Komuntas saYak Bengkulu : “Bukan Bagai Katak Dalam SaYak (tempurung)" -->
close
Pojok Seni
23 October 2015, 10/23/2015 01:17:00 PM WIB
Terbaru 2015-10-23T06:17:26Z
BeritaSeni

Komuntas saYak Bengkulu : “Bukan Bagai Katak Dalam SaYak (tempurung)"

Advertisement
Pameran Seni rupa oleh Komunitas saYak

pojokseni.com – SaYAk dalam Bahasa Melayu diartikan sebagai Tempurung Kelapa, merupakan lapisan keras yang terdapat didalam buah Kelapa. Kenyataannya, ‘benda’ ini cinderung akan diabaikan dan dibuang, setelah isi dalamnya diambil. 
Seperti dikatakan oleh para anggota komunitas saYak, bahwa awalnya dari obrolan singkat dari beberapa kawan dalam sebuah diskusi ringan, secara tidak sengaja fisolofi dari tempurung itu lahir. Atas kesepakatan bersama dengan keinginan menggunakan bahasa lokal Bengkulu yang merupakan bagian dari rumpun melayu, maka mereka menyepakati terbentuknya sebuah komunitas dengan nama saYak.
Ada sebuah pribahasa lama mengatakan “bagai katak dalam tempurung”. Adalah sebuah motivasi bagi kami agar tidak menjadi seperti makna yang terkandung dalam sebuah pribahasa tersebut. Toh tidak ada “bagai katak dalam sayak”. Dan juga tidak selalu tempurung berada dalam posisi terbalik/tertutup. Atau bisa jadi ada upaya untuk merubahnya ke posisi terbuka dan dapat menjadi wadah yang menampung sesuatu. Sebuah harapan yang dapat diupayakan untuk menjadikan sesuatu yang tidak selalu dalam posisi yang biasanya.
Memang tidak ada akronim dalam kata saYak seperti nama-nama lain yang cenderung adalah singkatan yang terdiri dari gabungan kata yang bermakna, namun kenapa huruf “Y” dalam bentuk capital? Tidak lebih hanya sebatas simbol yang dapat dibayangkan adalah sebuah tiang rumah yang membentuk huruf “Y”. Terlepas dari filosofi tempurung itu sendiri, juga terdapat suatu keinginan untuk menjadi tiang penopang sebuah rumah. Dengan niat bersama dari kawan-kawan yang menginisiasi lahirnya komunitas saYak, dengan semangat bersama yang ada, semoga dalam perjalanannya sesuai dengan apa yang dicita-citakan bersama.
Lahirnya komunitas saYak merupakan suatu keinginan, harapan dan cita-cita bersama yang tidak mengacu pada suatu pencapaian yang besar, kecuali hanya niat dan komitmen bersama untuk menuntaskan PR bersama dalam upaya membentuk medan seni rupa di Bengkulu untuk berada pada posisi idealnya melalui kontribusi nyata dari hal-hal sederhana yang dilakukan secara gotong royong. Dunia kesenian yang bersifat dinamis adalah dasar pemikiran saYak yang berupaya membangun ruang alternatif sebagai wujud keberadaan sebuah aktifitas kesenian yang bersifat desentralisasi.
Prinsip berbagi adalah satu cara yang diupayakan untuk menjadi suatu tradisi di saYak dalam pola pengembangan kapasitas, baik di individu yang berada di dalamnya maupun dari luar dalam bentuk belajar bersama. Dengan komunitas yang bersifat terbuka diyakini dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas. Agar lebih efektif, maka (sementara)  difokuskan pada satu disiplin seni, yaitu seni rupa. Dengan tidak menutup kemungkinan akan berkembangan kepada disiplin seni lainnya. Pun juga tidak melulu harus menjadi sebagai sesuatu yang disebut ‘seni’ atau menjadi penggiat seni untuk memberikan energi positif sebagai andil bagi perkembangan kesenian yang dimaksud.
Hari Minggu 18 Oktober 2015 merupakan hari bersejarah bagi komunitas saYak. Yang mana sebagai sebuah komunitas yang baru lahir, dengan bangga dan penuh rasa suka cita, dapat melaksanakan peluncurannya. Atas rasa syukur itu semoga dapat menjadi jembatan menuju sesuatu yang diharapkan khalayak.

