Advertisement
Joko Pinurbo |
Analisa Puisi : Celana II karya Joko Pinurbo
Oleh : Adhyra Irianto & Diah Irawati Adhy S.S M.Pd
Celana (2)
Ketika
sekolah kami sering disuruh menggambar
Celana
yang bagus dan sopan, tapi tak penah
Diajar
melukis seluk beluk yang ada di dalam celana
Sehingga
kami tumbuh menjadi anak-anak yang manis
Yang
penakut dan pengecut, bahkan terhadap
Nasibnya
sendiri
Karena
itu kami suka usil dan sembunyi-sembunyi
Membuat
coretan dan gambar porno di tembok
Kamar
mandi
Sehingga
kami pun terbiasa menjadi
Orang-orang
yang suka cabul
Terhadap
diri sendiri.
Setelah loyo dan jompo,
kami mulai bisa berfantasi
Tentang hal-ihwal yang
di dalam celana:
Ada raja kecil yang galak dan suka
Memberontak
Ada filsuf tua yang
terkantuk-kantuk
Merenungi rahasia alam
semesta
Ada gunung berapi yang menyimpan
Sejuta magma
Ada juga gua garba yang diziarahi
Para pendosa dan
pendoa.
Konon, setelah berlayar
mengeliling bumi, Columbus pun akhirnya menemukan sebuah benua baru dalam
celana dan Stephen Hawking khusuk bertapa disana.
Dalam puisi yang kedua, meski bertajuk
sama “Celana” namun pesan yang disampaikannya begitu berbeda. Secara diksi,
kata-kata yang digunakan penulis pada puisi ini lebih lugas dan gamblang.
Seperti tidak ada yang disembunyikan, penulis dengan mantab menulis kata dan
frase seperti “dalam celana”, “cabul”,
“porno” “loyo”, “jompo” dan lain-lain.
Kalimat atau setiap larik dalam puisi ini
juga begitu gamblang. Seperti pada kalimat ini “diajar melukis seluk beluk
dalam celana”, “membuat coretan gambar porno”, “orang-orang yang suka cabul”,
tentu saja karena menggunakan kata-kata yang berani, maka kalimat yang
dibentuknya juga semakin gamblang.
Tetapi, secara makna, puisi ini harus
dibaca sampai habis untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Kunci
dari puisi ini dimulai dari bait ke tiga sampai terakhir. Disebutkannya, bahwa
karena begitu sering mempelajari (menggambar) bagian luar ”celana”, maka wajar
saja kalau peserta belajar tidak begitu tahu apa-apa saja yang berada dibalik
celana.
Melihat deskripsi di bait ketiga, empat
dan lima, dan semakin diperjelas dengan kalimat “Columbus menemukan sebuah
benua baru didalam celana” maka dengan cepat bias diartikan bahwa “celana” yang
dimaksud penulis ada “dunia”. Imaji yang begitu sulit dimasukkan akal logika,
namun bila kita artikan dengan “celana” dalam bentuk fisik, ada satu kesamaan
dengan “dunia”, yakni “didalamnya banyak tersimpan rahasia”. Dengan demikian,
bisa disimpulkan bahwa Joko Pinurbo menggunakan kata yang lugas dan digunakan
dalam kalimat sehari-hari, namun memiliki analogi dengan hal yang begitu jauh
dengan makna kata aslinya.
Puisi ini, menyimpulkan bahwa penulis
mengkritisi bentuk pendidikan disekitarnya. Ia menyebutkan bahwa pendidikan
atau pengajaran tentang dunia dan kehidupan disekitarnya hanya sebatas “celana”
saja. Atau dengan kata lain, pengajaran yang begitu dasar, menghasilkan
generasi yang berfikiran dangkal. Kemudian, kepada teori-teori yang telah ada,
para peserta didik akan tunduk dan tak berani melawan. Meskipun berlawanan,
tidak ada yang mencoba menentang atau mencoba menciptakan hal yang baru dengan
kata lain, hanya takut dan menurut saja.
