Advertisement
Screenshoot surat terbuka |
pojokseni.com - Sebanyak 56 pegiat budaya yang terpilih untuk dikirim ke Selandia Baru pada bulan September 2016, menulis surat terbuka yang ditujukan pada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Surat terbuka tersebut dibuat terkait dengan ketidak jelasan program pengiriman pegiat budaya keluar negeri tahun 2016 tersebut.
(Tentang Program Pengiriman Pegiat Budaya keluar Negeri, baca disini : 56 Pegiat Budaya Indonesia Diterbangkan ke Selandia Baru)
Dalam surat tersebut dikatakan bahwa ke-56 orang ini sungguh syok, lantaran tidak kunjung mendapat jawaban yang signifikan terkait program ini. Satu-satunya jawaban yang didapatkan para seniman ini adalah, kemungkinan keberangkatan akan diundur hingga Oktober 2016.
Untuk mendapat kejelasan, ke-56 orang ini mengutus Ratu Selvi Agnesia dan Gema Swaratyagitha untuk menemui Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid yang hadir di pembukaan Art Summit Indonesia 2016, beberapa waktu lalu.
Hasilnya mengecewakan. Mereka mendapatkan informasi bahwa pencairan dana dari Kementerian Keuangan untuk pelaksanaan program tersebut masih belum bisa dipastikan. Dengan demikian, mereka menganggap acara itu bukan hanya mungkin diundurkan, tetapi juga bisa jadi dibatalkan.
"Kasian Pangrawit saya, mereka rela dengan legowo saya batalin pentasnya di Jogja, Solo, Korea dan Jepang, karena saya bilang harus ke New Zealand. Karena waktu itu kan jadwalnya sudah ditetapkan, sedangkan mereka pekerjaannya cuma seniman yang bertumpu pada pentas. Gusti, kok bisa begini yah," kata Nuranaini, penari topeng Losari, dari Cirebon, Jawa Barat.
Kegundahan serupa datang juga dari peserta lainnya dari bidang Film, Script Writer. Darwin Mahesa, mewakili bidang Film menyatakan bahwa tempat ia belajar sangat mendukung dan akan live report saat dirinya di Selandia Baru. "Kemudian saya diundang ke Net Tv (Tonight Show, Jumat (19/7/2016). Saya bilang akan keberangkat ke NZ (New Zealand, red) dari beasiswa LPDP Kemdikbud. Beberapa media di Banten pun dari TV Lokal, koran sampai radio sempat mewawancarai saya tentang ke NZ. Saya bicara apa adanya. Saya bilang berngkat 21 Agustus. Efek mundurnya jadwal saja saya benar-benar merasa malu. Apalagi kalau sampai batal. Malu saya," katanya.
Ia berfikir, lanjutnya, Kemendikbud membuat program ini dengan sudah menyiapkan semua rencana dan anggaran. Tetapi, sambungnya, realita tidak sesuai dengan ekspektasi. "Mudah-mudahan ada hikmahnya," lanjut Darwin.
Gema Swaratyagita, seorang komposer dan musisi dari Jawa Timur yang juga terpilih dalam kegiatan ini juga mengaku sangat 'rempong' untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan hingga tanggal 14 Juli 2016 lalu. Sebab, ia mengurus peralihan KTP dan KK dari Surabaya ke Tangerang Selatan, ditambah tidak bisa memperpanjang paspor karena belum ada KTP, sehingga harus bolak-balik Jakarta - Surabaya. "Ampun, kalau ingat itu dan kenyataannya benar-benar gak terima kondisi jadi begini," tulisnya.
Screenshoot Penutup Surat Terbuka 56 Seniman pada Presiden RI |
Tidak Terima Hanya Maaf
Ke-56 seniman ini mengaku tidak menerima apabila Kemendikbud hanya menyatakan program ini hanya 'semoga' juga hanya meminta maaf. Apalagi, sambung mereka, Presiden Jokowi juga pernah menyatakan untuk menaruh perhatian pada penguatan diplomasi budaya.
"Bila akhirnya program ini memang harus dibatalkan, kami menuntut kompensasi dalam bentuk penggantian materi ataupun program yang bernilai sama dengan progroam 20 hrai di Selandia Baru," tulis mereka.
Ke-56 seniman ini berharap dengan surat terbuka tersebut, Presiden, Wapres, Kemendikbud, LPDP dan Kemenkeu dapat melaksanakan program ini seperti rencana awal. (ai/pojokseni.com)