Advertisement
Oleh: Adhe Riansyah
(adheriansyahh@gmail.com)
Jika saja Tuhan menciptakan cinta punya saudara kembar, maka itu adalah inspirasi. Keduanya hampir tidak mempunyai perbedaan.
Inspirasi bisa datang dari siapa saja. Dari orang yang sangat kita kenal, atau bahkan sampai orang yang belum pernah kita temui secara langsung sekali pun.
Inspirasi bisa datang dari siapa saja, tapi hanya akan ada satu yang bisa menginspirasi kita lebih banyak dibanding apa yang orang lain bisa lakukan.
Inspirasi bisa datang dari mana saja, dari makhluk hidup seperti sesama manusia, bisa juga dari hewan, atau tumbuhan. Bahkan bisa datang dari benda mati. Cinta universal, begitupun inspirasi.
Dan sebagian besar inspirasi kehidupan saya, datang dari Ki Hajar Dewantara (1).
Ki Hajar Dewantara, sosok yang sudah menginspirasi begitu banyak orang Indonesia termasuk saya. Dan apa yang membuat saya begitu terinspirasi adalah bagaimana kami mempunyai banyak kesamaan dari apa yang beliau sudah lakukan di masa lampau, dan saya juga sedang melakukannya saat ini.
Beliau adalah seorang penulis dan pernah bekerja sebagai wartawan untuk beberapa surat kabar dahulu. Dan saya yang juga sangat senang dengan kegiatan menulis, yang memimpikan bisa membuat karya-karya yang disukai oleh banyak orang.
Seperti tulisan-tulisan beliau yang sangat komunikatif, tajam dan patriotik, yang disukai oleh masyarakat karena mampu membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia.
Dan setelah masa pengasingannya, tulisan beliau beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya yang berjumlah ratusan buah, berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Cukup membuat saya yang sebelumnya menulis hanya karena menulis adalah hobi dan bersenang-senang, menjadi terinspirasi untuk juga bisa membuat tulisan yang harus bisa menginspirasi orang lainnya.
Saya berharap itu dimulai dari tulisan ini.
**
Kesamaan lainnya, Ki Hajar Dewantara muda juga pernah aktif di bidang politik, dan saya yang semasa kuliah kemarin ada di fakultas sosial dan politik juga ikut mempelajari banyak hal tentang politik dan pemerintahan.
Beliau aktif di seksi propaganda Budi Utomo, lalu juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker.
Kemudian mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia pada tanggai 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya, Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo adalah bukti perjalanan politik Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara juga ikut membidani terbentuknya Komite Bumiputra di tahun 1913 sebagai bentuk protes terhadap rencana Belanda memeringati kemerdekaannyaa dan Perancis.
Persamaan dari semua proses politik yang beliau jalani adalah kesemuanya untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Dan meski saya belum punya pengalaman bergabung dengan organisasi sosial politik, tapi apa yang menjadi jalan pilihan beliau di bidang sosial politik di masa itu, bisa menjadi inspirasi untuk menentukan langkah politik saya nantinya.
**
Saya harus memastikan, inspirasi tidak untuk membuat kita untuk meniru apa yang orang lain lakukan.
Tapi, inspirasi itu untuk menyadarkan kita, bahwa, apa yang sedang kita lakukan dulunya juga pernah dilakukan oleh orang lain dengan caranya. Dan bisa membuat mereka mewujudkan apa yang mereka impikan.
**
(1) aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959). (Sumber: Wikipedia Indonesia).