Artikel Finalis #5 : Refleksi Filosofis Atas Nilai Kepahlawanan -->
close
17 October 2014, 10/17/2014 01:25:00 AM WIB
Terbaru 2014-10-16T18:30:59Z
Artikelevent

Artikel Finalis #5 : Refleksi Filosofis Atas Nilai Kepahlawanan

Advertisement

Oleh : Ahmad Buhori
(ahmadbuhori522@yahoo.com)

Prolog
Pada setiap masa punya pahlawannya. Pada setiap tempat juga punya pahlawannya. Pahlawan merupakan sosok yang selalu menjadi idola. Bahkan untuk zaman yang tak mengindahkan tenggang rasa. Nama dan kisahnya akan tetap dikenang sepanjang masa.
Dalam sejarah panjang umat manusia, kisah kepahlawanan turut memberi warna. Warna yang terukir indah bersama zaman. Tetapi, takkan layu oleh keteladanan yang lebih mapan. Keteladanannya membimbing pada jalan kebenaran. Bahkan bagi mereka yang telah dibutakan oleh kabut keserakahan.
Kepahlawanan merupakan kata sarat makna. Makna yang membawa arti berbeda bagi setiap kita. Bagi kita yang mau memahami dan mengilhami maknanya, maka niscaya bumi pertiwi ini akan selalu berada dalam kedamaian yang nyata. Bukan hanya sekedar mimpi dan khayalan belaka.
Setiap pemaknaan atas kepahlawanan akan membawa hati kita pada kerinduan. Rindu akan hadirnya sosok yang mampu melindungi dan mau berjuang. Bahkan berkorban jiwa dan raga demi orang selain dirinya. Pemaknaan tersebut juga akan membawa kita pada sebuah harapan. Harapan pada perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Akan tetapi, Kepahlawanan tidak akan mampu menjangkau setiap hati. Bila jiwa sang manusianya ternodai birahi duniawi. Kepahlawanan hanya bisa menghinggapi hati yang mau memurnikan tujuannya dari sekedar pemenuhan kebutuhan ragawi. Karena hati yang suci adalah tempat bersemayamnya nilai-nilai abadi.

Filosofi Kepahlawanan
Kepahlawanan bukan hanya sekedar kata yang sarat akan makna, melainkan jauh melampaui pemaknaan tentangnya. Kepahlawanan adalah sebuah “Ide” tentang “Kebaikan Absolut”-nya Plato. Sekaligus juga merupakan “forma”-nya Aristoteles. Ia berada dalam sebuah dunia sempurna. Dan hanya “jiwa-jiwa murni” yang mampu mencerna maknanya.
Sebagai suatu “Ide” yang terkategori “Kebaikan Absolut”, Kepahlawanan hanya hadir pada jiwa yang tak berkabut. Ia (kepahlawanan) akan menginspirasi bahkan memotivasi seseorang untuk menjadi seperti yang digambarkan olehnya. Yakni, orang tersebut akan berperilaku dan bertindak sesuai dengan “Ide kepahlawanan” yang menginspirasinya. Tapi tentunya, perilaku dan tindakan setiap orang yang bercermin pada Ide Kepahlawanan, akan berbeda-beda pula. Tergantung pada seberapa besar pemahaman mereka tentangnya (Ide Kepahlawanan). Selain itu, perilaku dan tindakan kepahlawanan, juga tergantung pada seberapa besar kemauan mereka untuk mewujudkan Ide tersebut dalam dunia kesehariannya.
Pun tidak bisa dipungkiri, bahwa pemaknaan yang dilakukan manusia terhadap Ide Kepahlawanan juga melibatkan “akal murni”-nya. Karena pada setiap diri manusia, terdapat ‘akal murni’ yang memungkinkan manusia untuk memutuskan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, dan semua hal dalam kategori dualisme. “Akal” inilah yang menjadi pembeda manusia dengan makhluk yang lain. Dan “Akal” ini pula yang meninggikan derajat manusia melebihi derajatnya malaikat (lihat karangan Al-Ghozali tentang tingkatan manusia). Melalui akal murni-nya, manusia mampu menangkap dan memahami nilai-nilai dan ide-ide yang adiduniawi.
Begitu pula halnya dengan yang terjadi pada Ide tentang Kepahlawanan. Akal Murni manusia mampu memustuskan, bahwa Ide Kepahlawanan ini, merupakan sebuah nilai yang patut dan layak untuk ditiru. Dan akal murni ini pulalah yang akan terus membimbing manusia menuju kebenaran dan kebaikan sejati. Melalui akal murninya, manusia bukan hanya dibimbing, tetapi juga diajarkan, bahwa berprilaku dan bertindak sesuai Ide Kepahlawanan merupakan jalan menuju ssebuah ketauladanan. Ketauladanan yang akan mereka wariskan pada generasi yang akan datang.

