Shakespeare dan Perombakan Sejarah -->
close
Pojok Seni
25 January 2017, 1/25/2017 01:20:00 PM WIB
Terbaru 2017-01-25T06:20:30Z
ArtikelBerita

Shakespeare dan Perombakan Sejarah

Advertisement

Oleh Ikhsan Satria Irianto


William Shakespeare adalah budayawan dan sastrawan besar Inggris yang dilahirkan di Warwickshire, Inggris. Berkat karya-karyanya, Shakespeare dinobatkan sebagai salah satu pengarang paling berpengaruh pada eranya. Bahkan Michael Hart mencantumkan namanya dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh sepajang sejarah. Shakespeare mengarang 38 buah drama, termasuk beberapa buah drama kecil yang mungkin dikarang bersama orang lain, serta 154 buah puisi soneta dan tiga atau empat buah puisi panjang.

Berkat imajinasi serta kreativitasnya, Shakespeare melahirkan beberapa naskah yang sampai hari ini masih memiliki daya tarik untuk dinikmati sebagai karya sastra maupun teater. Adapun karya-karya Shakespeare antara lain The Taming of the Shrew, Troilus dan Cressida, Hanry IV, Richard II, dan lainnya. Dalam karya-karyanya sangat kentara penggabungan antara klasik, romantik dan realis.

Pada periode kemuraman dan depresi dalam hidupnya, dramawan jenius ini melahirkan karya-karya tragedinya yang monumental. Kisah-kisah tegedi yang dilahirkannya menggunakan persoalan yang inspiratif, tematis, dan universal. Semisal Romeo dan Yuliet, Hamlet, King Lear dan Yulius Caesar. Keempat naskah ini, dianggap sebagai karya tragedi terbesar Shakespeare. Naskah-naskah Shakespeare banyak terispirasi dari sejarah. Namun, Shakespeare menyisipkan proses Fabrikasi kedalam karyanya.

Salah satu naskah tragedinya yang menarik untuk ditelaah adalah Julius Caesar. Naskah ini juga tak luput dari sisipan proses fabrikasi Shakespeare. Naskah yang menggunakan bahasa figuratif ini diadaptasi dari kisah nyata atas kekalutan pemerintahan pada Bangsa Romawi kuno. Shakespeare melihat relevansi yang sangat kuat antara kisah Julius Caesar dengan keadaan Inggris saat itu. Kepemimpinan Ratu Elizabeth 1 yang menurut Shakespeare berpotensi menimbulkan kudeta besar-besaran dan perang saudara. Julius Caesar lahir sebagai kecaman Shakespeare terhadap problematika realitas yang berada disekitarnya pada waktu itu.

Naskah Julius Caesar menceritakan  tentang pemberontakan sekelompok pembesar kerajaan Romawi terhadap Caesar. Mereka berhasil membunuh Caesar dan mencoba memberi pembenaran atas tindakan mereka pada rakyat. Tetapi usaha itu tidak berhasil. Para pengikut setia Caesar membalas dendam dalam sebuah peperangan.

Shakespeare terbilang sangat berani untuk mencoba mengangkat sejarah kedalam karya sastra. George Macauly Travelyan mengatakan bahwa “Untuk merekontruksi sejarah kedalam karya sastra membutuhkan imajinasi yang tinggi agar sejarah menjadi lebih menarik tanpa menghancurkan kisah aslinya.” Sependapat dengan Travelyan, Shakespeare telah dengan sengaja merobak sejarah sesuai kebutuhan estetikanya. Karena sangat tidak mungkin menulis karya seni historikal tanpa perombakan, meskipun itu dilakukan seminimal mungkin.

Perombakan sejarah dalam naskah Julius Caesar sangat kentara. Berpijak pada sejarah aslinya terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Bahwa sebenarnya kemenangan Julius Caesar yang menjadi bagian adegan pembuka (Naskah yang di tulis Shakespeare) dirayakan enam bulan sebelum perayaan Lupercalia pada sejarahnya. Selanjutnya bahwa sebenarnya Caesar dibunuh di depan rumah Pompey dan bukan di depan gedung Kapitol tempat anggota  senat berkumpul. Dan kemudian, bahwa Shakespeare menggabungkan dua pertempuran Philipi di dua waktu berbeda menjadi satu pertempuran di satu waktu saja dan banyak lagi.

Namun berkat perombakan ini, alur dramatik Julius Caesar menjadi lebih menarik. Puncak dari komplikasi terasa lebih menggigit. Dengan pemadatan itu, pergolakan jiwa tokoh-tokoh dan suasana-suasana yang dihadirkan Shakespeare dalam lakon Julius Caesar terasa sangat kuat. Beberapa adegan fiktif melahirkan suspens-suspens baru dan lebih hidup. Tokoh-tokoh baru yang dilahirkan Shakespeare juga membawa cacat-cacat tragis yang memiliki relasi antar tokoh dan relasi pada plot yang kuat. Resolusi yang amat memilukan itu pun juga sangat logis dan meyakinkan. Dikemas dengan syair bersajak, dialog menyamping dan Solliloqui sesuai dengan kekhasan teks drama Shakespeare sendiri.

Shakespeare memang pantas dianggap sebagai sastrawan Inggris yang jenius dan mumpuni. Ia dengan cermat merombak sejarah dengan sisipan estetikanya. Sehingga imajinasinya turut menyertai prosesi pengkhianatan dan pembunuhan Julius Caesar. Kisah sang Julius yang agung pun terasa sangat komunikatif setelah berada ditangan Shakespeare. Sejarah tentang Julius Caesar dirombak kemudiam dikemas dan disajikan dengan apik oleh Shakespeare.

Perombakan memang sangat dibutuhkan untuk mengadaptasi sejarah ke karya seni. Agar kisah yang dihadirkan lebih hidup dan menarik. Agar sejarah tidak dilupakan dan hal ini pun menjadikan sejarah menjadi lebih menarik untuk dipelajari. Salah satu “Bapak Sastra Inggris” ini menyadari hal itu. Maka lahirlah Julius Caesar, sebuah perombakan sejarah demi kepentingan estetika oleh William Shakespeare. (**)

*Ikhsan Satria Irianto adalah pemuda kelahiran Curup, 03 Juli 1996. Aktif dibidang seni teater dan sastra. Ikhsan tinggal di Kota Curup, Provinsi Bengkulu  Namun sekarang berada di Kota Padangpanjang untuk melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Tergabung dalam Sanggar Seni Senyawa Curup dan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Karya-karyanya (puisi dan cerpen) telah dimuat dibeberapa media massa dan antologi nasional. Selain itu, Ikhsan juga aktif menulis kritik seni dan naskah drama. 









Ads