Advertisement
Pencak silat Rejang di Lebong |
Oleh : Ardi Salman*
Episode III : KEHILANGAN AYAM HITAM
"Wis,ngapo kau lamo nian Ambo suruh ke Talang Benih, apo kau mete dulu di situ,hah?!!"
(Wis, kenapa kau lama sekali, aku suruh ke Desa Talang Benih, apa kamu pacaran dulu disana, haha!)
"Apo kau dak tau tugas kau tu penting?"
(Apa kau tidak tahu, tugas kau itu penting?)
Pertanyaan Dt.Nizar datang bertubi-tubi. Pendekar Pendek si Suwis tertunduk,tak mampu menatap wajah Sang Guru.Seakan-akan mata Sang Guru menikam jantungnya,menusuk ke ulu hatinya. Dia merasa bersalah dan tak terasa air matanya menetes ke tanah.
"Oooiiii Jabua,nangis pulo kau,..ngapo kau nak nangis niaan Wis??"
(Hei, Jabua (pelacur, makian), malah menangis kau, mengapa kau harus menangis Wis?)
"Jawablah, jangan diam bae." Bentak Dt.Nizar.
(Jawablah, jangan diam saja)
Suwis masih diam membisu,tertunduk,tak mampu menjawab. Dt Nizarpun makin geram.
"Ambo itung sampai tigo kali, kalau kau idak jawab jugo, ambo tokok palak kau kek Batu Batako ko." Kata Dt Nizar sambil mengambil Batu Batako dari pinggangnya,yang memang selalu dibawa kemanapun Dt.Nizar pergi.
(Aku hitung sampai tiga, kalau kau tidak juga menjawab, aku pukul kepalamu dengan Batu Batako ini)
"Satuuu kaliiii...."
(Satu kali)
Pendekar Pendek melirik.
"Duoo kaliii..." Dt Nizar telah menganggkat Batu Batako tinggi-tinggi dan siap dipukulkan kek kepala Suwis..
(Dua kali)
"Tiii..." ucapan Dt Nizar tiba-tiba terpotong.
"Iyola wooi, iyo, iyoo Suhuu, ampun Suhu,ampuuuunn."
(Iya, iya, ampun suhu, ampun)
"Biar ambo jawab kini." Kata Suwis sambil mengangkat kedua tangannya ketakutan.
(Biar aku jawab sekarang)
"Naah,cuboo dari tadiii,untung bae kau...dikiit lagi palak kau kenai tokok kek Batu Batako ko, Kata Dt Nizar sambil menyimpan kembali Batu Batako senjata andalannya.
(Nah, coba dari tadi, untung saja kau, sedikit lagi kepalamu kena pukul dengan batu batako ini)
"Iyoolaa wooi, sabarrr... itu naa...iyo ambo ngulang Jando Lamo ambo di Talang Benih, Ambo ke rumah Saripah dulu Suhu." Jawab Suwis, ragu-ragu.
(Iya, sabar, itu, iya aku menyambangi mantan istriku di Talang Benih, aku kerumah Saripah dulu Suhu"
"Pantass bae lamo nian, ngadu Puyuh nyo ruponyo lanang ko.."
(Pantas saja lama sekali, mengadu burung puyuh (istilah untuk berhubungan badan) rupanya lelaki ini)
"Cepek kau bukak kebek karung ko, ambo nak nengok isinyo, betul apo idak yang kau ambik ko."
(Cepat kau buka ikatan karung ini, aku mau lihat isinya, betul atau tidak yang kau ambil ini)
Lalu Suwis membuka ikat karung tadi dan mengeluarkan isinya. Ternyata isinya adalah....Ayam Hitam 1 ekor.
"Hmm...tunggu ambo tengok dulu ciri-cirinyoo.. Ayam Hitam ko bulunyo harus hitam...cocok"
(Hemm, tunggu aku lihat dulu ciri-cirinya, ayam hitam ini bulunya harus hitam, cocok!)
"Kakinyo harus Hitam...Cocok"
(kakinya harus hitam, cocok)
"Cotoknyo harus Hitam...Cocok.."
(paruhnya harus hitam, cocok)
"Lidah kek Mato jugo harus Hitam, Hmmm Cocok nian..Pas nian!!!"
