Advertisement
Ilustrasi Supir Angkot |
pojokseni.com - Supir angkot, profesi yang saat ini terdesak, terkepung, dan tergerus dengan serangan tukang ojek. Apalagi, saat wabah internet semakin merajalela, ojek bermetamorfosis menjadi Ojek online, sedangkan angkot tetap tidak mampu mengikuti jejaknya.
Meskipun demikian, masih banyak supir angkot yang tegar, para jawara yang tetap bertahan pada profesinya. Meskipun, seleksi alam yang ketat membuat para supir angkot terdahulu banting stir jadi penjual martabak, atau pencari durian runtuh. Atau, beberapa diantara mereka tertangkap basah, usai menjual mobil, dan menukarnya dengan satu unit motor bebek. Lalu, tanpa perasaan bersalah, mengkhianati rekan seprofesinya, untuk menjadi musuh bebuyutan supir angkot lainnya, Ojek online.
Supir angkot adalah metafora dari seorang pemimpin. Ia memegang kemudi, kemana arah angkotnya berjalan. Biasanya, ia tidak sendiri. Ia didampingi seorang 'wakil' yang kita sebut sebagai kernet. Dibelakangnya, puluhan 'rakyat' dari berbagai kalangan; muda, tua, kaya, miskin, berbagai suku, berbagai ras, berbagai agama dan lain-lain yang sangat butuh belaian kasih sayang. Maksud saya, sangat butuh pelayanan dari pemimpinnya.
Supir angkot adalah suri teladan paling ideal untuk ditiru oleh pemimpin bangsa, mulai dari pemimpin negara, daerah, sampai pemimpin rumah tangga. Namun, substansi dari tulisan ini bukanlah melulu perkara kehidupan, sisi lain atau asal muasal dari supir angkot. Tapi, bahasannya jauh lebih esensial, lebih krusial. Ini tentang filosofi kerja supir angkot. Bagi saya, pemimpin sangat dianjurkan untuk menganalisa tata cara dan pola fikir supir angkot, berikut filosofi kerja supir angkot.
Setidaknya, lima filosofi utama Supir angkot, perlu menjadi kajian sendiri bagi pemimpin bangsa.
1. Supir angkot tidak pernah membawa 'Rakyat'nya ke jalan yang salah
Bisa dibayangkan kalau mereka membawa 'rakyat'nya kejalan yang salah? Pasti ibu-ibu muda yang merasa masih kece sudah berteriak seakan-akan diculik. Beberapa pemuda akan memukul-mukul jendela, sedangkan beberapa alay akan segera update status : "Tolong kami ya Allah, Aliando atut."
2. Supir angkot tidak pernah meminta lebih atau makan hak 'rakyat'
Saat 'rakyat'nya membayar ongkos, Sang Supir tidak pernah meminta lebih, malahan kalau uang rakyatnya berlebih, ia malah akan mengembalikan. Secara psikologis, perasaan supir angkot tidak tenang kalau merasa mengambil uang yang bukan haknya, walaupun jumlahnya sedikit.
3. Supir angkot selalu memberikan hiburan dan kenyamanan
Terutama angkot di Sumatera Barat, penuh pernak-pernik seakan-akan seperti perayaan tahun baru. Full music, itu yang tidak akan didapatkan oleh 'rakyat' angkot di kendaraan manapun. Full AC, asalkan pintu dan semua jendela terbuka. Tak jarang, asalkan duduk dekat dengan supir, anda bisa curhat gratis, meski tidak dijamin akan didengar dengan serius oleh sang supir.
4. Supir angkot menjaga keselamatan rakyatnya
Ada beberapa yang menuding, bahwa sebenarnya supir angkot tersebut bukanlah menjaga keselamatan rakyatnya, melainkan keselamatan ia dan mobilnya sendiri. Tapi, setidaknya supir angkot tidak akan membiarkan mobilnya kecelakaan, sampai satu penumpangnya harus dilarikan ke RS. Menjaga diri, demi kepentingan umum. Itu jauh lebih baik daripada menjaga umum, demi kepentingan diri.
5. Supir angkot selalu mengambil keputusan yang tepat
Supir angkot yang baik, selalu mengambil keputusan yang tepat. Kapan saatnya harus berjalan, dan kapan pula harus berhenti. Kapan saatnya mulai bekerja, juga kapan saatnya harus pulang. Tidak ada supir angkot yang memutuskan pulang, dan berhenti menarik penumpang, saat masih ada penumpang di mobilnya yang belum diantar.
Mungkin pemimpin bangsa, daerah, desa, RT hingga pemimpin rumah tangga perlu meneladani filosofi kerja supir angkot. Kalau saja pemimpin bangsa ini menuruti lima filosofi utama supir angkot tersebut, saya haqul yakin negara ini akan maju, setidaknya lima sentimeter. (ai/pojokseni)