Advertisement
RA Kartini |
pojokseni.com - Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahun, masih mengundang pro-kontra bagi masyarakat. Kita semua tahu bahwa tanggal tersebut dipilih karena merupakan tanggal kelahiran Kartini.
Akun facebook Jonru masih mem-posting status yang menuding perayaan hari Kartini sangat tidak benar, lantaran masih ada "bau" kolonial.
"Sosok yang pas adalah Cut Nyak Dien," tulis Jonru dan mendapat ratusan like dan share.
Tapi masalahnya, bukan 'Kartini'-nya yang menjadi sorotan utama dalam peringatan hari tersebut, melainkan persamaan hak antara lelaki dan perempuan. Tentunya, dulu Kartini memperjuangkan para perempuan di tanah Jawa agar mendapat pendidikan, hak dan kewajiban yang sama seperti kaum lelaki.
Sedangkan Cut Nyak Dien, siapa yang bisa meremehkan perjuangannya, sepak terjangnya, termasuk ketika ia dilanda penyakit Encok ketika keluar masuk hutan? Tapi, membandingkan perjuangan Cut Nyak Dien dengan Kartini tentu bukanlah hal yang logis.
Perbandingannya, sama seperti membandingkan pejuang masa kini, kita sebut sebagai aktivis yang berjuang lewat aksi dan kata-kata, dengan pejuang masa lalu yang berjuang dengan angkat senjata.
Atau membandingkan perjuangan Soekarno lewat diskusi dan pembicaraan, atau adu argumen, dengan perjuangan Soedirman yang gerilya dari hutan ke hutan melawan Belanda.
Tentu, semuanya baik dan mulia. Karena tujuan mereka bukan untuk kepentingan pribadi, atau sekedar balas dendam. Mereka lebih bertujuan untuk khalayak banyak.
Berkat Cut Nyak Dien, pejuang yang lain terlecut semangatnya untuk mengusir penjajah, hingga kita yang tinggal di era teknologi ini bisa menikmati kemerdekaan. Berkat Kartini, seluruh perempuan saat ini dapat meng-upgrade diri menjadi lebih baik, karena harus mampu bersaing dengan laki-laki.
Kami menganggap Hari Kartini, sebagai Hari emansipasi perempuan. Hari lahirnya seseorang yang menerobos dogma, mendobrak norma yang sudah baku saat itu. Kita tidak bisa pungkiri bahwa hal itu menjadi sebuah perubahan mendasar bagi kehidupan kaum hawa hingga saat ini. Meski, zaman baru ini telah merubah pola pikir kaum perempuan menjadi sedikit lebih 'buas' meski tidak seluruhnya. Seperti berani bug!l depan kamera dan lain-lain. Tapi, bukan itu tujuan dari perjuangan Kartini dahulu.
Kami sempat berfikir, lalu seandainya apabila hari Kartini terus ditentang, apa manfaatnya? Misalnya, kita menggantikan perayaan Hari kartini menjadi hari pejuang perempuan lainnya, tanggalnya digantikan dengan hari lahir pejuang perempuan lainnya, apa yang akan dirayakan?
Karena Hari kartini, bukan difokuskan pada perayaan Ulang Tahun Kartini, tapi lebih pada perjuangannya. Hari Kartini lebih condong pada hari Emansipasi Perempuan, yang seharusnya hanya dirayakan oleh kaum perempuan. Tapi, justru yang mengutuk hari Kartini adalah kaum laki-laki, dan kaum perempuan hanya menjadi likers dan tukang share.
Anggap saja, perempuan yang menjadi likers dan share itu justru menunjukkan bahwa perempuan selalu manut dan turut pada laki-laki. Padahal, bukan itukan yang diinginkan Kartini?
Meskipun terlambat, namun tidak ada salahnya redaksi pojokseni.com tetap mengucapkan selamat mengapresiasi hari Kartini bagi seluruh perempuan di Indonesia.
Redaksi