Refleksi Budaya Lubuklinggau Dalam Kumcer Bulan Celurit Api Bagian II -->
close
Pojok Seni
14 March 2016, 3/14/2016 11:35:00 PM WIB
Terbaru 2023-07-18T16:50:15Z
SastraUlasan

Refleksi Budaya Lubuklinggau Dalam Kumcer Bulan Celurit Api Bagian II

Advertisement
Refleksi Budaya Lubuklinggau Dalam Kumcer Bulan Celurit Api

Diah Irawati, S.S, M.Pd
(Bagian II)

pojokseni.com - Di bagian I, sudah dibahas tentang Sistem Keagamaan dan Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia dalam bagian sebelumnya (Baca di Refleksi Budaya Lubuklinggau Dalam Kumcer Bulan Celurit Api -bagian I). Sebagai lanjutan, akan dibahas tentang sistem mata pencaharian hidup dan sistem kemasyarakatan dalam kumcer tersebut. 

3. Sistem Mata Pencaharian Hidup 


Sistem mata pencaharian hidup pada budaya Melayu Lubuklinggau yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bulan Celurit Api yang paling dominan yaitu petani karet di Lubuklinggau karet dinamakan dengan para, terdapat istilah khusus yaitu nakuk para. Selain itu terdapat keanekaragaman pekerjaan masyarakat Lubuklinggau yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bulan Celurit Api karya Benny Arnas. Selain bercocok tanam seperti petani para (karet), tukang ladang dan lainnya, terdapat juga profesi lain yaitu tukang jahit. 

Tidak hanya itu, dalam kumpulan cerpen ini juga menjelaskan tidak semua masyarakat Lubuklinggau yang berkerja tetapi masih terdapat juga pengangguran. Seperti keenam anak Mak Munah dalam cerpen Bulan Celurit Api yang tak satupun menjadi orang, hanya menumpang dirumah orang tuanya. Selain itu pada saat ini tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang.

4. Sistem Kemasyarakatan


Sistem kemasyarakatan dibagi menjadi dua yaitu sistem kekerabatan dan sistem aktivitas sosial masyarakat. Pada kumpulan cerpen Bulan Celurit Api membahas mengenai sebutan kekerabatan khusus dalam masyarakat Lubuklinggau . Seperti Neknang, yang merupakan singkatan dari nenek lanang (laki-laki) di daerah Lubuklinggau berarti Kakek. Masyarakat Lubuklinggau memanggil sebutan ibu dengan Mak dan sebutan ayah dengan Bak. Untuk paman, mereka memanggil dengan sebutan Mang. (Mang atau Mamang berarti Paman)



Pernikahan di Lubuklinggau
Ilustrasi pernikahan di Lubuklinggau

Dari segi aktivitas sosial dalam kumpulan cerpen Bulan Celurit Api ini banyak mengungkapkan tradisi ketika ada hajatan atau perkawinan dan kebiasaan masyarakat ketika ada yang kematian salah satu anggota keluarga.  Dalam perkawinan dikenal istilah khusus yaitu hari bemasak yang merupakan hari dimana orang-orang kampung berkumpul pada satu hari menjelang pesta pernikahan. Ketika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal, tradisi masyarakat di Lubuklinggau ahli rumah harus mempersiapkan makanan untuk para pelayat. 

Menyajikan kopi dan rokok khusus untuk kaum laki-laki, dan menyiapkan makanan untuk para pelayat, makanan yang disediakan tuan rumah memang tidak membutuhkan biaya yang besar, hanya nasi panas, gulai nangka dan goreng ikan asin masyarakat Lubuklinggau menamainya gorang balur, sambal asam, dan beberapa kelopak kubis mentah, tetapi bila dikaji kembali hal ini tentu saja memberatkan tuan rumah, karena disamping mendapatkan musibah mereka juga harus menyiapkan banyak hal.

Ads