Advertisement
Republik Petruk sebuah refleksi dan rekreasi
pojokseni.com - Bengkel Seni Alugara Yogyakarta akan membawakan lakon pewayangan ke atas panggung Teater. Naskah yang akan dibawakan adalah Republik Petruk, karya Nano Riantiarno, disutradarai oleh Abimanyu Prasastia Perdana.
Pentas ini akan dilaksanakan di GOR Wates, Kabupaten Kulonprogo pada hari Sabtu (16/9/2017) mendatang. Pementasan tersebut akan digelar mulai pukul 19.30 hingga 22.00 WIB.
Lewat pers rilis kepada pojokseni, sutradara pertunjukan, Abimanyu Prasastia Perdana menyatakan, membawakan sebuah lakon wayang pada pertunjukan teater membuat Bengkel Seni Alugara jadi tersadar bahwa ternyata banyak sekali para anak muda yang tidak mengenal wayang apalagi wayang menjadi bagian dari kehidupan anak muda.
"Padahal kita semua hidup di daerah yang sangat kental akan budaya dan wayang. Berangkat dari hal tersebut Bengkel Seni Alugara tergerak untuk membuat sebuah karya pertunjukan teater bertajuk Republik Petruk karya N. Riantiarno," kata Abimanyu Prasastia Perdana.
Ide awal tersebut, lanjutnya, akhirnya berkembang menjadi sebuah proses kreatif, dikemas dalam bentuk pertunjukan teater dengan target penonton pelajar dan kalangan remaja, tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bengkel Seni Alugara. Karena pementasan ini adalah cara bagaimana para anak muda muda mengenal wayang (tokoh dan peristiwa) maka pertunjukan inipun akan digarap dengan gaya anak muda (mulai dari kostum sampai genre musik yang akan dibawakan).
Abimanyu berharap, dengan kemasan tersebut semoga pertunjukan Republik Petruk yang akan digelar di Gelanggang Olah Raga Wates pada 16 September 2017 ini menjadi sebuah pertunjukan alternatif untuk mendekatkan wayang pada kalangan anak muda terutama pelajar.
Ia menambahkan, dengan mengutip dialog Petruk pada lakon yang akan dibawakan nanti “Orang Jawa memang wajib mengenal cerita dan tokoh wayang. Karena kalau ada orang Jawa yang tidak mengenal wayang maka dapat dipastikan orang tersebut sudah tercabut akar budayanya dan jadi orang asing".
"Maka dari itu saya akan membawakan kembali lakon ini secara runtut agar dapat dipahami oleh penonton yang bukan orang Jawa ataupun orang Jawa yang sok modern," jelasnya.
Untuk menyaksikan pertunjukan ini Anda hanya perlu membeli tiket seharga Rp 15.000 saja. Untuk pembelian tiket sebelum pementasan atau pre-sale hanya sebesar Rp 10.000. Informasi lebih lanjut, silahkan kontak narahubung Ita di nomor Whatapp (WA) 0857-0790-9063 atau Cintya di nomor WA 0877-8846-8904 dan Soni di nomor WA 0822-2641-8096.
Bengkel Seni Alugara Yogyakarta merupakan salah satu lembaga nirlaba yang bergerak dalam kegiatan Seni Pertunjukan, Sastra dan Film. Lembaga ini didirikan di Dusun. Ngruno RT 47 RW 20 Karangsari, Pengasih, Kulonprogo. DI Yogyakarta. Indonesia, pada tanggal 12 April 2016. Saat ini Bengkel seni Alugara sudah mempunyai anggota 156 orang dari Kalangan Seniman, Pelajar dan Mahasiswa. Informasi terhimpun pojokseni.com, pengurus Bengkel Seni Alugara terdiri dari seniman, praktisi kesenian (Sarjana Seni) dan mahasiswa dari berbagai bidang studi yang merupakan warga asli Kulonprogo.
Bengkel Seni Alugara Yogyakarta memiliki tujuan untuk menciptakan ruang belajar yang menjujung nilai-nilai kemanusiaan dan ke-Tuhan- an berdasarkan Pancasila melaui media kesenian yang kreatif, produktif dan positif
Sinopsis Republik Petruk
Kisah bermula, saat Mustakaweni berhasil mencuri Jimat Kalimasada, Pusaka Pandawa, dengan cara menyamar sebagai Gatotkaca. Srikandi, perempuan pahlawan itu, tak mampu
merebut kembali Kalimasada. Pada saat bersamaan, dating ksatria bagus bernama Priambada. Dia sedang mencari ayahnya, Arjuna.
Srikandi sedia menolong dengan syarat : sang ksatria harus merebut kembali jimat Kalimasada. Priambada bersedia. Maka, terjadilah perebutan yang asyik dan seru. Mustakaweni ternyata jatuh hati dan membiarkan Priambada merebut Jimat Kalimasada, mesti tetap pura-pura melawan. Karena kerepotan, Priambada menitipkan jimat Kalimasada kepada Petruk.
Alkisah, ada dua dewa; Kaladurgi dan Kanekaratena, yang memprovokasi agar Petruk memanfaatkan tuah Jimat Kalimasada.
”Titipan harus dimaksimalkan, kekuasaan di depan mata, peluang tak bakal datang dua kali.”
Akhirnya, Petruk tergoda. Berkat tuah Jimat Kalimasada, Petruk kembali berhasil menakhlukan kerajaan Lojitengara. Lalu dia merekrut diri menjadi Raja dengan gelar Prabu Belgeduwelbeh Tongtongsot.
Maka, terjadilah reformasi politik. Apa saja diperbolehkan. Korupsi asal tak ketahuan, oke-oke saja. Lojitengara makrnur. Para polisi bersikap dedikatif, KKN dan berbagai penyelewengan, atas nama dernokrasi, memang marak tapi terkendali. Prabu Belgeduwelbeh santai saja. Malah dia banyak makan, banyak menyanyi, dan banyak menari.
Akan tetapi, konon, jika sebuah negeri berhasil dirajai Petruk maka hilang sudah peluang untuk menjadi lebih baik. Semua berhenti pada wacana. Bicara serasa berbuat. Tersenyum serasa sudah berjasa. Janji-janji senilai sampah Haruskah berhenti? Atau, menghentikan cara Petruk memerintah? Atau, hanya, menunggu segala hancur, licin tandas tanpa sisa, sehingga nakyat tak lagi punya apa-apa? Jadi, siapa mampu menggantikan Raja Petruk Belgeduwel Beh Tongtongsot? Tunggu kelanjutan kisahnya di pertunjukan ini. (ai/mp/pojokseni)