Advertisement
Reporter Sumatera Barat : Ikhsan Satria Irianto
pojokseni.com - Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Infanteri dan Hari Bela Juang Negara di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat kembali diwarnai dengan pegelaran drama kolosal. Kali ini, drama yang digelar berjudul "Merdeka atau Mati" disutradari oleh Rushel AF yang dihadirkan tepat setelah pelaksanaan Upacara HUT TNI Infanteri pada tanggal 19 Desember 2015 lalu, di Lapangan Kantin Wirabraja, Kota Bukittinggi.
Acara tersebut digelar oleh Kodim 0304 Agam dibawah binaan langsung Dandim 0304 Agam. Drama ini diperankan oleh personil TNI AD Kodim setempat bersama dengan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Fakultas Kesehatan, MIFA dan Universitas Perintis Bukittinggi.
Pertunjukan yang berlangsung dalam durasi sekitar 25 menit ini disaksikan oleh seluruh personil TNI se-Provinsi Sumatera Barat. Selain TNI, pertunjukan ini juga disaksikan oleh oleh masyarakat setempat.
Drama kolosal perjuangan yang berjudul “Merdeka atau mati” yang menceritakan tentang perjuangan jendral sudirman melawan penjajah yang dikisahkan pada tahun 1946 sampai 1949. Ketika itu Presiden Soekarno, dan wakilnya, Bung Hatta sedang diasingkan ke Pulau Bangka. Jendral Soedirman yang sedang didera sakit berat melakukan perjalanan ke Selatan dan memimpin perang grilya selama tujuh bulan. Pada saat itu Belanda menyatakan Indonesia sudah tidak ada, namun dari kedalaman hutan, Jendral Sudirman menyiarkan bahwa Indonesia masih ada dan berdiri kokoh bersama tentara nasionalnya.
Koordinator Lapangan pelaksaan acara ini, Kapten Rudi Chandra, mengaku sangat puas dengan pementasan kali ini. Ia berharap, setiap orang yang menyaksikan pertunjukan ini dapat meningkatkan rasa nasionalisme.
"Semoga dengan menyaksikan pertunjukan ini rasa nasionalisme masyarakat lebih besar terutama para generasi muda," ungkapnya pada pojokseni.com.
Drama kolosal ini merupakan garapan kedua Rushel AF. Pertunjukan pertama digelar pada peringatan hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus lalu.
"Kesulitannya adalah dengan menyutradarai sebanyak 300 orang, namun ini merupakan sebuah tantangan bagi saya, alhamdulilah pertunjukan ini berjalan lancar," ungkap lelaki yang kerap disapa Uchel ini.
Dari penonton, Lastri Wulan, mahasiswa Muhamadiyah Bukittinggi mengatakan bahwa pertunjukan ini membangkitkan rasa nasionalisme bagi siapa saja yang menyaksikannya.
"Semoga untuk kedapannya rasa nasionalisme masyarakat Indonesia khususnya di Bukittinggi meningkat," tutupnya. (@pojokseni)