Advertisement
pojokseni.com - Bila Anda sudah menonton film berjudul 'Pintu Terlarang' (2009) maka Anda akan disajikan adegan berdarah, pembunuhan, seksual yang tidak boleh ditonton oleh anak berusia di bawah 17 tahun.
Tetapi, kali ini pojokseni.com ingin mereview Novel Pintu Terlarang yang menjadi sumber dari film tersebut. Novel ini adalah novel karangan Sekar Ayu Asmara oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini juga pernah diterbitkan oleh PT Andal Krida Nusantara pada tahun 2004. Meskipun termasuk novel yang sudah lama terbit, namun pojokseni.com masih merekomendasikan novel ini untuk para pecinta novel seluruh Indonesia, terutama untuk yang belum membacanya.
Pintu terlarang dalam versi Film Layar Lebar |
Alasan utama adalah, Anda akan disuguhkan imajinasi liar Sekar Ayu lewat cerita yang berkisah tentang Gambir, seorang Pematung. Khayalan Gambir ini yang akan Anda nikmati dari awal novel, hingga akhir. Di tengah cerita, terselip tentang kisah Ranti, seorang wartawati yang dekat dengan Dion, fotografer. Ranti inilah yang nantinya akan bertemu dengan Gambir di akhir cerita, dan mengungkapkan kisah gila Gambir lewat tulisannya.
Anda jangan terkejut, bila imajinasi Anda akan ikut berputar-putar lewat kisah Gambir kecil yang kerap menjadi korban kekerasan oleh Ayah dan Ibu kandungnya. Mulai dari dipukul, dilecut, dibenamkan dalam bak mandi, disulut dengan api rokok, hingga dimasukkan kecoa didalam mulutnya.
Gambir inilah yang akhirnya menjadi tertekan jiwanya, hingga dengan khilaf membunuh kedua orang tuanya, kemudian memotong tangannya sendiri, tangan kirinya. Hampir saja Gambir kecil akan menggorok lehernya, namun keburu ketahuan oleh tetangganya yang kemudian membawanya ke Rumah Sakit Jiwa.
Cetakan pertama Pintu Terlarang, 2002 |
Karya tersebut menjadi hidup, lantaran semua hasil karya Gambir adalah patung perempuan hamil yang telanjang, sedangkan didalam perutnya diletakkan janin yang benar-benar hidup!
Awalnya, dimulai dari kehamilan istrinya. Lalu, istrinya yang tidak mau karirnya terganggu dengan kehamilan memilih untuk menggugurkan kandungannya. Mereka bertemu dengan si Kembar Eva dan Evi yang membuka praktek aborsi lalu menggugurkan kandungan tersebut. Janin yang digugurkan diberikan pada Gambir secara gratis, dengan syarat mereka harus merekomendasikan klinik tersebut pada orang yang 'membutuhkan'.
Janin itulah yang kemudian oleh Gambir, berdasarkan ide dari istrinya, dimasukkan dalam larutan formalin, untuk kemudian dimasukkan dalam 'perut' patung ibu hamil yang dibuat Gambir. Patung pertama, diberi nama Arjasa, sesuai dengan nama anak yang batal lahir tersebut. Dari "Arjasa" kemudian, lahir "Widuri", "Kinanti" dan patung lainnya yang terjual hingga ratusan juta rupiah.
Kesempurnaan rumah tangga Gambir rusak, karena Talita ternyata selingkuh dengan dua sahabat baiknya, Rio dan Dandung. Lebih parah lagi, Talita juga berselingkuh dengan Damar, adik kandung Gambir. Ketika Gambir mengetahui semuanya, ia kalap dan membunuhi Damar, Rio dan Dandung.
Ternyata, perselingkuhan tersebut diminta oleh Menik, ibu kandung Gambir yang membuat Gambir lalu menghabisi ibunya sendiri. Terakhir, Talita juga ikut terbunuh oleh Gambir. Sebelum terbunuh, Talita sempat membuka pintu terlarang didalam studio Gambir yang akhirnya membuat Gambir tertarik ke "Dunia Nyata".
Tapi ternyata kisah itu hanya khayalan Gambir dewasa, bertangan buntung, berbaju "kurung" (baju untuk orang gila di RSJ) dan terkurung dalam ruang isolasi. Dalam setiap khayalannya, ada sebuah pintu terlarang. Pintu tersebut diasosiasikannya dengan pintu yang mengurungnya dalam sel. Saat pintu itu terbuka, maka akan ada seorang suster yang menyuntikkan obat penenang lewat nadinya hingga membuatnya merasa di neraka.
Membuatnya teringat kembali ketika ia disiksa oleh dua orang tua kandungnya, mulai dari dipukul, dilecut, dibenamkan dalam bak mandi, disulut dengan api rokok, hingga dimasukkan kecoa didalam mulutnya.
Anda hanya perlu membaca 2 bab pertama dari kisah di novel ini, sebelum akhirnya Anda tidak akan bisa berhenti sampai selesai. (@pojokseni)