Advertisement
pojokseni.com - Teater Rumah Teduh dari UKS UNAND, Teater
Katarsis Psikologi UNP dan Dharmasiswamime menjadi penampil pembuka
pada Malam Pertunjukan Perayaan Hari Teater Sedunia oleh Himpunan Mahasiswa
Program Studi Seni Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang pada hari
Senin (27/03/2017) pukul 20.00 WIB di Teater Arena Mursal Esten ISI
Padangpanjang. Sebelumnya opening ceremony dibuka oleh Pembimbing Himapro Seni
Teater, Enrico Alamo, S.Sn,. M.Sn. Opening Ceremony Perayaan Hari Teater
Sedunia dimeriahkan oleh Etnic Percussion, Atraksi Tapuak Galembong, Pawai dan
Pesta Kostum.
“Manusia Robot” oleh Dharmasiswamime berhasil membuka Malam
Pertunjukan dalam rangkaian perayaan hari teater sedunia oleh Himpunan
Mahasiswa Program Studi Seni Teater. Sebuah repertoar pantomime yang ingin
mengkritisi kehidupan manusia modern yang kian hari kian tertata oleh teknologi
laksana robot.
Repertoar yang berdurasi 20 menit ini begitu memukau dengan
gerak-gerak robotic dan dupstep yang dipadukan dengan gesture pantomime.
Pertunjukan dari Dharmasiswamime ini juga berkolaborasi dengan salah satu pantomimer
paling produktif di Sumatra Barat, Frisdo Ekardo. Namun, teman-teman
Dharmasiswamime terlalu terpukau dengan teknik-teknik yang sangat sulit.
Sehingga pesan cerita kurang terkomunikasikan dengan baik.
Pertunjukan selanjutnya adalah sebuah randai kreasi dari
Teater Rumah Teduh UKS UNAND. Sebuah inovasi randai ini membawa cerita yang
berjudul “Karajo Tajudin”. Pertunjukan randai berbahasa minang ini mencoba
mengambungkan konsep-konsep teater barat kedalam garapan randainya. Inovasi
yang sangat kentara adalah dengan mencoba menghadirkan beberapa set properti
kedalam pertunjukan randai.
Pertunjukan yang berdurasi satu setengah jam ini begitu mengundang gelak tawa penonton. Dialog-dialog komunikatif yang merakyat begitu akrab di telinga penonton yang mayoritas orang minang kabau. Masalah ‘Karajo’ (kerja) benar-benar menjadi problematika keseharian masyarakat minang kabau. Sehingga kisah yang dihadirkan begitu menyita perhatian penonton.
Pertunjukan yang berdurasi satu setengah jam ini begitu mengundang gelak tawa penonton. Dialog-dialog komunikatif yang merakyat begitu akrab di telinga penonton yang mayoritas orang minang kabau. Masalah ‘Karajo’ (kerja) benar-benar menjadi problematika keseharian masyarakat minang kabau. Sehingga kisah yang dihadirkan begitu menyita perhatian penonton.
Namun, Teater Rumah Teduh seakan terlalu asik berkelakar.
Sehingga pertunjukan “Karajo Tajudin” terasa sangat renggang. Tak adanya tangga
dramatik, membuat kisah yang dihadirkan terasa hambar.
Pertunjukan terakhir pada malam pertama adalah “Sirompak
Bunian Malam” persembahan Teater Katarsis Psikologi UNP. Sebuah kisah tentang ‘Sirompak’
(Santet) di Minangkabau. Menurut teman-teman Teater Katarsis, masalah santet
menyantet masih ada pada hari ini. Sehingga ‘Sirompak’ masih sangat konteks
jika dibahas pada hari.
Pertunjukan yang berbau mistis ini begitu memberikan teror pada
penonton, melalui adegan-adegan yang terkesan ‘kejam’ dan menakutkan. (isi/pojokseni)