Advertisement
Waktu : Kamis, 10 Juli 2014, 20.00 - 22.00 WIB
Tempat : Gelanggang Teater Eska, UIN Sunan Kalijaga
HTM : GRATIS
Sinopsis :
Tadarus Puisi XIX Teater Eska 2014 kali ini yang berjudul “AL QALAM - Pena dan Lautan Tinta” adalah hasil pencarian kami akan khazanah Islam yang menggumpal dalam al-Qur’an. Pada surah ke-68 juz-29, surah al-Qalam yang menjabarkan sumpah Tuhan, kemelut kota Makkah, peringatan dan simbol-simbol yang absurd. Bertolak dari kenyataan surat al-Qalam tersebut—yang pada awalnya langsung membuat kami terbelalak akan kepuitikannya—kami memberanikan diri bergumul dalam kerumitan-kerumitan. Dan bahkan setelah mencari refrensi yang bertumpuk-tumpuk kami tidak menemukan makna pasti dari Nun ( ن ). Nun adalah salah satu bentuk yang absurd, huruf hijaiyah yang berbentuk seperti tempat tinta yang dicelupkan kuas sehingga ada titik di tengahnya. Simbol ini—dan simbol-simbol lainnya—sungguh memusingkan (ke-awaman kami). Tetapi kami terus dan terus memaknai bentuk ini dalam pementasan Tadarus Puisi kami. Entah apa pembacaan penonton nantinya akan ke-absurdan yang dihadirkan di atas panggung teater. Tetapi kembali lagi pada istilah Tadarus Puisi, maka kami mendalami ayat-ayat ini untuk memoles kembali diri kita dan membagikannya dengan pementasan kami.
Di dalam prosesnya, kami mengambil surah al-Qalam dengan terjemahan yang sudah dipuisikan dalam kitab al-Qur’an Bacaan Mulia terjemahan H.B. Jassin. Dibumbui dengan skenario dari beberapa kepala dengan satu sutradara pada umumnya. Kami mendalami naskah ini untuk melihat kembali diri kami, sikap kami yang selanjutnya kita gambarkan lewat pementasan. Kami tidak memilih sutradara untuk menjadi Tuhan tetapi menjadi stimulan dari imajinasi kami.
Istilah Tadarus Puisi sendiri sebenarnya muncul ketika kami mengkaji sebuah karya untuk mengasah diri. Menelaah kembali makna untuk berkaca, intropeksi kata orang-orang dahulu kala. Dan tadarus puisi tidak memiliki adegan atau artistik yang begitu digarap (dalam istilah kami “tidak begitu men-teater”). Karena kekuatan tadarus puisi ada pada teks itu sendiri. Terlebih lagi tadarus puisi bukan ajang membuat “puisi” tetapi mengkaji puisi. Puisi yang dipulangkan ke dalam diri, dan dibagikan kepada orang lain sebagai salah satu bentuk referensi intropeksi.