Ketika
sekolah kami sering disuruh menggambar
Celana
yang bagus dan sopan, tapi tak penah
Diajar
melukis seluk beluk yang ada di dalam celana
Sehingga
kami tumbuh menjadi anak-anak yang manis
Yang
penakut dan pengecut, bahkan terhadap
Nasibnya
sendiri
Hal inilah yang menurut
penulis membuat peserta didik menjadi tidak begitu tertarik untuk mengetahui
ikhwal dunia yang sesungguhnya. Karena, belajar hanya sebatas ‘celana’, dan
tetap tidak berubah meskipun zaman sudah berubah. Entah kritik ini diarahkan
kepada tenaga pendidik atau mungkin system pendidikan, yang jelas hal itu malah
membuat peserta didik yang merasa berlawanan hanya mampu “membuat coretan” dan
“gambar porno” di tembok kamar mandi. Tentu, kalimat tersebut bias
dipersepsikan sebagai “kenakalan remaja” yang didominasi oleh pelajar. Menurut
penulis, dari sajaknya, belajar yang hanya sebatas “celana” membuat pelajaran
hanya itu-itu saja tanpa perkembangan, padahal zaman terus berkembang, membuat
remaja tidak tertarik untuk belajar.
Karena
itu kami suka usil dan sembunyi-sembunyi
Membuat
coretan dan gambar porno di tembok
Kamar
mandi
Sehingga
kami pun terbiasa menjadi
Orang-orang
yang suka cabul
Terhadap
diri sendiri.
Seseorang juga akhirnya mengetahui ikhwal
hidup dan juga semua tentang dunia. Namun, kata “loyo dan jompo” yang digunakan
penulis mencitrakan bahwa terlalu terlambat untuk mengetahui itu. Coba saja,
kalau ketika “belajar” sudah diajarkan tentang apa saja hal-hal didalam dunia,
bukan hanya menggambar dunia. Seperti itu yang ditekankan penulis.
Setelah
loyo dan jompo, kami mulai bisa berfantasi
Tentang
hal-ihwal yang di dalam celana:
Kemudian, ia juga menyebutkan bahwa ada
banyak hal-hal yang tersimpan dalam dunia. Seperti “raja kecil yang galak dan
suka memberontak”, “filsuf tua yang terkantuk-kantuk merenungi rahasia alama
semesta”, “gunung berapi yang menyimpan sejuta magma”, “gua garba yang
diziarahi para pendosa dan pendoa”.
Mungkin, kalimat tersebut memang bias menimbulkan
imaji yang berbeda bagi setiap pembaca. Namun, kembali kedalam penjelasan bahwa
hal-hal tersebut merupakan “ikhwal didalam dunia” maka kita sebut saja mereka
sebagai ilmu pengetahuan.Gua garba juga merupakan gua suci yang terletak di
Bali, memang tempat para “pendosa” dan Pendoa berziarah. Ikhwal tersebut baru
dirasakan ketika sudah keluar dari bangku belajar.
Menarik sekali, bait yang digunakan
penulis sebagai penutup puisinya.
Konon,
setelah berlayar mengeliling bumi, Columbus pun akhirnya menemukan sebuah benua
baru dalam celana dan Stephen Hawking khusuk bertapa disana.
Hal yang ditangkap dari kalimat ini, adalah Columbus
menemukan benua baru didalam “celana” itu karena ia mencarinya. Benua yang
dimaksud adalah benua Amerika. Dikaitkan dengan penjabaran diatas, bahwa hanya
belajar menggambar “celana”, namun tidak menyelusuri bagian dalam “celana”
sehingga tidak bias menemukan hal-hal yang baru.
Selain menelusuri, ada cara lain untuk
mengetahui ikhwal dalam “celana” ini. Yakni dengan cara “bertapa didalam
celana”. Ia memberi contoh Stephen Hawking, yang kita tahu sebagai seorang
akademis dan pencipta banyak teori fisika yang terkenal. Kenapa, penulis
memberi contoh Stephen Hwaking, hal ini dikarenakan sang fisikawan tersebut
menderita kelumpuhan, sehingga tidak bias “menelusuri” secara kasar seperti
yang dilakukan Columbus, namun “menelusuri” dengan fikirannya.
Baca Juga : Analisis Puisi Celana I, karya Joko Pinurbo, DISINI
Baca Juga : Analisis sastra lainnya DISINI