(Lidah dan matanya juga harus hitam, hemm cocok sekali, pas sekali)
"Memang kau ko pacak nian diandalkan Wis, setiok tugas yang ambo kasih, kau pasti bisa ngerjokannyo."
(Memang kau bisa diandalkan Wis, setiap tugas yang aku kasih, kau pasti bisa mengerjakannya)
"Iyolaa Suhu, siapo dulu Emak Amboo...." Jawab Suwis bangga,
(Iyalah Suhu, siapa dulu Ibu saya)
"Tapi waktu kau nyilok ayam Hitam ko, idak ketauan kan kek Datuk. Co'ut??" Tanya Dt.Nizar serius.
(Tapi, waktu kamu mencuri ayam hitam ini, tidak ketahuan kan sama Datuk Co'ut?)
"Idaklah Suhu, percuma bae ambo ado ilmu "CICAK KIBIN", Kan Suhu tulaa yang ngajarkan ambo."
(Tidak Suhu, percuma saja aku ada ilmu Cicak Kibin (Sejenis cicak), kan Suhu yang mengajarkan saya)
"Hmmm..padek! Kini tinggal kito cari LABI-LABInyo lagi, sudah tu Ramuan lah bisa kito buek" Jawab Dt.Nizar.
(Hemm, bagus! Kini tinggal kita cari Labi-labinya, setelah itu, ramuan sudah bisa kita buat)
Ilmu Cicak Kibin yang dimaksud Suwis adalah sebuah Ilmu yang dapat memasuki sebuah bangunan,tanpa diketahui orang lain.
Seakan-akan tubuh orang yang menggunakan ilmu itu terselubung kelambu. Selanjutnya tampak kedua orang tersebut melangkah pergi,bergegas
meninggalkan Lubuk. Sejenak suasana menjadi hening, sunyi, sepi mencekam, seiring Mentari tenggelam di Ufuk Barat..
Sekarang kita tinggalkan dulu Perguruan Batu Melayang. Kita lihat apa yang terjadi di Desa Talang Benih. Tersebutlah sebuah rumah tua di Desa tersebut, terletak di ujung Desa, nampak pohon pinang berbaris rapi disepanjang jalan masuk. Ada pula pohon Jambu yang buahnya berjuntai-juntai. Disudut kiri terdapat kolam ikan.Dan di sudut kanan terdapat kandang ayam. Sedangkan di halaman belakang terdapat sumur dan WC. Di Depan pintu masuk terdapat Label Nama bertuliskan : "Datuk Co'ut"
Malam yang sunyi itu tiba-tiba dipecahkan oleh suara ribut-ribut dari dalam kandang ayam Dt.Co'ut.
"Oooooiii Maliiing....siapoo yang maling ayam ambooo!"
(Hoi, pencuri, siapa yang mencuri ayamku)
"Manoo ayam amboo... ayam amboo ilang!"
(Mana ayamku, ayamku hilang!)
"Grudak..gruduk,..Prak...Tuing..tuing.."
Bunyi suara kian gaduh.seluruh ruangan kandang ayam diobrak-abrik. Ternyata Dt.Cout sangat murka..dia telah kehilangan Ayam Hitamnya. yang merupakan ayam kesayangannya.
"Dasar Labi-Labi...siapo yang cilok ayam amboo hooiii....!!"
(Dasar Labi-labi, siapa yang mencuri ayam aku hah!)
"Awas kau..kalau dapek Ambo pelitukkan tangan kek buntutnyo..."
(Awas kau, kalau ketemu, aku pelintirkan tangan dan pantatnya)
Datuk Co'ut saat ini benar-benar geram. Matanya merah,Gigi Gerahamnya berderuk-deruk.Tangan dikepalkan, nafas panjangpun ditariknya...lalu..
"Crak-craaak."
Cakarnya menghancurkan kandang ayamnya sendiri...
Datuk Co'ut adalah seorang Pendekar juga, yang Bergelar Pendekar Cakar Beruk. Dia langsung pergi, meninggalkan rumahnya, entah kemana.
(Bersambung)
Penulis bernama Ardi Salman, Asal Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Dikenal sebagai orang yang suka bercanda, namun kadang serius bak politikus.
Ingin berkenalan dengan penulis cerita ini lewat Facebook, Disini : Ardi Salman
Ingin mengirim tulisan, disini : KIRIM TULISAN