Advertisement
Curhat tentang Pilpres 2014
Akhir-akhir ini, ada semacam serangan yang menerpa rombongan pemilih pemula, (kisaran umur 17-21) yang rata-rata baru memilih tahun ini. Dengan usia seperti itu dan tinggal di Indonesia yang sedang digempur arus globalisasi, sudah dipastikan bahwa sang pemilih tadi memiliki facebook, twitter, path, G+, istagram dan jenis social media lainnya.
Parahnya, berbagai macam black campaigne dan negative campaigne bersliweran dan berserakan di media sosial tersebut. Mulai dari kubu pendukung, tim sukses, hingga juru kampanye dadakan yang tiba-tiba dengan begitu getol menyebarkan kampanye. Sisi yang terburuknya, menurut pantauan kami, setelah kami adakan riset singkat di dua media sosial terbesar : FB dan Twitter, dengan seleksi lebih dari 70-an akun yang "doyan jadi jurkam" di socmed.
Hasilnya adalah : 60 % negative campaigne, 20 % black campaigne dan 20 % sisanya, menggembor-gemborkan "kelebihan & prestasi" capres atau semacamnya. Tentu, jumlah itu adalah pembulatan, agar lebih mudah diperkirakan. Negative dan black campaigne sangat berpengaruh untuk membuat pemilih pemula menjadi kebingungan. Bisa jadi, meskipun sudah berada pada satu pilihan, namun karena gencarnya fitnah atau isu yang dilemparkan, justru ia berpindah ke pilihan lainnya.
Lantas, bagaimana kalau ketika sudah dipilihan selanjutnya, namun kembali menemukan isu/fitnah serupa? Sang pemilih labil bisa saja muak sehingga memutuskan untuk tidak memilih siapapun!
Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan bahwa jumlah pemilih pemula adalah 30 persen dari seluruh pemilih di Indonesia. Jumlah itu sudah berarti sangat besar dan akan memberi pengaruh signifikan pada pemilihan mendatang.
Tapi, tahukah anda, bila data dari berbagai lembaga survey di Indonesia (baik yang independen, maupun yang digosipkan "memihak") menyatakan hal yang begitu mengejutkan. Jumlah angka Golput diprediksi berkisar antara 20 - 25 persen! Bandingkan dengan jumlah pemilih pemula tadi!
Golput tentu sangat tidak baik, karena satu suara dapat berpengaruh besar pada bangsa ini. Tapi, black campaigne dan negative campaigne yang dihembuskan kedua kubu pendukung capres ini sepertinya menjadi penyebab angka golput itu. Coba, bila setiap membuka laman FB dan Twitter, isinya adalah pelecehan terhadap kedua capres, bagaimana tidak kalau lama-lama masyarakat "ilfil" sama kedua capres!
Parahnya, rata-rata orang Indonesia, berhubungan dengan socmed rata-rata 3 jam perhari! Berarti selama 3 jam sehari, setiap orang di Indonesia akan membaca gosip miring tentang capresnya!
Hanya orang terbaik yang bisa menjadi capres! Stop black campaigne dan berikan suara anda dalam pemilu mendatang.
Tulisan ini kami buat sebagai dukungan pada KPU! |
Penulis : Gerombolan pemuda peduli bangsa (@teaterpetass)