Advertisement
Refleksi Realitas Dalam Kisah Pelacur Terhormat |
pojokseni.com - Sebuah pertunjukan teater berjudul "Pelacur Terhormat" dihelat di Teater Arena Mursal Eisten ISI Padangpanjang pukul 21.00 WIB, Sabtu (11/6/2016).
Naskah “Pelacur Terhormat” adalah karya seorang filsuf dan sastrawan Prancis, Jean Paul Sartre saduran Toto Sudarto Bachtia. Pertunjukan itu disutradari oleh Edi Suisno.
Pertunjukan teater ini digelar dalam rangka ujian akhir mahasiswa program studi seni teater ISI Padangpanjang. Dengan mahasiswa teruji Yhovy Hendrica Sri Utami, dari Minat Pemeranan. Yhovy mementaskan ini dibawah bimbingan dari dosen Saaduddin S.Sn, M.Sn dan Kurniasih Zaitun, S.Sn, M.Sn.
Menurut Yhovy, ia mempelajari dan memproses naskah yang berjudul asli La Putain respectueuse tersebut selama 4 bulan. Ia memilih tokoh eliza sebagai tokoh yang ia perankan dalam pertunjukan tugas akhirnya ini.
"Saya merasa tertantang untuk memrankan tokoh eliza yang merupakan seorang pelacur namun tidak rendahan seperti pelacur yang kebanyakan," katanya.
Menurut Edi Suisno, sutradara pertunjukan ini, untuk mendapatkan peran Eliza yang baik, Yhovy benar-benar harus keluar dari diri kesehariannya.
Pelacur yang terhormat menceritakan tentang seorang pelacur yang bernama eliza dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan yang bertentangan dengan kemauannya. Surat itu menjelaskan bahwa seorang calon anggota parlemen yang bernama Thomas tidak memperkosanya dan tidak membunuh seorang gelandangan. Sebaliknya, semua kesalahan dituduhkan kepada teman gelandangan tersebut.
Pelacur dan gelandangan |
Berbagai cara dilakukan keluarga Thomas untuk memaksa Eliza menandatangani surat tersebut, mulai dari sang sepupu hingga ibu tua renta yang datang langsung kepada Eliza, karena merasa iba dan teringat kepada sang ibu, akhirnya Eliza pun menandatangi surat yang akan menyeret sang gelandangan.
Gelandangan itu juga mendatangi Eliza dan meminta pertolongan kepada Eliza agar Eliza dapat menyelamatkannya. Naskah ini seperti refleksi dari realitas saat ini. Dimana seorang yang lemah dengan mudah ditindas oleh orang-orang yang mempunyai kuasa.
Sartre dalam naskah Pelacur yang terhormat menggambarkan seorang pelacur yang masih memiliki hati nurani. Dilain pihak, orang-orang yang datang kepadanya lebih memilih uang dan kekuasaan dibandingkan harga dirinya, itu taka da bedanya dengan seorang pelacur. Tokoh eliza yang seorang pelacur lebih terhormat dari pada orang-orang yang bukan pelacur namun melacur. (ikhsan/pojokseni.com)