Alih Wahana Cerpen ke Drama, Maya Sandita Hadirkan Ratapan Gadis Minang -->
close
Pojok Seni
15 June 2016, 6/15/2016 10:43:00 PM WIB
Terbaru 2016-06-15T15:43:50Z
Beritateater

Alih Wahana Cerpen ke Drama, Maya Sandita Hadirkan Ratapan Gadis Minang

Advertisement
Pementasan "Ratok Gadih Minang" (foto : pojokseni.com)

pojokseni.com - Cerpen "Ratap Gadis Suayan" karya Damhuri Muhammad (terbit di Kompas, 2008) sukses di alih wahana menjadi sebuah pertunjukan drama yang sarat budaya Minang dengan judul "Ratok Gadih Suayan".

Sutradara pertunjukan ini, Maya Sandita berhasil mengalihkan cerpen tersebut menjadi naskah drama yang ditampilkan di Teater Arena Mursal Esten, ISI Padangpanjang pada hari Kamis (9/6/2016) pukul 14.30 WIB.

Maya sengaja merubah judul dengan bahasa minang karena pertunjukan ini memang ditujukan oleh masyarakat Minangkabau. Dalam garapannya pun sangat terasa kentalnya budaya Minangkabau.

Ratok Gadih Suayan menceritakan tentang seorang gadis di daerah Suayan. Gadis itu bernama Rasia. Ia dipaksa untuk tidak melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan ia menjadi alat pembayaran hutang mamaknya. Mamak (Paman) yang memiliki hutang kepada Norman, seorang Konglomerat di kampung. 

Rasia menerima pinangan itu dengan pasrah dengan harapan kehidupannya akan jauh lebih baik. Ketika keluarga itu telah dikaruniahi seorang anak, Norman memutuskan meninggalkan rumah. Norman pergi dan menikahi sahabat Rasia yang bernama Bunaya. Kesedihan Rasia hanya bisa ia simpan sendiri saja.  

Kemudian Rasia mendapatkan perintah untuk menjadi tukang "ratap" di daerahnya. Karena suara Rasia yang terkenal merdu. Adat meratap sudah sangat jarang, sehingga ia memutuskan untuk menjadi tukang ratap. 

Akhirnya, datanglah berita kematian mantan suaminya, Norman. Kerja ratap pertama yang ia lakukan adalah meratap jasad mantan suaminya.


Lebih Dari Sekedar "Ngabuburit"


Pertunjukan ini benar-benar sarat makna, dimana seorang Mamak yang melepaskan tanggung jawabnya kepada kemenakan. Padahal dalam adat Minangkabau peran mamak sangat penting bagi kemenakan. Ia adalah pembimbing kemenakan.

Naskah yang digarap dalam waktu 4 bulan ini menampilkan 
transisi adegan yang diisi tarian-tarian. Tarian tersebut juga berfungsi sebagai penyambung emosi pada adegan selanjutnya.

Beberapa suasana sangat terasa dengan iringan musik karawitan khas Minangkabau. Beberapa pesan disampaikan aktor melalui dendang dan gerak tubuh yang distilir
kesulitan yang dialami sutradara adalah, menyingkronkan antara musik, tari dan teater. 

Stage Manager Ahmad Ridwan Fadjri mengatakan, pertunjukan ini sengaja digelar sore hari menghibur para penikmat teater yang sedang menunggu waktu berbuka. Hasilnya, pertunjukan tersebut berhasil menjadi penghibur penonton yang sedang "ngabuburit".

"Kesedihan dari tukang ratap sangat terasa. Dengan nuansa minangkabau, pertunjukan ini terasa lebuh dekat dan akrab. Pertunjukan ini benar-benar menarik untuk acara ngabuburit," kata seorang penonton, Afriwandi. (ikhsan/pojokseni.com) 

Ads