Advertisement
pojokseni.com - Rangkaian Pekan Apresiasi Teater (PAT) ke-6 tahun 2015 tahun ini ditutup oleh pementasan Teater Tanah Air, Jakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Apabila Teater Tanah Air menampilkan monolog berjudul 'Mas Joko', ISI Jogjakarta menampilkan naskah 'Laweradon'.
Dimulai dengan pertunjukan monolog oleh Jose Rizal Manua (Teater Tanah Air, Jakarta) berjudul 'Mas Joko' karya Remy Sylado. Dengan pakaian serba Merah-putih : kemeja merah, celana putih bersuspender, kaus kaki merah dan sepatu putih, juga membawa koper merah putih dan berisi bunga plastic berwana merah putih.
Monolog Mas Joko bercerita tentang kakek tua yang jatuh cinta kepada seorang perempuan berusia 20 tahun yang wajahnya bundar seperti bulan. Perempuan itu tinggal sendiri di apartemen lantai 19.
Suatu hari, Mas Joko harus menaiki tangga untuk menyambangi perempuan tersebut karena lift apartemen macet. Mas Joko renta butuh waktu tiga jam untuk sampai keruangan yang ditinggali kekasihnya. Sepanjangjalan, ia berkeluh kesah tidak keruan, antara lain, mulai dari persoalan moral yang hanya diukur dari sisi material hingga persoalan koruptor yang bebas di negeri ini.
Mas Joko juga menyindir budaya orang Indonesia yang tidak menghormati perempuan. Contoh paling sepele : bagaimana para pejabat yang berpidato selalu menyapa laki-laki terlebih dahulu, baru kemudian perempuan.
"Puan-puan dan tuan-tuan. Anda jangan heran jika aku menyapa Anda dengan menyebut perempuan lebih dulu daripada laki-laki. Aku memang tidak mau mengikuti kebiasaan orang Indonesia yang lebih dulu menyebut laki-laki baru perempuan," kata Mas Joko.
Penampilan selanjutnya dihelat di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam. Giliran ISI Jogjakarta dengan naskah Larewadon yang menghibur penonton. Naskah ini menceritakan tentang para perempuan yang berkerja di sawah, telah enggan untuk bekerja lantaran perkembangan zaman. Pemain dalam naskah ini kesemuanya adalah perempuan. Bahkan, ISI Jogjakarta juga mengutus penata artistik, lighting dan musik juga seluruhnya perempuan. ISI Jogjakarta juga mengambil setengah dari tempat duduk penonton sebagai panggung. Dengan nada dan suasana khas Yogyakarta, penonton seakan menonton pertunjukan di Yogyakarta.
Hingga akhirnya, pukul 23.00 WIB acara PAT#6 resmi ditutup. Acara penutupan dimulai dengan pemutaran video cuplikan acara PAT dari hari pertama. Kemudian, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang, Dr. Erlinda, M.Sn menutup acara tersebut secara resmi. Penampilan paling terakhir adalah kolaborasi antara ISI Padangpanjang dengan IKJ dalam pertunjuakn Flam Percussion dan Pantomime. (@pojokseni)