Omed-Omedan, Tradisi Ciuman Massal Ala Bali -->
close
Pojok Seni
20 October 2015, 10/20/2015 10:40:00 PM WIB
Terbaru 2015-10-20T15:41:28Z
BeritaSeni

Omed-Omedan, Tradisi Ciuman Massal Ala Bali

Advertisement
Tradisi Omed-omedan di Bali

pojokseni.com - Budaya dan adat istiadat Indonesia memang terkenal unik-unik. Tapi, yang satu ini sangat unik. Tradisi ini dikenal dengan nama "Omed-omedan" yakni tradisi ciuman massal yang hanya ada di Desa Adat Sesetan, Banjar Kaja, Bali. Apa itu "Omed-omedan"?
Dari beberapa sumber yang didapat pojokseni.com, secara bahasa, Omed-omedan berarti tarik-tarikan. Tradisi ciuman massal antara pemuda dan pemudi ini bahkan sudah ada sejak abad ke-17 dan jadi salah satu tradisi warisan leluhur. Tradisi ini dilakukan berkelang satu hari setelah hari Raya Nyepi.
Omed-omedan Sumber foto : Kompas

Darimana Tradisi ini Bermula?
Awalnya, dahulu kala ada sebuah kerajaan di Denpasar Selatan. Pada suatu hari, raja kerajaan tersebut sedang jatuh sakit. Namun, diluar istana ada seorang lelaki dan perempuan yang sedang saling 'tarik menarik' sehingga menimbulkan suara yang ribut. Raja lalu keluar istana karena marah, sehingga berencana untuk menghentikan keributan tersebut. Kemudian, saat melampiaskan amarahnya sambil memisahkan lelaki dan perempuan yang sedang 'omed-omedan' tersebut, sang raja malah mendadak sehat. Sejak saat itu, pada hari Ngambek Geni (Setelah Nyepi) sang Raja menyerukan agar daerah tersebut menggelar tradisi Omed-omedan disetiap tahunnya.  
Sumber Foto : pegi-pegi
Bagaimana pelaksanaannya?
Sebelum memulai tradisi, pemuda dan pemudi dibagi menjadi dua kelompok. Pemuda dan pemudi ini juga dibatasi, paling muda berusia 17 tahun, dan maksimal 30 tahun juga belum menikah. Seluruh peserta ritual akan mengikuti sembahyang bersama di Pura Banjar, lalu dipercikkan dengan air suci. Juga ditunjukkan semacam tarian yang bertujuan utnuk keselamatan agar acara berjalan sukses, dalam upacara sebelum ritual omed-omedan tersebut.
Lalu, kedua kelompok, kelompok lelaki (teruna) dan kelompok perempuan (teruni) lalu berbaris berhadapan. Ritual ini juga tidak dilakukan dengan sembrono, karena dikawal oleh seorang pecalang. Lalu, satu persatu sepasang pemuda dan pemudi diangkat dan diarak. Nah, saat itulah, kedua orang tersebut harus saling berpelukan dan berciuman. Saat itulah, panitia akan menyiramkan air pada peserta tersebut. Tidak jarang, para penonton yang tertarik menyaksikan tradisi ini dari dekat juga sering terkena siraman air.
Iya, tradisi ini sempat hampir dihentikan, karena dianggap tidak sesuai dengan adat timur. Namun, muncul kekhawatiran dari para warga, akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi lantaran tradisi ini termasuk tradisi yang sakral. Lagipula, acara ini juga terbukti dapat menjaga keharmonisan dan silaturahmi masyarakat setempat. Juga, berhasil menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional. Tertarik ke Bali untuk menyaksikan tradisi unik ini? (@pojokseni)
Follow twitter kami @pojokseni dan like FB page kami pojokseni.com untuk informasi terbaru dunia seni dan teater.

Ads