Advertisement
Oleh : Nurul Amali Dienillah
(amaleeonly@gmail.com)
Perkembangan zaman saat ini begitu cepat. Begitu banyak hal baru yang dapat kita saksikan dan kita amati. Salah satu objek perkembangan yang tak habis dimakan kata adalah segala persoalan dan obrolan mengenai “perempuan”. Tentu kita semua tahu, perempuan merupakan makhluk paling indah yang pernah Tuhan ciptakan. Dalam diri perempuan ada berbagai macam kekuatan. Dalam tawa, tangis, bahagia atau harunya. Kekuatan-kekuatan ini berbicara. Bila kekuatan-kekuatan perempuan dimaksimalkan akan kita temukan satu energi besar. Energi ini menghasilkan kemampuan. Kemampuan-kemampuan ini bila dioptimalkan akan membentuk kepribadian serba bisa. Manajemen diri dapat dikelola dengan baik, bersamaan dengan itu, pergerakan meruah. Perubahan terjadi.
Singkat cerita, kenapa judul ini mencatut satu nama familiar seorang perempuan multi talenta. Semua karena, Agnes Monica, menjadi salah satu icon perempuan dengan jumlah follower fantastis. Keberaniannya mendulang mimpi lewat kerja keras dan kepercayaan diri membuat banyak perempuan lain terinspirasi. Namun, kali ini saya tak akan bahas tentang bagaimana pengaruh Agnes terhadap khalayak? Atau sebesar apakah potensi serba bisa seorang Agnes Monica? Namun, artikel ini bercerita tentang seorang perempuan multi talenta lainnya. Rohana Kudus. Sebelumnya, mari kita baca kisah beliau, saya tak yakin anda semua tahu, aksi dan sejarah seorang Rohana Kudus.
Perempuan serba bisa ini adalah seorang gadih Minang, Beliau lahir dan dibesarkan di Koto Gadang, Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember 1884 dan meninggal pada 17 Agustus 1972 di Jakarta.. Nama Kudus sendiri diambil dari nama suaminya, Abdul Kudus. Rohana Kudus juga merupakan kakak tiri (saudara seayah) dari perdana menteri Indonesia, Sutan Sjahrir. Rohana tidak bersekolah, karena umumnya perempuan Minangkabau waktu itu tidak dikirim ke sekolah, Sejak usia 8 tahun beliau mengenal baca-tulis dari berbagai bacaan yang ayahnya bawa dari kantor. Dari berbagai bacaan inilah Rohana akhirnya tak hanya mengenal baca-tulis, tapi juga fasih berbahasa Belanda. Rohana juga menguasai tiga bahasa asing lainnya, yaitu bahasa Arab, Latin, dan Arab Melayu. Dari Koto Gadang, Rohana pindah ke Alahan Panjang dikarenakan ayahnya dipindah-tugaskan. Di Alahan Panjang, Rohana bertetangga dengan istri pejabat Belanda yang bermurah hati untuk mengajarkan berbagai keterampilan padanya seperti menyulam, menjahit, merajut, dan merenda. Selain itu, istri pejabat Belanda ini juga mengenalkan berbagai majalah berbahasa Belanda pada Rohana muda. Intelektualitas pula berbagai skill yang dimiliki Rohana, membuat perempuan muda ini ingin memajukan bangsanya, terutama perempuan Minang agar tidak terbelakang dan tertinggal. Salah satu perkataan Rohana tentang perempuan dan pendidikan, “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”
Rohana menikah pada usia 24 dengan Abdul Kudus, keponakan ayahnya. Abdul Kudus adalah seorang aktivis dan notaris yang sering menulis kritik terhadap pemerintah Belanda di koran-koran lokal. Suaminya seseorang yang berpikiran maju. Abdul Kudus sangat mendukung cita-cita Rohana untuk memajukan kaum perempuan Minangkabau. 11 Februari 1911, awal mula Sekolah Kerajinan Amai Setia berdiri. Rohana mendirikan sekolah khusus perempuan yang berfokus pada keterampilan. Walaupun berfokus pada keterampilan, Rohana tak lupa mnegajarkan berbagai pelajaran lainnya, seperti bahasa Belanda, Latin, Arab, pendidikan baca-tulis dan agama, pendidikan umum juga pendidikan budi pekerti.
