Advertisement
pojokseni.com - Bahasa Indonesia dianggap perlu untuk go Internasional atau internasionalisasi untuk menjadi Bahasa ASEAN. Sebab, hal ini berkaitan dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal itu juga dipaparkan oleh Professor Mahsun, seorang Pakar Bahasa dari ITB. Menurutnya, Bahasa Indonesia memiliki penutur terbanyak di ASEAN, sehingga sangat mungkin dan sangat perlu untuk di internasionalisasi.
"Kalau tidak, Bahasa Indonesia yang digunakan oleh 250 juta masyarakat Indonesia dan berhasil menyatukan 659 suku di Indonesia bisa tergeser dengan Bahasa Inggris," ungkapnya.
Selain itu, Prof Mahsun menyatakan bahwa masa MEA adalah masa persaingan antar negara. Kondisi tersebut sangat berbahaya, lantaran berpengaruh secara signifikan pada Bahasa Indonesia. Apalagi, generasi muda Indonesia justru lebih mulai suka "Mengagungkan" Bahasa Inggris.
"Padahal, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya, memiliki satuan gramatika yang sangat kaya, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai strategi pengayaan kosakata, untuk mengimbangi bahasa Inggris," terang Mahsun.
Orang Tua Lebih Suka Ajarkan Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia Terancam Punah?
Prof Mahsun menambahkan, masyarakat Indonesia lebih cinderung mengajarkan anak-anaknya berbahasa Inggris, bahkan dari usia sangat dini, dibandingkan Bahasa Indonesia. Kondisi itu sangat berbahaya, karena kejadian di Singapura bisa saja terjadi di Indonesia. Di Singapura, bahasa ibu, yakni Melayu, bahkan benar-benar sudah kalah pamor dengan Bahasa Inggris. Bahkan, sangat mungkin terjadi kepunahan pada bahasa ibu, bila kondisi tetap bertahan hingga 10 tahun kedepan.
"Di Singapura, hanya lagu saja yang berbahasa Melayu," katanya.
Meskipun begitu, Prof Mahsun juga tidak mengharamkan untuk masyarakat belajar bahasa Asing. Menurutnya, Bahasa Asing juga bisa digunakan untuk memperkenalkan Indonesia, termasuk Bahasa Indonesia. (@pojokseni)