Prof. Sumanto : Jangan Lagi kirim TKI/TKW ke Arab untuk jadi Pembantu -->
close
Pojok Seni
20 March 2016, 3/20/2016 11:04:00 PM WIB
Terbaru 2016-03-20T16:04:09Z
ArtikelBerita

Prof. Sumanto : Jangan Lagi kirim TKI/TKW ke Arab untuk jadi Pembantu

Advertisement
Professor Sumanto Al Qurtuby

Edisi Status Prof. Sumanto Al Qurtuby (bagian I)

pojokseni.com - Masih dari status Professor Sumanto Al Qurtuby, Dosen di King Fahd University for Petroleum and Gas, Arab Saudi. Ia berharap agar Bangsa Indonesia tidak lagi mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga kerja Wanita (TKW) ke Arab Saudi untuk menjadi pembantu. Tapi, kirimkan tenaga terdidik, karena selama ini Arab Saudi mengira bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa Budak. 

Ia juga menekankan agar Indonesia lebih mencintai budaya sendiri, ketimbang 'mengarabkan diri'.

Ini isi statusnya : 

Mudah mudahan pemerintah tidak mengirim lagi TKI atau TKW sehingga mereka tidak menganggap orang Indonesia bangsa budak.

Tetapi kirim tenaga terdidik, terutama yang menguasai bahasa Inggris.

Sekali lagi:

Saya bukan anti Arab dan juga bukan anti Barat saya cuma orang Jawa - Indonesia yang dipercaya sebagai orang yang bekerja sebagai tenaga ahli yang dibayar berdasarkan keahliannya.

Suatu hari, dan ini bukan untuk menyombongkan diri, saya merasa bangga ketika saya keluar dari sebuah hotel di Jeddah, saya dijemput oleh sopir orang Arab berasal dari Thaif. 
Itu kebanggaan saya, karena biasanya yg jadi sopir itu orang Indonesia.

Mudah2an kita tidak jadi bangsa budak dan budak diantara bangsa lain.

Belum lama ini sy mengadakan survei dg responden para mahasiswaku (sekitar 100 mhs) yg mayoritas beretnik Arab & Saudi. Survei ini bersifat "confidential" dan identitas mahasiswa tdk diketahui. Salah satu pertanyaan dlm survei adl: "Agar lebih Islami, apakah masyarakat Muslim non-Arab harus meniru & mencontoh masyarakat Arab & menjalankan kebudayaan mrk?" Jawaban mrk, sekitar 60% bilang "tidak", 12% bilang "ya", selebihnya "mungkin" & "tidak tahu".

Saya tdk tahu secara pasti apakah jawaban mrk itu ada kaitannya dg "doktrin2" pentingnya menghargai pluralitas budaya, agama, & masyarakat yg selama ini sy "ajarkan" di kelas atau mungkin karena pengaruh pendidikan yg semakin meningkat atau gelombang modernisasi & "internetisasi" yg mewabah di kawasan Arab.

Apapun faktor2nya yg jelas hasil survei ini "sedikit menggembirakan" (setidaknya buatku), meskipun masih bny tantangan cukup besar menghadang di depan mata. Bukan suatu hal yg mustahal jika kelak kaum Muslim Arab & Saudi khususnya bisa menjadi lebih maju, terbuka, dan toleran. Dan bukan suatu hal yg mustahal pula jika kelak kaum Muslim Indonesia justru "nyungsep" menjadi umat yg bebal, tertutup, dan intoleran.

Di saat masyarakat Arab mulai lelah dg konflik & kekerasan serta mulai menyadari pentingnya keragaman & hidup bertoleransi, sejumlah kaum Muslim di Indonesia justru menjadi umat intoleran dan anti-kemajemukan. (@pojokseni)

Ads