Advertisement
Oleh : Novia Kartikasari
(theoremesnede@gmail.com)
ASEAN, sebuah organisasi kerjasama Regional di Asia Tenggara yang tentunya tidak asing lagi bagi kita. Didirikan pada 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok. Memiliki tujuan pokok untuk mempererat jalinan persaudaraan dan kerjasama baik dibidang nonpolitik dan nonmiliter diantara negara-negara di Asia Tenggara. Dengan total anggota sebanyak 10 negara dengan bergabungnya negara anggota yang paling baru yakni Negara Kamboja pada tahun 1998.
Meninjau sejarah berdirinya ASEAN tentu tak lepas dari prakarsa lima orang menteri saat itu dimana satu dari lima menteri tersebut adalah menteri luar negeri Indonesia yang saat itu menjabat pada Rezim Soeharto atau Era Orde Baru, ia adalah bapak Adam Malik atau bernama lengkap Adam Malik Batubara.
Bung (begitu panggilan akrab beliau) lahir pada 22 Juli 1917 di Pematang Siantar, Sumatera Utara dari pasangan Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Bapaknya adalah seorang pedagang kaya di sana. Bung sendiri adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara, pendidikan dasarnya ditempuh di Hollandsch-Indlansche School Pematang Siantar. Kemudian bapak menteri luar negeri Indonesia yang termasyur ini melanjutkan pendidikannya di Sekolah Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukittinggi, namun hanya satu setengah tahun saja karena kemudian beliau pulang kampung dan membantu orang tua berdagang. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong Bung untuk pergi merantau ke Jakarta.
Diplomat ulung ini mengawali karirnya sebagai seorang wartawan. Karirnya tidak semata-mata diperoleh secara instan, semenjak masih muda bapak Adam Malik aktif menulis di koran - koran antara lain koran Pelita Andalas dan majalah Partindo. Kesuksesannya dalam dunia tulis menulis menghantar Bung bertemu dengan Albert Manumpak, Pandoe Kartawigoena dan Mr. Soemanang, yang nantinya dipeloporilah berdirinya kantor berita ANTARA yang dewasa ini menjadi kantor berita nasional resmi milik Indonesia dan berkantor di Jalan Pinangsia 38 Jakarta (kemudian pindah ke Jalan Pos Utara 53 Pasar Baru, Jakarta Pusat). Beliau juga pernah menjadi Redaktur yang merangkap sebagai Wakil Direktur di kantor ANTARA.
Dari berkarir di dunia Jurnalistik, bapak Adam Malik mulai menerjuni dunia Birokrasi. Kiprahnya berorganisasi dan berpolitik sendiri memang sudah lama, berbagai posisi dan jabatan di suatu organisasi dan instansi pemerintah pernah disandangnya. Mulai dari menjadi pemimpin Partindo Pematang Siantar, menjadi ketua Komite Van Aksi, mendirikan partai sendiri yakni Partai Rakyat (1946), dst. Hingga posisi-posisi besar dipemerintahan seperti menjadi Menteri Perdagangan yang merangkap sebagai wakil panglima operasi ke-I KOTOE (1963), menjabat Menteri Luar Negeri hingga empat kali, menjadi perdana menteri (1966), hingga menjadi Wakil Presiden RI terpilih pada tahun 1978.
Karir internasionalnya bisa dibilang cukup mumpuni, salah satu kesuksesannya di kancah internasional seperti yang disinggung diawal yakni menjadi pemelopor berdirinya Organisasi Regional Asia Tenggara, ASEAN, beliau juga pernah menjadi Duta Besar luar biasa untuk Uni Soviet dan Polandia, beliau juga merupakan orang Indonesia pertama yang bisa masuk keanggotaan PBB bahkan pernah memimpin sidang PBB ke-26. Juga tak akan kita lupakan peranan beliau dalam perundingan Indonesia dengan Belanda sebagai delegasi RI untuk masalah pembebasan Irian Barat di Washington D.C.
Pak Adam Malik adalah orang yang easygoing dan sangat mudah bergaul dengan siapapun. Tak ayal jika beliau memiliki banyak relasi yang mendukung lalu lalangnya di pergaulan internasional. Seperti yang dikatakan di buku “Kejuangan Adam Malik” 1998, siapapun yang pernah berkenalan dengan bapak pendiri kantor berita ANTARA ini pasti merasa seolah sudah berkenalan puluhan tahun, bahkan merasa seolah bersahabat sejak kecil. Seorang anak bangsa yang memiliki jiwa nasionalis dan kecintaan pada Ibu Pertiwi yang sangat tinggi, sosok teladan yang hampir sepanjang hidupnya diabdikan untuk keeksisan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Kata-katanya yang terkenal dan selalu terlontar dari beliau adalah “Semua bisa diatur”, kata-kata ini tidak berarti bahwa beliau memandang rendah suatu masalah, namun kata-kata ini lebih mencerminkan pada sosok beliau yang memandang semua permasalahan yang ada dihadapannya sebagai sesuatu yang pasti bisa diselesaikan. Tidak perlu mencari penyelesaian masalah dengan tergesa-gesa yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah masalah hanya dengan menggunakan pikiran dingin dan sikap santai yang tenang. Karena seperti kata Pak Adam Malik bahwa “Semua masalah pasti ada penyelesaiannya.”
Bapak kebanggaan bangsa Indonesia ini menutup usianya pada 5 September 1984 di usia yang ke 67 tahun di Bandung karena penyakit Kanker Lever yang dideritanya. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Kemudian, namanya diabadikan sebagai nama Museum “Adam Malik”. Sebelum menutup usianya, karena kebaktian dan segala kesuksesan yang turut serta mengharumkan nama Ibu Pertiwi, beliau sempat dianugerahi gelar Bintang Mahaputera (1971) dan gelar Adhi Perdana (1973). Setelah kepergiannya, pada tahun 1998 beliau resmi diangkat sebagai salah satu “Pahlawan Nasional” bangsa Indonesia.