Advertisement
Laporan Langsung Pekan Apresiasi Teater (PAT) ke-6, ISI
Padangpanjang
Reporter : Ikhsan Satria Irianto
pojokseni.com –
Menuju ke hari ke-4 perhelatan Pekan Apresiasi Teater (PAT) #6, Institut Seni
Padangpanjang, Jumat (16/10/2015) dua sekolah seni, IKJ Jakarta dan tuan rumah, ISI Padangpanjang
juga berhasil menyajikan penampilan yang memukau. Bila IKJ membawakan Naskah
Jam Dinding, karya Nano Riantiarno, ISI Padangpanjang malah berhasil membawakan
Matahari di Sebuah Jalan Kecil yang khas dengan budaya Jawa.
Pertunjukan pertama dimulai pada pukul 20.00 WIB, di Gedung
Pertunjukan Hoerijah Adam. Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menampilkan
pertunjukan drama dengan naskah Jam Dinding disutradarai oleh Frans Yoseps.
Pertunjukan ini berhasil menarik empati penonton, dengan mengangkat konflik
dalam keluarga akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pukul 21.30 WIB, giliran Tuan Rumah, ISI Padangpanjang yang unjuk gigi di Teater Arena Mursal Esten, ISI Padangpanjang. Naskah Matahari di Sebuah Jalan kecil ini dibawakan dengan tingkah yang konyol, sehingga mengundang gelak tawa penonton. Dialog yang digunakan juga sangat ‘merakyat’ sehingga mudah dimengerti oleh penonton.
Meskipun dialog tersebut terkesan ringan, namun bermuatan
sindiran yang cukup pedas kepada pemerintah atau pejabat yang gemar makan uang
rakyat. Salah satu tokoh di drama, yang memerankan Orang Tua, juga beberapa
kali menghangatkan suasana dengan kalimat yang terus menerus diulanginya ; “Ngomong-ngomong,
kau sudah sunat apa belum?”
Tapi, meskipun berasal dari Padangpanjang, Sumatera Barat, namun anak-anak ISI Padangpanjang mencoba keluar dari nuansa Minangkabau yang biasanya menjadi khas penampilan grup teater asal Sumatera Barat ini. Penampilan tersebut, selain menggunakan sedikit Bahasa Jawa dan logat Jawa, ditambah lagi dengan iringan musik yang juga khas Jawa.
“Namun, sebagai tuan Rumah, pertunjukan ISI Padangpanjang, malam ini sangat layak,” kata seorang mahasiswa ISI Padangpanjang, Pandi Mirdianto pada pojokseni.com
Kisah yang ditampilkan adalah tentang seorang pemuda yang makan pecel, namun kemudian ketinggalan dompetnya. Semua orang percaya bahwa seorang pemuda adalah seorang penipu, sehingga berniat buruk, yakni menenlanjangi pemuda. Namun, karena penjual pecel (Mbok) merasa kasihan, akhirnya ia memaafkan sang Pemuda, sehingga hanya membuka baju saja.
Sayangnya, pemuda itu benar-benar seorang penipu. Si Mbok yang sudah terpedaya malah memberikan baju sang pemuda penipu dan membiarkannya pergi.
“Saya rasa, bukan hanya ‘Si Mbok’ itu yang tertipu, kami seluruh penonton juga ikut tertipu oleh si Pemuda,” kata Afriwandi, mahasiswa AKMR yang ikut menonton pertunjukan tersebut. (@pojokseni)
Follow twitter kami @pojokseni dan like FB page kami Pojokseni.com untuk update informasi terbaru tentang seni, juga PAT#6 ISI Padangpanjang.