Advertisement
pojokseni.com - Jangan lewatkan even bergengsi dari Teater Eska UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Even ini adalah Musyawarah Sastra bertajuk "Menyisir kehidupan sastra di lingkungan UIN Sunan Kalijaga". Catat tanggalnya berikut ini.
Parallel Even #4
Musyawarah Sastra
"Menyisir Kehidupan Sastra di Lingkungan UIN Sunan Kalijaga"
Hari & Tanggal: Senin, 09 November 2015
Pukul: 19.30 WIB
Tempat: Gelanggang Teater Eska UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kehidupan sastra di lingkungan UIN Sunan Kalijaga merupakan peristiwa menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Dari waktu ke waktu, kampus berbasis Islam ini selalu melahirkan banyak sastrawan yang kualitas karya-karyanya menggembirakan. Musyawarah ini dalam rangka mengajak kawan-kawan untuk menyumbang pandangan di sekitar pertanyaaan: apa yang sesungguhnya mendorong mahasiswa UIN untuk menulis sastra? Kondisi sosial macam apa yang melatari praktik kreatif mereka? Bagaimana karya-karya mereka (yang mengambil semangat Islam, misalnya) dibaca terkait persinggungannya dengan rezim pemikiran arus utama yang datang dari Barat (maafkan istilah), misalnya? Dan lain-lain, dan sebagainya. Untuk membicarakan hal di atas, kami mengundang para pembicara untuk mewakili generasi dan latar belakangnya. Sebab kami pikir, perspektif waktu (generasi) diperlukan dalam musyawarah ini.
Faisal Ismail, adalah guru besar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Beliau juga seorang penyair generasi PSK (Persada Studi Klub) yang aktif belajar pada penyair Umbu Landu Paranggi. Sebagai penyair, barangkali namanya tidak setenar Emha Ainun Nadjib, Iman Budhi Santosa, atau Linus Suryadi Ag yang juga anggota PSK, sebab kemudian beliau lebih fokus sebagai akademisi meskipun tidak berhenti menulis puisi hingga sekarang. Seturut pengalamannya, beliau akan berbicara kehidupan sastra di UIN (IAIN) antara tahun 60-an sampai 70-an, berikut hal-hal yang berkait dengan kondisi sosial dan politik pada tahun-tahun itu. Sementara Aly D Musyrifa akan berbicara kehidupan sastra di UIN (IAIN) pada tahun 80-an hingga 90-an di mana ia adalah salah satu pelakunya. Pada tahun-tahun itu, kehidupan sastra di UIN (IAIN) sangat bergairah dan bahkan menjadi magnet tersendiri bagi pegiat sastra di luar UIN (IAIN) untuk turut berproses di kampus ini. Sementara Badrul Munir Chair adalah generasi mutakhir, mewakili kawan-kawan yang tengah berproses di kampus ini. Ia akan berbicara di seputar apresiasi kampus terhadap mahasiswa yang menulis sastra dan melunturnya semangat komunal dan seterusnya. Dari berbagai perpektif waktu yang diwakili oleh masing-masing generasi tersebut diharapkan bisa melihat dengan terang betapa UIN melampaui apa yang disebut "kampus": tempat seseorang kuliah dan dapat ijazah. (@pojokseni)