Secercah harapan hadir di ranah Minang, perjuangan Rohana membawa hasil. Usaha pemberdayaan perempuan oleh Rohana berhasil membawa dampak baik bagi perempuan kampungnya. Selain berperan sebagai pendidik dan pemberdaya perempuan, Rohana juga berjuang melalui tulisan. Rohana mendirikan sebuah surat kabar yang bernama Sunting Melayu. Surat kabar ini diterbitkannya pada tahun Juli 1912. Surat kabar ini merupakan, koran perempuan pertama di negeri ini, semua awak surat kabar ini adalah perempuan. Dengan adanya surat kabar ini, perjuangan pemberdayaan perempuan tidak hanya sebatas lokal (kampung beliau saja), perjuangan Rohana benar dengan lantang disuarakan.
Perjuangan Rohana bukan tanpa kerikil, berbagai ujian beliau hadapi. Penentangan demi penentangan didapat dari pemuka adat dan masyarakat lelaki Minang. Mereka beranggapan, perjuangan Rohana adalah sia. Perempuan tetap harus berada dibawah laki-laki. Sejatinya, Rohana tak pernah mempermasalahkan tingkat kesetaraan perempuan dan laki-laki. Ia sadar betul, perempuan dilahirkan bukan untuk menyamai laki-laki. Perempuan ditakdirkan mendampingi laki-laki. Beliau hanya menginginkan kaumnya menajdi perempuan terdidik sehingga dapat mendampingi laki-laki lebih baik.
Tahun 1916, murid Rohana menuduhnya dengan tindakan korupsi. Jabatan yang beliau sandang nyaris dicopot. Selain itu, beliau juga diduga berselingkuh dengan pejabat Belanda. Namun, karena semua tuduhan itu tidak terbukti. Rohana mendirikan sekolah bernama Rohana School di Bukittinggi. Muridnya semakin banyak, tidak hanya berasal dari daerah Sumatera Barat, melainkan dari berbagai daerah. Rohana juga turut membantu pergerakan politik melalui tulisan dan ide-idenya. Beliau adalah pelopor berdirinya dapur umum dan badan sosila gerilyawan. Penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Bukittinggi melalui lembah Ngarai Sianok. Senjata yang disembunyikan dibalik tumpukan sayur dan buah berhasil mengelabui penjajah. Lubuk Pakam dan Medan menjadi daerah rantau Rohana selanjutnya. Di sana beliau kembali mengajar dan memimpin dua surat kabar. Atas jasa-jasanya beliau yang begitu banyak, Rohana Kudus pun mendapat penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia, Perintis Pers Indonesia, dan Bintang Jasa Utama.
Demikianlah kisah perempuan multi talenta. Rohana Kudus mengajarkan bagaimana seharusnya seorang perempuan tetap bergerak sekalipun dalam keterbatasan. Dalam gerakan ada perubahan, dalam perubahan ada kebaikan. Disitulah saat hidup mulai berwarna. Sejatinya kita, tak cukup hidup hanya untuk sekedar makan, karena kambing juga makan. Kita tak cukup hidup sekedar bekerja, karena kerbau juga bekerja. Rohana mengajarkan kita, bagaimana hidup harus bermanfaat bagi sesama, bagi lingkungan, bagi bangsa dan agama.
Tak setiap kita diberikan kemampuan serba bisa seperti Rohana Kudus, namun yang perlu dipertanyakan adalah, sudah seriuskah kita dalam menggali dan memaksimalkan potensi diri? Ini pertanyaan, bagi saya, bagi anda, bagi kita semua kaum perempuan ataupun laki-laki. Tidak memaksimalkan potensi yang sudah diberikan Tuhan adalah sama dengan tidak bersyukur. Layak mati karena takut hidup. Boleh jadi kita tak sepintar beliau, kita bukan dari keturunan berada, potensi diri juga belum terlihat dengan jelas. Namun, apakah semua menjadi alasan? Mulai dari hal kecil untuk sesuatu yang besar. Lakukan hal-hal baik pada orang tua, saudara, tetangga, dsb. Kebaikan-kebaikan kecil bagi sesama akan menghasilkan perubahan yang besar.
Ah, menjadi pribadi baik nan manfaat tak sulit kawan.