Advertisement
pojokseni.com - Salah satu keputusan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang paling anyar adalah tidak diperbolehkannya ada seorang laki-laki yang berperan menyerupai perempuan. Baik tindak-tanduknya, aksesorisnya, gaya bicara dan gestur tubuhnya. Tentu saja, keputusan KPI menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Beberapa pihak bahkan menyebut keputusan KPI tersebut seperti ini, ingin membasmi ular, tapi yang diserang justru belut. Keputusan ini dianggap salah kaprah, tidak tepat sasaran.
Salah satunya, Kesenian Teater Tradisional asal Jawa Timur, Ludruk (Baca juga : 10 Bentuk Teater Tradisional di Indonesia). Seluruh pemain dalam pertujukan Ludruk adalah seorang laki-laki. Kalaupun ada peran seorang perempuan, maka laki-laki yang memerankannya. Apakah benar seorang laki-laki akan terpedaya dan mengikuti peran tersebut.
Apabila benar keputusan KPI diberlakukan, tanpa memperhatikan situasi dan kondisi, maka penampilan Ludruk tentu akan menghilang dari Televisi. Atau, sutradaranya akan merubah bahwa dalam satu pertunjukan, tidak ada satupun perempuan.
Masalahnya, apakah benar laki-laki yang menyerupai perempuan, atau kita sebut sedikit 'melambai', itu dipastikan LBGT? Sepertinya, juga terjadi kesalah kaprahan pengertian antara pelaku 'cinta sesama jenis' dengan lelaki kemayu.
Coba lihat Bang Ipul (Saiful Jamil), ia justru Macho, dan tidak kemayu. Bandingkan dengan Ivan Gunawan, yang jelas-jelas 'melambai' tapi justru mengejar cinta Ayu Ting-ting dan Cita Citata.
Tentu saja, pojokseni.com tidak pernah sekalipun pro dengan LBGT. Ini masalah prinsip, dan tidak bisa diganggu gugat. Tapi, tentu saja kami tidak sejalan dengan keputusan KPI, yang menurut kami salah kaprah.
Redaksi pojokseni.com