Advertisement
Sumber : epaper kompas |
pojokseni.com - Cerita pendek (Cerpen) karya Guntur Alam berjudul Lilin Merah di Belakang Meja Mahyong dituduh sebagai karya plagiat oleh seorang netizen dengan akun bernama Sian Hwa di catatan Facebooknya.
Sebelumnya, cerpen tersebut diterbitkan di Harian Kompas cetak pada tanggal 3 April 2016 lalu. Sian Hwa menyatakan bahwa ia menemukan kejanggalan terhadap cerpen tersebut.
"Kejanggalan tersebut didasari oleh identiknya isi cerpen tersebut dengan isi novel The Joy Luck Club milik pengarang internasional Amy Tan," tulis Sian Hwa.
Didalam catatan yang diunggah pada tanggal 6 April 2016 itu, Sian Hwa membeberkan beberapa bukti bahwa cerita dan kalimat yang digunakan oleh Guntur Alam dalam cerpennya meniru secara sengaja atau tidak sengaja dari isi novel karya Amy Tan yang juga pernah diterbitkan oleh Gramedia puluhan tahun lalu.
Catatan yang berjudul "Menggugat orisinalitas cerpen 'Lilin Merah di Belakang Meja Mahyong' Karya Guntur Alam" juga menyebutkan bahwa jalan cerita dari cerpen tersebut juga sangat identik dengan novel Amy Tan. Berikut salah satu kalimat yang digugat dari catatan Sian Hwa tersebut.
Isi cerpen:
- “Ying-ying, berjanjilah. Bila aku sudah mati nanti, jangan sekali-sekali kamu menyebut nama hantu perempuan itu di rumah ini.”
- “Mengucapkan namanya berarti kamu mengencingi makamku.” Aku menelan ludah dan mengangguk.
Cuplikan novel (hal 61):
- Persis sebelum Popo menjadi terlalu sakit sampai tak bisa berbicara, dia menarikku mendekat dan berbicara kepadaku tentang ibuku. “Jangan sekali-kali mengucapkan namanya,” katanya memperingatkan. “Mengucapkan namanya berarti meludahi makam ayahmu.”
Sedangkan Guntur Alam langsung membuat jawaban pada tanggal 7 April 2016 lewat status Facebooknya. Berikut jawaban yang diberikan oleh Guntur Alam.
TANGGAPAN ATAS GUGATAN CERPEN SAYA DI KOMPAS, 03 APRIL 2016.
Sebelumnya terima kasih, Mbak/Mas Sian Hwa atas catatannya yang sangat berarti bagi saya. Seperti yang saya jawab di fan page FB cerpen Kompas, kalimat "timur" itu memang inspirasi pertama saya, tapi ide drama-drama dalam cerpennya saya dapat dari cerita alm. nenek saya ---lebih lengkap silakan baca jawaban saya di sana. Kesalahan saya (1) memang tidak mencantumkan jika beberapa kalimat saya ambil dari novel Amy Tan --tetapi ada 1 titi masa dan 2 catatan kaki saya juga yang tidak dicantumkan Kompas di versi cetak. Kesalahan (2) saya menelan "mentah-mentah" sesuatu yang saya anggap data dari novel itu, tanpa mengolahnya lagi. Jadi, sebagai penulis cerpen tersebut saya meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan, terutama kepada pembaca setia Cerpen Kompas, Redaksi dan semua pihak yang merasa dikecewakan atau dirugikan.
Selanjutnya, tentang apakah cerpen saya plagiat dari novel Amy Tan dan lain-lainnya, saya sudah mengirim email ke Kompas untuk mereka membaca ulang cerpen tersebut dan mengambil kesimpulan, karena saya rasa hak itu ada di Kompas. Jika nanti sudah diambil kesimpulannya dan dinyatakan tergolong plagiat, saya siap menerima kosekuensinya, seperti mengembalikan honorium cerpen ini, di-blacklist, atau sanksi-sanksi lainnya. Demikian yang bisa saya jawab, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Cc Fajar Arcana Bamby Cahyadi.
Kejadian ini tentu nantinya akan menjadi pengalaman tersendiri bagi redaktur sastra harian Kompas dan juga bagi Guntur Alam sendiri. Hingga saat ini, tim pojokseni.com masih belum tahu apa jawaban dari pihak Kompas.(ai/pojokseni)