Pameran seni Rupa oleh Komunitas Sayak

Pameran Seni Rupa “KOTAK SUARA

Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik –politik tertentu Pemilihan umum (disebut Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.  Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik. (Wikipedia)
Dalam kacamata seni rupa tentunya memiliki pandangan tersendiri terkait apa dan bagaimana pemilihan umum. Komunitas saYak mencoba merefleksikan fenomena pemilihan umum dalam pameran seni rupa dengan tema KOTAK SUARA pada tanggal 18 – 25 Oktober 2015. Dengan harapan dapat membuka pikiran secara luas terhadap isu yang berkembang secara aktual, tentang apa itu pemilu serta tujuan - tujuan yang terdapat di dalamnya melalui bentuk karya seni rupa yang kemudian didiskusikan bersama untuk memperkaya wacana.
Pameran seni rupa KOTAK SUARA yang diinisiasi oleh Komunitas saYak dapat dikatakan adalah upaya untuk menemukan hal esensial dari apa yang ada dalam kotak suara. Dengan kata lain, adalah upaya untuk menjadikan disiplin seni rupa sebagai alternatif bentuk media komunikasi dan wujud informasi dalam bahasa visual. Mengacu pada fenomena pemilihan umum, bila memang dianggap adalah suatu peristiwa penting yang rentan akan praktik maladministrasi, tentunya kita memiliki harapan atas hak suara yang bersih tanpa intervensi dari partai politik manapun, kelompok atau individu. Lantas sejauh mana peran panitia penyelenggara pemilu dan badan pengawas dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bukan juga penting atau tidaknya sebuah Pemilu, melainkan sejauh mana pengaruh politisasi di masyarakat mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan pra dan pasca Pemilu berlangsung.
Pemilu yang kerap kali disebut sebagai pesta demokrasi, namun bukan hanya cara berpesta, tapi lebih kepada bagaimana kerja bersama menyuarakan kejujuran dalam kesadaran penuh. Rasanya bukanlah hal mudah mengemban amanah yang mewakili harapan dan cita-cita terhadap keberlangsungan negara atau suatu daerah, namun . Suatu hal yang wajar bila ada pemikiran yang kritis terhadap sistem yang dilakukan oleh pemerintahan. Namun bukan berarti harus berakhir pada satu agenda besar pemilu yang menentukan siapa yang menjadi dan apa yang nantinya dilakukannya melaui kebijakan – kebijakan dalam bentuk program kerja. Bila dibahasakan mungkin saja kita berada dalam situasi harap – harap cemas pasca pemilu, menunggu dan kerap kali yang terjadi adalah mau tidak mau harus menerima hasil suatu kebijakan pemerintahan yang tidak memihak secara utuh kepada rakyat.
Dari berbagai macam opini yang muncul ke permukaan, semoga ini dapat sedikit mewakili. Dalam konteks pemikiran itulah pameran ini dirancang. Untuk memperkaya wacana pameran kali ini, sejumlah perupa diundang untuk dapat berpartisipasi dalam pameran ini melalui undangan terbuka. Dari uraian di atas diharapkan peserta dapat membayangkan latar belakang kurasi KOTAK SUARA. Berangkat dari kesadaran pengalaman sosial, tradisi,  kultural, dari berbagai opini, pameran ini ingin membentangkan apa yang dibayangkan oleh para perupa mengenai KOTAK SUARA.


Peserta pameran
1.     Yogi Pratomo
2.     Suyitno
3.     Dedy Suryadi
4.     Meidi kurniawan
5.     Laras novalia
6.     M.apip
7.     Aprik
8.     Syafrin juandi
9.     Diana Gustina wati
10.Topik ajo



 (Pojokseni.com, Bengkulu)

Ads