Pengaruh Tindakan Kepahlawanan
Selain akal murni tadi, dalam diri manusia juga terdapat kemampuan untuk berempati (verstehen). Kemampuan ini memungkinkan manusia untuk menempatkan dirinya dalam kerangka berpikir orang lain. Dengan kemampuan ini, manusia akan memahami bahwasanya tindakan sekecil apapun yang ia lakukan akan berpengaruh terhadap lingkungan sosialnya. Tentu tindakan yang dilakukannya akan dimaknai berbeda oleh setiap individu masyarakatnya. Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa pemaknaan yang dilakukan generasi selanjutnya akan berbeda pula.
Dalam pembahasan kita, tindakan Kepahlawanan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Selain itu, Tindakan Kepahlawanan juga merupakan manifestasi dari ‘rasa empati’ seseorang untuk merubah ketidakadilan. Ia (tindakan kepahlawanan) tidak datang dari seorang manusia yang hanya memperhatikan lingkungannya tanpa hasrat untuk berbuat sesuatu. Dan tidak pula hadir dari seorang manusia yang hanya mampu menggerakkan masyarakatnya tanpa suatu cita-cita yang pasti. Ia hanya muncul dari Idealisme seorang manusia, yang bukan hanya tidak puas dengan dunia sekitarnya, tetapi juga mempunyai cita-cita tujuan bagi perubahan yang lebih baik terhadap masyarakat dan bangsanya.
Bila kita ingin mencoba sedikit menganalisis menggunakan kacamata Paradigma Definisi Sosial, yang dipopulerkan oleh Max Weber. Kita akan melihat, bahwa tindakan Kepahlawanan yang terjadi hingga saat ini, dan memang demikian adanya, lebih menekankan pada aspek nilai atau berorientasi pada nilai. Ia (Tindakan Kepahlawanan), tidak terlalu memusingkan hasil yang akan dicapainya. Apakah hasilnya nanti akan sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau tidak, tidak terlalu dipersoalkan. Ia hanya tau bahwa, perjuangan yang tengah dilakukan harus sesuai dengan jalan cita-citanya.
Contohnya, kisah-kisah Pahlawan yang ada pada negeri ini. Mayoritas kisah-kisah kepahlawanan kita, dihiasi perjuangan tanpa mengenal lelah. Mereka ditangkap dan diasingkan, bahkan ada diantara mereka yang sampai gugur dimedan pertempuran. Akan tetapi, tak ada satupun dari mereka yang memikirkan untuk menikmati hasil dari perjuangan yang mereka lakukan.

Kepahlawanan di Era Kekinian
Kepahlawanan pada era kekinian harus tetap digalakkan. Mengingat sejarah panjang negeri ini dibangun di atasnya. Meskipun konteksnya saat ini, tidak seperti konteks tempo dulu, yang harus berdarah-darah menenteng bambu runcing sebagai senjata perjuangan. Konteks kepahlawanan di era kekinian lebih menekankan pada seberapa besar diri kita bisa berguna bagi orang lain, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Dan tentu senjatanya tergantung pada diri kita masing-masing.
Selain itu, kepahlawanan sebagai nilai di era kekinian yang tidak mengenal lagi batas wilayah, harus tetap selalu menjadi nilai luhur yang wajib diteladani. Meskipun dalam beberapa tahun belakangan, pemaknaan atas nilai kepahlawanan hanya dilakukan melalui peringatan saja. Seperti yang terjadi pada setiap 10 November. Akan tetapi, hal tersebut dianggap sudah cukup, karena memperingati adalah tangga awal untuk kita memahami makna dari nilai kepahlawanan.
Generasi muda sudah seyogyanya menghargai perjuangan para pahlawan. Baik melalui peringatan-peringatan, maupun melalui pemaknaan ulang tentang nilai-nilai kepahlawanannya. Untuk kemudian menjadi pedoman nilai yang akan diterapkan pada lingkungan sekitar. Agar nilai kepahlawanan yang luhur tidak hanya tinggal sebagi nilai saja. Tetapi juga bisa dirasakan kembali manfaatnya oleh masyarakat dan bangsa ini.
Mari memaknai kembali nilai kepahlawanan, agar hati tidak mengingkari jalan kebenaran. Kebenaran yang terus menawan, menawan jiwa yang haus akan rasa kebersamaan. Mari melangkah kawan, dan terus isi jalan yang telah dibuat oleh para pahlawanan

Ads