Advertisement
pojokseni.com - Tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta di bombardir Belanda, lewat agresi militer mereka. Hasilnya, Yogyakarta hancur lebur. Bandara Meguwo terbakar. Presiden Republik Indonesia saat itu, Soekarno beserta Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap. Tidak hanya keduanya, jajaran kabinet juga ditangkap dan diasingkan. Jenderal Soedirman dengan gagah berani memimpin pasukan tentara republik yang tersisa, menggeliat lewat hutan mencoba melemahkan penjajah.
Tapi, dimana Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Ibu negara asal Bengkulu, Fatmawati? Bendera tersebut dikibarkan sebagai penanda kemerdekaan, sebagai tanda berdirinya negara yang berdaulat bernama Indonesia pada tahun 1945. Belanda juga mencari keberadaan Sang Saka yang waktu itu begitu rapi disimpan oleh seorang ajudan Bung Karno bernama Hussein Mutahar.
Setiap orang yang keluar dan masuk Istana Gedung Agung Yogyakarta, diperiksa. Waktu itu, ibukota RI dipindahkan sementara ke Yogyakarta. Hampir setiap penjuru diperiksa oleh pasukan Belanda, untuk mencari siapa yang membawa dan mengamankan bendera. Dalam buku biografi Soekarno, disebutkan bahwa tokoh revolusioner Indonesia tersebut berpesan pada Hussein Mutahar.
"Har, kamu jaga sang merah putih dengan nyawamu, dalam kondisi apapun. Pastikan aman, dan hanya kamu yang berhak kembalikan padaku," kata Soekarno.
Lantas, bagaimana cara Bung Hussein bisa menyelamatkan Sang Saka tersebut? Ternyata, ia melepaskan jahitan kain merah dan kain putih dari Sang Saka. Alhasil, ketika tentara Belanda memeriksanya, hanya menemukan kain berwarna merah di dalam tasnya. Sedangkan kain putih, dianggap sapu tangan biasa, dari beberapa sumber disebut bahwa kain putih diletakkannya di kantung.
Bung Hussein Mutahar benar-benar menyelamatkan Sang Saka dengan nyawanya, seperti yang dipinta Bung Karno. Lalu, ketika agresi militer usai tahun 1950, Hussein Mutahar kembali ke Yogyakarta untuk mengembalikan Sang Saka pada Bung Karno.
Pencipta Lagu dan Pendiri Paskibra
Tentu, kita tidak hanya mengingat Hussein Mutahar sebagai penyelamat Sang Saka saja. Ia adalah tokoh pendiri Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang terilhami dari betapa kerasnya ia menjaga Sang Saka, hingga mempertaruhkan nyawa. Lelaki keturunan Arab ini juga memiliki jiwa seni yang menggugah. Anda sudah mendengar lagu Syukur?
Dari yakinku teguh/ Hati ikhlasku penuh/ Akan karuniamu// Tanah air pusaka/ Indonesia merdeka/ Syukur aku sembahkan/ Kehadirat-Mu Tuhan//
Lagu tersebut digubah oleh Hussein Mutahar di Semarang. Ia melihat warga Semarang yang hidup dalam kondisi yang sangat miskin, bahkan harus makan bekicot atau keong racun. Namun, warga tetap bahagia, karena mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Mereka tetap mengucapkan syukur yang dalam pada Tuhan.
Selain lagu Syukur, ia juga menciptakan lagu Hymne Pramuka dan juga dikenal sebagai tokoh kepanduan. Tentu, kita tidak bisa menampikkan sosok satu ini. Hussein Mutahar wafat pada tahun 2004 lalu. Namun karya dan cerita tentangnya akan terus dikenang hingga akhir zaman. (pojokseni.com)