Advertisement
Malam Penutupan Pekan Nan Tumpah, Padang, Sumatera Barat
Reporter : Ikhsan Satria Irianto
Pojokseni.com - Malam penutupan Pekan Nan Tumpah 2015 digelar pada hari Sabtu (26/12/2015) di Teater Utama, Taman Budaya, Sumatera Barat pada pukul 20.00 WIB. Acara ini ditutup oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang, Nurmatias yang secara resmi mengakhiri rangkaian acara ini. Pertunjukan menarik dihelat pada pukul 20.30 WIB. Teater Sakata, mempersembahkan pertunjukan memukau bertajuk "Carito di Bukik Tui", karya dan sutradara Tya Setiawati. Pertunjukan yang berjalan dibawah supervisor, Enrico Alamo ini merupakan produksi teater tersebut yang ke 35.
Lakon “Carito di Bukik Tui” ini mengisahkan tentang getirnya kehidupan masyarakat di Bukit Tui (Padangpanjang) yang selama ini telah bergantung hidup dari tambang kapur. Namun, tempat mereka mencari nafkah itu tiba-tiba ditutup dengan alasan yang tidak jelas. Lantas, masyarakat di Bukik Tui mempertanyakan kejelasan tentang hidup mereka.
Tya Setiawati menambahkan, naskah ini telah beberapa kali dipentaskan oleh Teater Sakata. Namun pada pementasan kali ini sedikit ada perombakan dari pemain dan komposisinya. Kepada pojokseni.com, sutradara Teater Sakata menyebutkan bahwa proses penggarapan dengan konsep baru ini membutuhkan waktu 2 bulan.
Ada beberapa pamain tambahan pada garapan ini dan juga ada beberapa penambahan adegan. Dan dari pertunjukan “Carito di Bukik Tui” sebelumnya, garapan kali ini adalah garapan yang paling banyak pemainnya, yakni 20 orang.
"Setelah ini, Lakon 'Carito di Bukik Tui' ini rencananya akan kembali dipentaskan di tiga tempat berbeda yaitu, Jambi, Pekan Baru, dan Medan," lanjut Tya.
Sementara itu, Mahatma Muhamad, salah satu pendiri Komunitas Seni Nantumpah sekaligus ketua Pelaksana dari Pekan Nan Tumpah 2015 menyatakan bahwa pementasan Teater Sakata memiliki pola dialog yang komunikatif dan merakyat, dengan menggunakan bahasa Minang.
"Ditambah dengan ekplorasi gerak yang rampak. Pesan benar-benar tersampaikan sekaligus suasana yang terasa hidup," kata Mahatma.
Senada dengan Mahatma, Novi Delviana S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMK 1 Sumatra Barat juga mengaku sangat terhibur oleh pementasan tersebut.
"Pesannya tersampaikan walaupun beberapa adegan disimbolkan melalui gerak," ungkapnya.
Sementara itu, Supervisor Teater Sakata, Eniro Alamo mengucapkan rasa terima kasih kepada Komunitas Seni Nan Tumpah yang telah berkenan mengundang Teater Sakata sebagai bintang tamu dari perayaan Pekan Nan Tumpah. Ia juga berharap agar acara tersebut dapat menjaga silahturahmi antara setiap komunitas seni.
"Salut sama KS Nan tumpah yang telah berhasil menyelenggarakan Festival Kesenian “Pekan Nan Tumpah”. Karena tidak semua komunitas independen yang berbasis nirlaba bisa dan sanggup menyelenggarakan acara sebesar dan semegah ini. Semoga KS Nan Tumpah selalu berkaya dan tetap produktif," pungkasnya.
Pekan Nan Tumpah rencananya akan diselenggarakan kembali pada tahun 2017 bertepatan dengan perayaan ulang tahun KS Naantumpah yang ke 7. Dengan berakhirnya pertunjukan dari Teater Sakata maka berakhirlah serangkayan acara dari Festival Kesenian “Pekan Nan Tumpah” 2015. (@pojokseni)