi-Esai dari Jogjakarta pada tanggal 27 Januari 2018. Hingga saat ini, penolakan terhadap puisi essay dan klaim DJA terus bergelombang datang dari seluruh penjuru Indonesia. (ai/pojokseni)