Advertisement
Pertunjukan "Kenangan Lelaki Pemalu" Karya WS Rendra, Sutradara Ade Eka Wijayant |
(Pertunjukan Teater Kenangan Lelaki Pemalu karya WS Rendra sutradara Ade Eka Wijayanti)
Oleh : Ikhsan Satria Irianto*
pojokseni.com - Cahaya biru perlahan memperlihatkan wajah panggung, sepasang jam Salvador putih yang memiliki ukuran berbeda (kecil dan besar) mulai menampakkan wujudnya. Seorang lelaki tengah asik dengan kegelisahannya berada di tengah jam Salvador yang besar. Tembang sendu dengan segera memenuhi tiap sudut panggung. Seakan mengahantarkan kegelisahan lelaki itu kedalam hati para penonton. Kegelisahan lelaki itu semakain menjadi, sebentar kemudian cahaya merah menerangi tubuh lelaki itu. Terlihat jelas lelaki itu sudah melewati setengah umurnya. Lelaki itu bernama Karnaen.
“Sekarang, aku akan menulis sebuah pengakuan. Pengakuan yang pertama dan terakhir kalinya. Sangat berat menulis pengakuan semacam ini aku tak akan bisa dengan jelas menerangkan mengapa. Saat ini kenang-kenangan itu sangat menguasai diriku seakan-akan menjadi satu dengan darahku dan meracuni seluruh tubuhku. Aku jadi lemas karenanya. Perasaan semacam inilah yang mendorongku untuk menulis pengakuan ini.” Ucap Karaen dengan gelisah yang kian membuncah.
Demikianlah sepenggal adegan dari pertunjukan teater dengan naskah “Kenangan Lelaki Pemalu” transformasi dari naskah “Kenang-kenangan Wanita Pemalu” karya WS Rendra sutradara Adhe Eka Wijayanti. Pertunjukan ini dihelat pada hari selasa (05/04/2016) pukul 16.00 WIB di Teater Arena Mursal Eisten Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Pertunjukan yang berdurasi 60 menit ini mampuh manarik khalayak ramai, buktinya ratusan tiket ludes terjual.
“Kenangan Lelaki Pemalu” merupakan hasil transformasi dari naskah monolog yang yang berjudul “Kenang-kenangan Perempuan Pemalu” karya WS Rendra. Naskah Monolog itupun merupakan hasil alih bentuk dari cerpen menjadi naskah monolog oleh Iswadi Pratama seorang seniman teater Indonesia dan Sutradara Teater Satu Lampung. Untuk ide dari “Kenang-kenangan Perempuan Pemalu” itu sendiri ditulis WS Rendra dalam bentuk cerita pendek dengan judul “Kenang-kenangan Seorang Perempuan Pemalu” yang diterbitkan tahun 2007.
Pertunjukan "Kenangan Lelaki Pemalu" ini digelar di Teater Arena Mursal Esten, ISI padangpanjang |
Proses transformasi Ade selaku sutradara sekaligus dramaturg dari pertunjukan ini terbilang sangat berani. Ia mencoba merombak naskah aslinya yang mana pada naskah aslinya, tokoh perempuanlah yang pemalu dan pada garapannya kali ini ia mencoba bereksperimen untuk membuat tokoh lelakilah yang pemalu. Ia beranggapan bahwa sifat pemalu tidak hanya dimiliki oleh seorang wanita, namun sifat itu juga dimiliki oleh seorang lelaki. Meskipun lelaki dan perempuan sangatlah berbeda cara mengekspresikan rasa malunya. Ini merupakan sesuatu yang ingin Ade capai dalam penggarapannya kali ini.
Selain menjadi hiburan untuk khalayak ramai khususnya penikmat teater, pertunjukan kali ini juga sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Penyutradaraan Eksperimental di Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang. Proses transformasi naskah memakan waktu yang cukup lama, yaitu 2 bulan. sementara proses penggarapannya memakan waktu 3 bulan. Tentu dengan pengawasan dan bimbingan dari Meria Eliza, M.Sn, Enrico Alamo, M.Sn, dan Efyuardi, M.Sn selaku pembimbing karya.
