Advertisement
Katrin Bandel, "Sastra, Perempuan, Seks (Yogyakarta: Jalasutra, 2010)
Singkatnya, didalam buku ini dibahas tentang keberanian perempuan untuk mendobrak tabu seputar seks. Namun, disisilain hal tersebut dianggap sebagai kemerdekaan sastra dan dianggap sebuah keberhasilan. Untuk lebih jelasnya, baca sendiri dalam bahasan sastra, perempuan dan seks oleh Katrin Bandel ini.
Dalam esei “Incest” saya membahas sebuah novel yang, karena kritiknya terhadap beberapa persoalan budaya lokal, menyinggung warga di desa asal pengarangnya di pedalaman Bali, sehingga pengarangnya harus menerima hukuman adat yang sangat berat: dikeluarkan dari desa adat untuk 5 tahun. Kalau dihubungkan dengan sensasi seputar pengarang perempuan yang terjadi terutama di Jakarta, terlihat kontras yang cukup menarik: “keberanian” pengarang perempuan dalam “mendobrak tabu” seputar seks dirayakan seakan-akan hal itu merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa, padahal tidak ada represi sosial yang berarti terhadap mereka. Pada waktu yang sama, seorang pengarang di daerah menghadapi represi yang cukup serius, namun tidak ada “pengamat” dan “kritikus” sastra yang menghiraukannya, atau malah pernah mendengar kasusnya!