Advertisement
Oleh : Diah Irawati, S.S, M.Pd dan Adhyra Irianto*
pojokseni.com - Puisi adalah rangkaian kata atau diksi. Kata adalah bagian dari bahasa. Oleh karena itu, puisi juga menggunakan tanda bahasa di dalamnya.
Membuat puisi, berarti harus menguasai bahasa yang digunakan untuk membuat puisi tersebut. Dengan kata lain, untuk dapat berpuisi, harus berpijak pada kemampuan berbahasa. Selain menggunakan diksi terbaik untuk makna yang lebih kuat, juga harus memperhatikan penggunaan tanda bahasa, dalam kesempatan ini adalah titik (.) yang biasanya digunakan untuk mengakhiri kalimat.
Dalam puisi, tidak hanya kata, tanda baca juga memberi kesan yang kuat pada pesan yang hendak disampaikan. Pun dalam pembacaan, deklamasi atau pertunjukan puisi, tanda baca juga berpengaruh pada intonasi.
Ada ekspresi, emosi, pesan dan makna yang terkandung dalam tanda bahasa yang disertakan dalam puisi. Khusu untuk titik, ada dua jenis titik yang akan dibahas dalam artikel kali ini. Pertama, titik (.) dan kedua titik titik (...).
Perbedaan mendasar dari kedua tanda titik tersebut adalah, titik digunakan sebagai tanda penutup di akhir kalimat, sedangkan titik-titik justru menunjukkan bahwa kalimat tersebut belum selesai, ada jeda, spasi, atau hal-hal yang tidak dapat diwakili oleh kata.
Contoh I :
Kemudian senar menari sendiri
lalu berhenti.
(titik dalam kalimat diatas berfungsi sebagai penutup kalimat)
Contoh II :
Kemudian senar menari sendiri
.... lalu berhenti
(penggunaan titik diatas justru menyampaikan ada 'sesuatu' yang tidak bisa diwakili kata-kata, sehingga penulis menggantinya dengan titik-titik)
Selain titik, beberapa tanda baca lain seperti koma (,), titik dua (:), titik koma (;), strip (-) dan lain-lain juga memiliki fungsi lain yang dapat disertakan dalam sebuah karya, termasuk sastra.
Untuk pembahasan tanda baca yang lain, juga akan dibahas dalam artikel yang lain. (pojokseni.com)