Kisah dalam naskah “Kenangan Lelaki Pemalu” ini menceritakan tentang seorang lelaki tua yang bernama Karnaen. Ia ditinggal mati oleh Karina, wanita yang ia sangat cintai. Karina pergi meninggalkan Karnaen untuk selama-lamanya, sebelum Karnaen bisa mengungkapkan semua isi hatinya kepada Karina. Hal ini yang memicu penyesalan yang mendalam bagi Karnaen. Andai saja ia sanggup menungkapkan isi hatinya kepada Karina sebelum ia wafat, mungkin penyesalan ini tidak begitu mendera Karnaen. Karena kejadian itu, Karnaen memutuskan untuk tidak mencintai wanita lain, karena ia menganggap Karina masih hidup dan akan selalu hidup didalam hatinya. Bayang-bayang Karina inilah yang seketika bisa membuat Karnaen bahagia, takut, dan juga merasa bersalah kepada Karina. Dengan cara menjaga agar Karina tetap ada dalam imajinasinya, begitulah cara Karnaen mengungkapkan cintanya kepada Karina.
Secara visual, pertunjukan Kenangan Lelaki Pemalu ini sangat menarik. Dengan menghadirkan jam Salvador untuk set panggungnya yang menyimbolkan perjalanan waktu yang dilalui Karnaen dalam penantian Karina. Dilengkapi dengan 8 lilin yang mengelilingi jam tersebut, yang disimbolkan keadaan Karnaen yang semakin rapuh seraya perputaran waktu, seperti leleh lilin.
Sutradara juga memunculkan tokoh Karina kedalam penggambaran imajinasi Karnaen. Tokoh Karina inilah yang menghanyutkan Karnaen ke masa lalu. Ia kembali mengingat betapa bahagianya ketika itu. Kenangan indah ia bersama Karina. Namun, seketika kenangan itu juga menghadirkan kembali sebuah penyesalan Karnaen karena ia sangat malu untuk mengucapkan isi hatinya.
Tidak hanya secara visual, pertunjukan ini juga sangat menarik secara audionya, iriangan musik sangat berpengaruh pada pertunjukan ini. Alunan-alunan sendunya sangat menghidupkan suasana. Yang menarik dari tataan musik pada pertunjukan kali ini adalah, musik pembukanya adalah sebuah lagu yang memang diciptakan khusus untuk pertunjukan ini. Dan dinyanyikan oleh beberapa penyanyi yang tersebar di sela-sela penonton. Selain terdengar indah karena bersaut-sautannya lagu itu dinyanyikan, penonton juga lebih dibawah masuk kedalam cerita yang dipertunjukan karena iringan musik sangat terasa dekat.
Meskipun demikian, dalam pertunjukan ini masih terdapat beberapa kekurangan. Seperti dalam konteks penyutradaraan, sutradara menghadirkan begitu banyak simbol yang multitafsir. Padahal kebanyakan penonton yang menyaksikan pertunjukan ini notabenenya bukan mahasiswa Prodi Seni Teater saja, melainkan juga pelajar Sekolah Menengah (SMA) yang sangat bingung dengan semua simbol yang dihadirkan. Selanjutnya, sebuah jam Salvador yang melingkar mengelilingi aktor. Hal ini seakan membatasi ruang aktor untuk lebih mengeksplor panggung.
Kurang tergarapnya spectacle, sehingga pertunjukan terkesan datar dan terkesan antiklimaks. Sedangkan dalam konteks pemeranannya, hanya terletak pada ketidakkonsistenannya warna vokal dan penguasaan ruang yang lemah.
Namun, secara jalan cerita dan pesan yang ingin disampaikan sutradara melalui “Kenangan Lelaki Pemalu” dapat ditangkap dengan baik oleh penonton. Sutradara dengan cermat mengemas romantis dan tragis dalam sebuah cerita yang menarik. (**)
* Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Seni Teater, ISI Padangpanjang dan juga kontributor pojokseni.com wilayah Sumatera Barat