Advertisement
Silat Rejang |
Cerbung canda ala Bengkulu
Oleh : Ardi Salman*
Episode I : PENDEKAR PENDEK
Pada zaman
dahulu kala, sekitar tahun 1970-an, tersebutlah suatu Negeri yang bernama Rimbo Bujang yang terletak dikaki sebuah
Gunung Berapi, bernama Gunung Kaba. Negeri Rimbo Bujang adalah Negeri yang
sejuk dan berhawa dingin. Negeri ini sangat terkenal di Dunia Persilatan
diseluruh pelosok Tanah Rejang.
Penduduknya
ramah-ramah,baik hati,tidak sombong dan juga suka menabung. Mereka rata-rata
bermata pencarian sebagai petani, berladang,dan sebagian yang Beternak. Ada yang
menanam ubi,jagung,kelapa dan beternak Labi-Labi serta memelihara Ikan Palak Timah. Ikan Palak Timah
adalah ikan yang sangat digandrungi dikalangan Tanah Rejang dan Bengkulu waktu
itu, selain Ikan Perut Buncit dan Ikan
Betok.
Konon asal
kata Rimbo Bujang adalah dikarenakan di negeri ini penduduknya banyak yang bujang alias Perjaka,dan hanya sedikit
saja jumlah anak gadisnya. Mereka ada yang memang Bujang Asli,ada Bujang Palsu,
Bujang Ayam, Bujang Lapuk,Bujang Ompong dan lain sebagainya.
Di desa ini
terdapat sebuah Perguruan Silat yang tersohor di seantero jagat dan sangat
disegani di Dunia Persilatan setanah Rejang. Perguruan yang bernama "Perguruan Silat Batu Melayang". Pemimpinnya
bernama Datuk Nizar, yang juga dikenal dengan julukan Pendekar Batu Batako. Nama ini merujuk pada sebuah
Batu yang selalu terikat dipinggangnya,dan selalu dibawa kemana pergi.
Dt.Nizar
memiliki seorang Isteri yang bernama Tek Jelinis,yang dikenal dengan julukan
Pendekar Selop Jepit. Seperti
suaminya,sepasang sendal jepit yang selalu terselip dibalik jubahnya yang
panjang. Mereka juga memiliki banyak Murid-murid yang belajar Silat, menimba
ilmu Silat.
Pada suatu
hari,di daerah Talang Benih, tepatnya
di perbatasan dengan Desa Rimbo Bujang, nampaklah sekelebat bayangan hitam
melesat diantara semak belukar. Gerakannya tidak begitu lincah,sosoknya pendek
namun tegap. Kepala agak besar, mata besar dan mulut pun lebar. Dia bepakaian
serba hitam dan sambil membawa sesuatu yang terbungkus dalam karung. Entah apa
isi bungkusan tersebut.
Karung
inilah yang membuat larinya agak tertahan, langkahnya agak berat dan sedikit
terganggu. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Dia berdiri di persimpangan. Simpang
ini dikenal dengan nama Simpang Talang
Benih.
Pendekar
pendek nampak sedikit bingung,mana arah jalan yang harus dituju.
"Hmm...kemanolaa
jalan ko tadi dak,aii lupo ambo lah..." (Hemm, kemana jalan tadi yah, aduh
aku kok bisa lupa), Bisik Sang Pendekar Pendek.
"Ke kiri apo ke kanan yo, aii dah ambo ko
harus cepek-cepek sampai ke rumah, kalau idak,pasti Dt.Nizar marah besak..."
(Ke kiri
atau ke kanan yah, saya harus cepat-cepat kerumah, kalau tidak pasti Datuk
Nizar marah besar)
Pendekar
pendek berpikir sejenak, dia memutar otak, tak lamapun dia tersenyum lebar.
"Ahaa...ambo ado ide, cubo ambo pakai jurus Air Ludah Menyembur bae, pasti bisa"
(Aha, aku ada ide, coba aku gunakan jurus “Air Ludah Menyembur” saja, pasti
bisa)” Bisik Pendekar pendek.
Lalu Pendekar
Pendekpun cepat-cepat menampung ludahnya di telapak tangan kirinya. Dia
langsung membaca aji-aji, mulutnya pun komat-kamit.
"Pang-pang Put,Keladi Wo-wo, Siapo
tekentut,ditembak Rajo tuooo..!!!"
(Bang-bang
tut, keladi wawa, siapa yang kentut ditembak Raja Tua)
Pada saat
bersamaan air ludah ditangan kiripun ditepisnya dengan menggunakan tangan kanan.
Akibatnya, air ludah di tangan pun terpercik ke arah kiri. Pendekar Pendekpun
bergegas berlari ke arah kiri,sambil berbisik dalam hati.
"Mudah-mudahan
bae idak salah." (mudah-mudahan saja tidak salah)
Diapun pergi
sambil memikul karung hingga menghilang dari pandangan.
*
Penulis bernama Ardi Salman, Asal Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Dikenal sebagai orang yang suka bercanda, namun kadang serius bak politikus.
Ingin
berkenalan dengan penulis cerita ini lewt Facebook, Disini : Ardi Salman