Advertisement
Sunan Kalijaga |
pojokseni.com - Sunan Kalijaga, seorang dari Wali Songo yang berjasa besar menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga memang lain daripada yang lain. Ia dikenal dengan pakaian Jawa dan blankonnya, alih-alih mengenakan sorban seperti para Sunan lainnya. Sunan Kalijaga dijadikan salah satu contoh tauladan seorang pemeluk Islam yang taat namun sangat toleran pada budaya lokal. Bahkan, Sunan Kalijaga menggunakan lagu daerah, pertunjukan wayang, baju taqwa, sekatenan, garebeg, dan lain-lainnya untuk menyiarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru Jawa.
Sunan Kalijaga, disebut hidup selama lebih dari 100 tahun. Dengan tahun kelahiran diprediksi pada tahun 1450, maka Sunan Kalijaga ikut mengalami sejumlah kejadian fenomenal di era itu, seperti runtuhnya kerajaan besar Majapahit, berdirinya beberapa Kesultanan bercorak Islam seperti Demak, Banten, Cirebon dan Pajang, juga lahirnya Kerajaan Mataram Islam. Ia juga terlibat langsung dengan pembangunan Masjid Agung Demak, dengan membuat tiang utama dari tatal atau pecahan kayu yang fenomenal sepanjang masa.
Beberapa karya seni dari Sunan Kalijaga, antara lain lakon Pusaka Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu adalah kisah pewayangan yang menyelipkan syiar Islam di balik ceritanya. Pusaka Kalimasada berasal dari "Kalimat Syahadat". Siapa yang memegang pusaka ini akan mendapatkan kekuatan tak terhingga, bahkan Petruk juga bisa menjadi raja karena memegang pusaka ini. Tentu hal tersebut ditujukan dengan pesan, siapa yang memeluk Islam maka akan mendapatkan "kekuatan" dan keberuntungan.
Beberapa lagu buatan Sunan Kalijaga seperti Gundul-gundul Pacul juga menyisipkan ajaran tentang kehidupan di tengahnya. Kisah punakawan yang terdiri dari Semar, Nala Gareng, Petruk dan Bagong juga merupakan tokoh ciptaannya yang disematkan ke dalam pewayangan. Keempat tokoh ini memiliki arti tertentu, yang akan kami bahas dalam artikel selanjutnya.
Toleran Pada Budaya Lokal
Toleran pada budaya lokal, menyematkan pesan ajaran agama dan kehidupan pada sebuah karya seni, tetap mempertahankan kebudayaan Jawa menjadikan Sunan Kalijaga begitu populer di Jawa. Namanya juga terus dikenang meski sudah wafat dan dimakamkan di Kadilangu, Demak. Bahkan, setiap tahun, terutama menjelang Ramadhan, kuburannya juga ramai diziarahi oleh pengunjung dari berbagai penjuru.
Sebenarnya, ajaran yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga cenderung pada paham sufistik berbasis salaf, bukan sugi panteistik yang cenderung seperti pemujaan semata. Lewat caranya melibatkan kesenian dan kebudayaan sebagai landasan dan media penyebaran agama dan dakwah, Sunan Kalijaga melakukan dua hal sekaligus, dakwah dan merawat budaya.
Oleh karena itu, Sunan Kalijaga adalah tauladan yang baik dalam menjalani agama sekaligus merawat toleransi dan kebudayaan lokal. Dalam kesempatan Ramadhan tahun ini, tentunya pojokseni.com mengajak kita semua agar tetap merawat toleransi, budaya lokal, kesenian lokal dalam nafas keagamaan dan hanya untuk mendapat ridha Tuhan, demi persatuan yang kuat dan tidak tergoyahkan. (ai/pojokseni.com)