Advertisement
pojokseni.com - Provinsi Bengkulu, yang sempat diklaim sebagai provinsi termiskin di Indonesia menjadi perbincangan hangat selama beberapa waktu terakhir. Dimulai dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK yang melibatkan mantan Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti beserta istri. Ini bukan yang pertama, karena sebelumnya mantan Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najamudin juga masuk bui setelah dinyatakan terlibat kasus korupsi. Lebih mengejutkan, mantan Gubernur Bengkulu yang lain, Junaidi Hamzah juga ditahan karena diduga terlibat kasus korupsi. Berarti, tiga Gubernur Bengkulu sudah terjaring dalam jala yang sama, dalam umpan yang sama dan kasus yang sama.
Sejak dulu, banyak yang berkata bahwa Bengkulu adalah lubuk kecil yang banyak buayanya (Lubuk Kecik Buayo Banyak). Bahkan, setelah tiga mantan gubernur, juga beberapa tokoh lain seperti dari pengadilan, kejaksaan, kontraktor dan lain-lain ikut terseret dalam gelombang korupsi. Korupsi berjamaah, begitu kata masyarakat Bengkulu terhadap aksi yang dilakukan para pejabat teras di daerah tersebut.
Masih ada juga mantan bupati, dan mantan-mantan kepala dinas yang ikut terseret kasus serupa. Anggota DPR hingga DPRD juga sudah beberapa yang masuk jeruji besi karena korupsi, semakin menasbihkan gelar yang sudah lama disematkan pada provinsi yang baru berdiri pada akhir era 60-an ini. Lubuk kecil dengan banyak buaya, berarti makanan dan air yang sedikit, tapi diperebutkan banyak buaya. Sekarang, satu persatu buaya ditangkapi, apakah lubuk kecil ini sudah bebas dari buaya?
Hal itulah yang coba disampaikan oleh para seniman Bengkulu lewat performance art bertajuk "Buaya Gila". Beberapa performer menggunakan boneka buaya yang kemudian digunakan kemana-mana, sampai ke jalan-jalan, tempat wisata dan teater terbuka Taman Budaya Bengkulu. Penampilan tersebut ditujukan untuk mengkritisi dan ungkapan kekecewaan seniman Bengkulu atas perbuatan para pemimpin yang justru mencoreng nama daerah dengan tindakan korupsi.
Boneka berbentuk buaya dengan ekor yang panjang berkeliling di beberapa tempat, menggambarkan bahwa ada buaya yang masih berkeliling mencari mangsa di daerah itu. Juga pesan tersebut dialamatkan pada instansi yang memiliki tupoksi memberantas korupsi seperti KPK, kepolisian dan sebagainya untuk membantu membersihkan lubuk kecil tersebut dari buaya-buaya. (ai/pojokseni)