Advertisement
Publik Seni
oleh Ikhsan Satria Irianto (pojokseni.com)
TAK dapat dielakkan,
sebuah peristiwa teater membutuhkan publik sebagai spektator. Seperti apa yang
dikatakan Sumardjo dalam buku Perkembangan
Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, “Kesenian adalah ekspresi
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.” Sehingga setiap ekspresi jiwa
seseorang memerlukan orang lain untuk mengapresiasinya. Meskipun Jerzy
Grotovsky, seorang tokoh teater dunia pernah melakukan pembatasan pada jumlah
penonton. Namun hanya pada taraf membatasi bukan menihilkan. Karena pada
hakikatya, pengkarya, karya dan penonton memiliki hubungan timbal balik yang
sangat erat dan tak dapat dipisahkan untuk melengkapi teciptanya peristiwa
teater. Sehingga, pengkarya seharusnya menyediakan ruang-ruang yang berpihak
kepada penonton pada setiap garapan pertunjukannya.
Sebagai bahan
acuan, mari kembali melihat bentuk teater tradisional di Indonesia. Yang mana
teater tradisional Indonesia berangkat dari fenomena-fenomena yang sangat akrab
pada masyarakat tanpa ada batasan kelas dan kasta. Tema-tema karya sangat
populis dan merakyat, sehingga teater menjadi sarana hiburan yang cukup
diminati. Dengan garapan yang akrab dan ide cerita yang ringan namun sarat akan
makna, teater-teater tradisional tetap berada di hati rakyat dalam konteks
hiburan.
Namun, ini bukan
bermaksud memuja kejayaan lama atau mengtradisionalisasikan teater Indonesia
hari ini. Karena kesenian khususnya teater memiliki tempat yang sejajar bagi perkembangan
bangsa. Jadi, kesenian akan terus berevolusi. WS. Rendra juga sepakat dengan
istilah berkembangnya kesenian tradisional di Indonesia. Dalam buku
Mempertimbangkan Tradisi Berucap, ia berkata: “Fitrah hidup itu tumbuh dan berkembang. Tradisi yang tidak mampu
berkembang berarti menyalahi fitrah hidup.”
Pada
perkembangannya, kebudayaan di Indonesia telah mengalami asimilasi, akulturasi,
difusi, dan adaptasi. Hal ini juga berpengaruh pada perkembangan teater
Indonesia. Bentuk-bentuk teater baru yang bersumber dari wilayah kontinental
yang memiliki kompleksitas yang lebih dengan cepat meresap dan menjamur di
Indonesia. Terjadilah proses tukar menukar dan pinjam meminjam. Hal ini merupakan angin segar
bagi perteateran di Indonesia. Para seniman teater berlomba-lomba untuk
memformulasikan bentuk teater inovatif. Gagasan-gagasan lokal dikemas dalam
baluntan konvensi barat, atau sebaliknya.
Pada
kenyataannya hari ini, hari dimana konvensi-konvensi kesenian telah kabur dan
bercampur baur. Berpijak pada istilah seni merupakan ekspresi jiwa, seniman-seniman
teater mulai tergoda pada eksplorasi gagasan tanpa batas untuk kebutuhan
estetika ekspresinya. Sebagian mereka percaya bahwa teater bukanlah sekadar
media komunikasi antara seniman dan publik, tetapi lebih luas dan liar lagi.
Sehingga, pertunjukan teater pada beberapa dekade ke belakang di Indonesia tak
lagi memberikan kisah atau peristiwa. Teater Indonesia hari ini lebih
mengutamakan bentuk, teknik, paham, filsafat dan teori-teori. Sehingga
pertunjukan teater kian berani mengusung tema yang berat, amoral, abnormal dan nonkonvensional. Sehingga
teater Indonesia hari ini terkesan milik kaum borjuis atau tontonan urban.
Hal ini
menyebabkan pengkarya terkesan arogan, tak tersentuh dan tak terpahami. Subyektifitas
pengkarya sangat kentara pada setiap karya teaternya. Nihilnya pemahaman
tunggal atau tak adanya objektifitas dalam setiap karya teater, merupakan
faktor utama teater kian ditinggalkan oleh penonton. Pertunjukan-pertunjukan
teater terasa sangat angkuh dan tak terjangkau oleh sebagian orang. Hingga
terkesan bahwa teater hari ini telah menolak bahwa setiap kesenian selalu
memiliki tempat yang penting pada masyarakat.
Inilah
kecenderungan teater Indonesia hari ini, panggung-panggung menyajikan simbol-simbol
metafora yang berat ditangkap maknanya hingga membingungkan sebagian
penikmatnya. Gagasan-gagasan subjektif nonkomunikatif memberikan pelaung bagi publik untuk
meninggalakan teater. Seniman teater hari ini lebih memikirkan beban estetik
pada pertunjukannya, tanpa memikirkan jangkaun publik yang menikmatinya. (pojokseni.com)