Advertisement
Taufiq Ismail |
Dari tulisan tersebut, dikatakan oleh Ilham bahwa kecurigaannya bermula ketika seorang Cerpenis wanita, Wa Ode Wulan Ratna memposting sebuah karya Douglas Malloch, penyair asal Amerika (Lahir 1877- meninggal 1938) berjudul 'Be The Best Of Whatever You are' (Jadilah yang terbaik dari siapapun dirimu) yang disadurnya atau diterjemahkan menjadi berjudul 'Akar-Akar Pohon'. Saat itulah, Ilham merasa pernah membaca karya tersebut, yang dikemudian hari diketahui ternyata sebuah puisi berjudul 'Kerendahan Hati' karya Taufiq Ismail.
Douglas Malloch |
Berikut pojokseni.com tampilkan puisi karya Douglas Malloch dan Taufiq Ismail yang menjadi polemik tersebut.
Be The Best of Whatever You Are
By : Douglas Malloch
If you can’t be a pine o the sop of the hill,
Be a scrub in the valley – but be
The little scrub by the side of the hill;
Be a bush if you can’t be a tree
If you can’t be a bush be a bit of the grass
And some highway happier make
If you can’t be a muskie then just be a bass
But the leveliest bass in the lake
We can’t all be captains, we’ve got to be crew
There’s something for all of us here
There’s big work to do, and there’s lesser to do
And the task you must do is the near
If you can’t be a highway the just be a trail
If you can’t be the sun, be a star
It isn’t by size you win or you fail
Be the best of whatever you are
Berikut, silahkan baca puisi karya Taufiq Ismail :
Kerendahan Hati
karya Taufik Ismail
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya…
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Sementara itu, Fadli Zon (keponakan Taufiq Ismail, sekarang Wakil Ketua DPR RI) menyatakan bahwa karya Taufiq Ismail tersebut tertulis dengan 'Taufik Ismail' sehingga dengan satu huruf berbeda, bisa jadi salah orang. Selain itu, karya tersebut juga ditemukan dalam kumpulan sajak karya Taufiq Ismail dari tahun 1953-2008 berjudul Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit, (Mei, 2008) setebal 1076 halaman. Apakah benar sastrawan besar sekaliber Taufiq Ismail melakukan plagiarisme?
Wallahualam
Bila ingin mengutip sebagian atau keseluruhan isi situs ini, harap menyertakan sumber : www.pojokseni.com