Kelucuan Karajo Tajidin dan Teror Sirompak Menjadi Pembuka HATEDU di ISI Padangpanjang -->
close
Pojok Seni
28 March 2017, 3/28/2017 03:41:00 PM WIB
Terbaru 2017-03-28T17:31:30Z
Media Patnerteater

Kelucuan Karajo Tajidin dan Teror Sirompak Menjadi Pembuka HATEDU di ISI Padangpanjang

Advertisement

pojokseni.com - Teater Rumah Teduh dari UKS UNAND, Teater Katarsis Psikologi UNP dan Dharmasiswamime menjadi penampil pembuka pada Malam Pertunjukan Perayaan Hari Teater Sedunia oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Seni Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang pada hari Senin (27/03/2017) pukul 20.00 WIB di Teater Arena Mursal Esten ISI Padangpanjang. Sebelumnya opening ceremony dibuka oleh Pembimbing Himapro Seni Teater, Enrico Alamo, S.Sn,. M.Sn. Opening Ceremony Perayaan Hari Teater Sedunia dimeriahkan oleh Etnic Percussion, Atraksi Tapuak Galembong, Pawai dan Pesta Kostum. 

“Manusia Robot” oleh Dharmasiswamime berhasil membuka Malam Pertunjukan dalam rangkaian perayaan hari teater sedunia oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Seni Teater. Sebuah repertoar pantomime yang ingin mengkritisi kehidupan manusia modern yang kian hari kian tertata oleh teknologi laksana robot.

Repertoar yang berdurasi 20 menit ini begitu memukau dengan gerak-gerak robotic dan dupstep yang dipadukan dengan gesture pantomime. Pertunjukan dari Dharmasiswamime ini juga berkolaborasi dengan salah satu pantomimer paling produktif di Sumatra Barat, Frisdo Ekardo. Namun, teman-teman Dharmasiswamime terlalu terpukau dengan teknik-teknik yang sangat sulit. Sehingga pesan cerita kurang terkomunikasikan dengan baik.



Pertunjukan selanjutnya adalah sebuah randai kreasi dari Teater Rumah Teduh UKS UNAND. Sebuah inovasi randai ini membawa cerita yang berjudul “Karajo Tajudin”. Pertunjukan randai berbahasa minang ini mencoba mengambungkan konsep-konsep teater barat kedalam garapan randainya. Inovasi yang sangat kentara adalah dengan mencoba menghadirkan beberapa set properti kedalam pertunjukan randai. 

Pertunjukan yang berdurasi satu setengah jam ini begitu mengundang gelak tawa penonton. Dialog-dialog komunikatif yang merakyat begitu akrab di telinga penonton yang mayoritas orang minang kabau. Masalah ‘Karajo’ (kerja) benar-benar menjadi problematika keseharian masyarakat minang kabau. Sehingga kisah yang dihadirkan begitu menyita perhatian penonton.

Namun, Teater Rumah Teduh seakan terlalu asik berkelakar. Sehingga pertunjukan “Karajo Tajudin” terasa sangat renggang. Tak adanya tangga dramatik, membuat kisah yang dihadirkan terasa hambar.
Pertunjukan terakhir pada malam pertama adalah “Sirompak Bunian Malam” persembahan Teater Katarsis Psikologi UNP. Sebuah kisah tentang ‘Sirompak’ (Santet) di Minangkabau. Menurut teman-teman Teater Katarsis, masalah santet menyantet masih ada pada hari ini. Sehingga ‘Sirompak’ masih sangat konteks jika dibahas pada hari.

Pertunjukan yang berbau mistis ini begitu memberikan teror pada penonton, melalui adegan-adegan yang terkesan ‘kejam’ dan menakutkan.  (isi/pojokseni)

Ads