Advertisement
pojokseni.com - Pembubaran paksa acara seni kembali terjadi. Kali ini, acara bertajuk LadyFast yang dihelar pada tanggal 2 April 2016 lalu di Jogjakarta dibubarkan paksa oleh sekelompok orang.
Seperti dipaparkan di halaman Kolektif Betina, komunitas penggagas acara ini, menyatakan bahwa lady fast diawali oleh keinginan bertemu dan bersilaturahmi beberapa teman perempuan dengan latar belakang berbeda dan berkegiatan di berbagai tempat yang berbeda pula namun tetap intens berkomunikasi dan berjejaring sekian lama untuk saling berbagi tentang segala hal.
Kumpulan perempuan ini diberi nama Kolektif Betina. Sebuah perkumpulan yang berlandaskan semangat persaudarian dan saling mendukung satu dengan lainnya.
Informasi terhimpun pojokseni.com, dari halaman Kolektif Betina disebutkan kronologis kejadian pembubaran tersebut seperti ini:
Awalnya, sesuai rencana, acara yang terdiri dari pembukaan, acara workshop, dan sharing session berlangsung dari jam 13.00-19.00 WIB. Kemudian, pukul 19.30 WIB dilanjutkan dengan acara musik. Sesuai tata tertib acara, band terakhir yang memulai pertunjukan akan perform pada pukul 22.00 WIB.
Tiba-tiba, pukul 22.00 WIB, datanglah belasan orang yang tidak mengaku berasal dari kelompok apa. Mereka langsung saja menuntut acara dibubarkan saat itu juga.
Akhirnya, pemilik tempat dan panitia berusaha untuk menjelaskan mengenai acara tersebut. Namun, tanggapan dari kelompok tersebut hanya makian dan kata-kata yang mengintimidasi.
"Pada saat itu polisi sudah ada di lokasi. Saat terjadi argumen antara panitia dan pengunjung ladyfast dengan kelompok tersebut, terdengar satu tembakan ke udara dari polisi berpakaian sipil," ungkap seorang panitia.
Kemudian, perwakilan Lady Fast dan perwakilan pemilik tempat acara terus mencoba berdialog dengan kelompok tersebut.
"Tidak ditanggapi dengan baik oleh kelompok tersebut, justru dibalas dengan berbagai makian dan hinaan, Menuding kami merusak moral dan pakaian kami menodai, dikatakan tempat maksiat. Mengeluarkan tuduhan komunis. Mengancam bahwa 500 orang akan menyerang acara kami," lanjutnya.
Akhirnya, panitia Lady Fast sepakat untuk menyudahi acara. Membereskan peralatan, dan mengumumkan pada pengunjung acara untuk membubarkan diri dengan tertib. Namun, salah seorang perempuan yang mencoba keluar dari kerumunan disebut-sebut sedang mabuk oleh kelompok tersebut. Perempuan tersebut juga dikatakan 'najis', 'Perempuan nggak bener','Merusak', 'menodai,'Sampah dan lain-lain.
"Kepada kawan kami yang berjilbab mengatakan 'Tobat! Tobat! Pakaian sudah bagus kenapa bergaul sama orang-orang ini!'," lanjutnya.
Kemudian, saat peralatan hampir beres dan memasukkan barang-barang ke dalam rumah, kelompok terebut memaksa masuk ke halaman rumah, merekam video, mengambil gambar tanpa seizin panitia, mengobrak-abrik tempat sampah, kemudian memaksa masuk ke dalam rumah yang sudah ditutup dan dikunci.
Belum cukup sampai disitu, di halaman rumah, sambil memaksa masuk ke rumah yang sudah kami kunci.
"Mereka berteriak-teriak 'Allahuakbar! Allahuakbar!'," tambahnya.
Di dalam rumah ada 10 orang yang terdiri dari 3 laki-laki, 5 perempuan dan 2 anak yang terkunci dari luar. Kunci dipegang oleh pemilik rumah yang saat itu tidak berada di lokasi karena sedang mencari bantuan. Kelompok tersebut terus mencoba memaksa masuk sampai gagang pintu dan engsel pintu dirusak.
"Pihak polisi meminta kawan-kawan di dalam rumah untuk membuka paksa pintu dari dalam, mengatakan bahwa situasi sudah aman dan kami tidak perlu takut," lanjutnya.
Kemudian, panitia menanyakan ada atau tidaknya surat penggeledahan polisi. Polisi mengatakan bahwa apabila mereka tidak membuka pintu, maka kelompok tersebut akan mendobrak masuk. Jadi lebih baik mereka yang membuka.
"Akhirnya kawan-kawan membuka pintu dari dalam dengan paksa, karena tidak memegang kunci. Kelompok tersebut berteriak “Bakar!Bakar!”," lanjutnya.
Setelah pintu berhasil terbuka, polisi dan sekitar 15-20 orang dari kelompok tersebut masuk ke dalam rumah, merekam video, mengambil gambar wajah kawan-kawan. Salah satu kawan perempuan meminta agar mereka tidak mengambil gambar karena anak-anak ketakutan, mereka menjawab
“Mbak, kamu mau adu argumen atau debat? Kamu maunya apa? Kamu ini perempuan loh, gampang aku tonjok”," kata seorang anggota kelompok tersebut dengan posisi tangan orang tersebut sudah di depan wajah seorang panitia.
Selanjutnya panitia dibawa ke Polsek Kasihan – Bantul dengan alasan untuk diamankan dan dimintai keterangan soal acara apa ini. Juga, menanyakan tentang buku dengan logo LGBT.
"Buku tersebut adalah properti pribadi dari pengunjung yang datang dan bukan bagian dari lapak acara kami yang sudah kami inventarisasi," terangnya.
Akhirnya, sekitar pukul 01:33 panitia yang diamankan di Polsek selesai dimintai keterangan didampingi oleh teman-teman LBH Jogja. (ai/pojokseni)