Reinterpretasi Siti Nurbaya, Bayang di Balik Tiang -->
close
Pojok Seni
11 October 2016, 10/11/2016 06:08:00 PM WIB
Terbaru 2016-10-11T11:08:07Z
BeritaeventMedia Patner

Reinterpretasi Siti Nurbaya, Bayang di Balik Tiang

Advertisement
Review Pertunjukan “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang”, Padang, Sumatera Barat

“Dan kau lebih memilih mengkhianati cintamu. Lalu kau ulurkan seluruh badanmu untuk menebus kesalahan orang tuamu. Sempurna sudah baktimu pada orang tua, sama sempurnanya dengan kenistaanmu sebagai perempuan!” 
Review Pertunjukan “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang”, Padang, Sumatera Barat

pojokseni.com - Pertunjukan teater “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang” yang disutradarai oleh Russel AF. Pertunjukan yang berdurasi 120 menit ini merupakan produksi ketiga dari Teater Bandar Peran. Pertunjukan ini sebenarnya telah dua kali dipentasakan, pertama di kota Padangpanjang tepatnya di Gedung Hoaerijah Adam ISI Padang Panjang. Kemudian kali ini di Aula STKIP PGRI Sumatra Barat, kamis (6/10/2016). Untuk menyukseskan pertunjukan “Bayang di Balik Tiang” ini, Bandar Peran bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya. Kemudian didukung oleh Komunitas Seni Langit dan BEM STKIP PGRI. 

“Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang” merupakan sebuah reinterpretasi dari kisah klasik yang fonomenal di Sumatra Barat, dan novel karya Marah Rusli yang berjudul “Siti Nurbaya : Kisah Tak Sampai” sebagai acuannya. Dalam proses perubahan dari novel ke teks dramanya, russel dibantu oleh Edi Suisno. Dengan bimbingan Edi Suisno, russel mencoba memberikan sudut pandang baru atas kisah siti nurbaya. Tak hanya kegetiran hidup dan ketragisan kisah cinta Siti Nurbaya saja, ia mencoba lebih memfokuskan kepada hilangnya peran Mamak. Mamak yang memegang peran penting di adat minang kabau itu melepaskan tanggung jawabnya hanya untuk kepentingan pribadinya. 

Datuk maringgi yang dalam berbagai versi dari kisah Siti Nurbaya terkenal dengan jahat, munafik, kikir, sombong, licik dan sebagainya. Namun, pada naskah “Bayang di Balik Tiang” russel mencoba mewujudkan Datuk Maringgi yang sebenarnya tidak sejahat yang dipikirkan orang-orang selama ini. Russel mencoba memunculkan  sifat-sifat baik dari Datuk Maringgi. Seperti, Datuk Maringgi sebenarnya seseorang yang mempunyai sifat teguh dalam pendirian, tegas dalam bertindak dan penyayang kepada istrinya. Justru semua petaka yang menimpa Siti Nurbaya adalah kesalahan Mamaknya yang tidak bertanggung jawab.

Sebelumnya, novel monumental karya Marah Rusli ini  sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Malaysia pada tahun 1963. Novel ini sudah dijadikan sinetron dua kali. Yang pertama, yang keluar pada tahun 1991, disutradarai Dedi Setiadi dan dibintangi Novia Kolopaking sebagai Nurbaya, Gusti Randa sebagai Samsul, dan HIM Damsyik sebagai Meringgih. Yang kedua, yang keluar pada Desember 2004, diproduseri MD Entertainment dan ditayangkan di Trans TV. Disutradarai oleh Encep Masduki dan dibintangi Nia Ramadhanisebagai Nurbaya, Ser Yozha Reza sebagai Samsu, dan Anwar Fuady sebagai Meringgih, sinetron ini memperkenalkan tokoh baru sebagai persaingan Nurbaya untuk cinta Samsul. Karena sudah terlalu seringnya kisah siti nurbaya ini dialihwahanakan dalam berbagai disiplin ilmu, unsur kebaruan dan sudut pandang yang berbeda harus dimunculkan agar karya ini berbeda dan tidak terkesan kolot atau kuno.

Review Pertunjukan “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang”, Padang, Sumatera Barat

Pertunjukan “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang” ini cukup menarik dalam proses penggarapannya, sutradara begitu cermat menggarap adegan demi adegan. Sehingga, pertunjukan ini mampu menahan penonton untuk bertahan di dalam gedung pertunjukkan. Yang menarik pada pertunjukan ini adalah tokoh sang pencerita. Sang pencerita dengan gaya komikalnya mampu memberikan kejutan-kejutan yang manarik pada tiap transisi adegan demi adegan. Dengan gestur karikatural dan birama birama yang unik serta lakuan yang terasa akrab kepada penonton, sang pencerita benar-benar menjadi maskot dalam pertunjukan ini. 

Dengan kelucuannya itu emosi penonton yang mulai mengikuti alur cerita seakan diputuskan secara paksa. Sutradara mencoba memisahkan penonton dengan peristiwa yang terjadi di atas panggung melalui media sang pencerita. Agar penonton tak hanya larut dalam peristiwa yang dihadirkan, namun bisa melihat panggung secara kritis. 

Sepertinya kisah tentang Siti Nurbaya ini telah sangat dirindukan oleh masyarakat di Sumatra Barat, khususnya di kota Padang. Buktinya, lebih dari 400 penonton memenuhi Aula STKIP PGRI Sumatra Barat. Tidak hanya pencinta atau penikmat teater, orang-orang yang telah lama menantikan kembali kisah tragis Siti nurbaya juga tidak melewatkan pertunjukan ini. 

Sayangnya, artistik yang dihadirkan Teater Bandar Peran dalam pertunjukan kali ini terkesan sangat selektif. Sehingga mengganggu logika penonton. Penonton yang notabenenya orang-orang awam kesenian, sedikit terganggu ketika melihat peristiwa perang atau adegan di pasar namun adegan itu berlangsung masih di tempat yang sama ketika adegan di rumah datuk maringgi atau dirumah siti nurbaya. Banyak dari mereka gagal paham atas tatanan artistik yang seletif itu. 

Dari segi tatanan musiknya. Musik pengiring benar-benar berperan penting untuk membawa emosi penonton. Sayangnya intensitas suaranya terkadang terlalu dominan, sehingga kata-kata penting dari aktor terlewatkan oleh penonton. Dalam konteks pemeranan, pertunjukan “Siti Nurbaya : Bayang di Balik Tiang” menuai banyak pujian.  "Para aktornya hebat-hebat, benar-benar dapat karakternya," puji seorang penonton, Novenia Anggraini.

"Penghayatan aktornya benar-benar nyes. Salut deh sama pertunjukannya," kata seorang penonton, Refita Maya Sari. (isi/mp/pojokseni.com)

Ads