Pementasan Drama : Nilam Binti Malin Komunitas Seni nan Tumpah -->
close
10 June 2014, 6/10/2014 01:20:00 AM WIB
Terbaru 2014-06-09T18:24:40Z
Artikel

Pementasan Drama : Nilam Binti Malin Komunitas Seni nan Tumpah

Advertisement



KOMUNITAS SENI NAN TUMPAH, WAKIL SUMATERA BARAT  DALAM FESTIVAL NASIONAL TEATER TRADISI DI JAKARTA

SABTU, 14 Juni 2014, Komunitas Seni Nan Tumpah akan mementaskan Nilam Binti Malin, naskah karya Karta Kusumah yang disutradarai Mahatma Muhammad, di Gedung Kesenian Jakarta dalam rangka Festival Nasional Teater Tradisi yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Komunitas Seni Nan Tumpah menyiapkan pementasan ini setelah ditunjuk menjadi wakil Provinsi Sumatera Barat berdasarkan surat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat nomor 140/Budpar-Senbud/III-2014.
Festival ini mengedepankan konsep “Revitalisasi Teater Tradisi dalam Teater Modern”. Setiap grup yang menjadi wakil masing-masing provinsi diharapkan dapat menggali akar teater tradisi masing-masing, dan merevitalisasikannya ke dalam bentuk seni pertunjukan teater modern. Komunitas Seni Nan Tumpah dalam festival ini mengolah cerita rakyat yang berasal dari Minangkabau yaitu Malin Kundang. Namun, cerita rakyat yang sudah dikenal masyarakat luas ini, tidak semata dihadirkan kembali sebagaimana yang sudah dikenal. Karta Kusumah sebagai penulis naskah berusaha untuk memberi tawaran baru dalam cerita rakyat ini. Yang menjadi titik sentral dalam teks lakon bukanlah Malin Kundang, tetapi Nilam—anak perempuan Malin Kundang.
Deskripsi Singkat dan Sinopsis
Ialah Nilam anak si Malin/ Yang telah merapat di sebuah negeri/ Negeri yang tak ia kenal/ sama sekali/ Dari mana ia mesti mencari sedang begitu banyak yang akan dicari/ Tak ada satu pun yang ia tahu/Kecuali sebuah patung batu di tepi pantai itu//Kukabarkan ini kabar kepadamu/ Dari kabar yang dikabarkan orang kepadaku/ Boleh percaya, boleh tidak/ Asal disimak dengan bijak. (Nilam Binti Malin, Karta Kusumah)
Nilam Binti Malin, merupakan produksi pementasan teater, Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT)  yang ke 16. Naskah drama “Nilam binti Malin” bermula dari diskusi Mahatma Muhammad selaku sutradara pertunjukan dengan Karta Kusumah sebagai penulis naskah, yang kemudian bersepakat merevitalisasi ulang Kaba Malin Kundang. Naskah kemudian  disesuaikan dengan eksplorasi gerak tradisi Minangkabau yang sebelumnya telah menjadi latihan rutin Olah Tubuh anggota teater KSNT. Dramaturgial “Nilam binti Malin” berangkat dari tafsir kreatif penyutradaraan dengan mengeksplorasi Randai sebagai basis dramaturgi teater rakyat Minangkabau yang kemudian diselaraskan dengan teks lakon dan pedoman tekhnis penyelenggaraan Festival Nasional Teater Tradisional.
Konsep Penyutradaraan
Randai adalah salah satu permainan teater  rakyat di Minangkabau yang memiliki aspek seni pertunjukan yang komplit. Dalam Randai terdapat tarian berupa gerakan silek (silat), kaba (cerita) yang sebagian dilakonkan dan sebagian lain umumnya  berbentuk pantun yang didendangkan (dinyanyikan). Baik tarian, cerita serta nyanyian tersebut dirangkum dengan musik yang menyempurnakan pertunjukan. Secara umum, randai yang dikenal luas dimainkan secara berkelompok, dengan membentuk pola lingkaran yang diiringi dengan dendang. Gerak lingkaran mengikuti prinsip dasar langkah ampek (langkah empat), yaitu ke kanan, ke kiri, membesar dan mengecil. Sementara untuk kaba atau cerita yang dilakonkan, disampaikan di tengah-tengah lingkaran tersebut oleh pemeran/tokoh, sementara itu cerita yang dinyanyikan merupakan transisi babak/ pengantar cerita, peralihan waktu, tempat, peristiwa dan suasana.
Sebagai gabungan kesatuan seni pertunjukan yang betul-betul melebur satu sama lainnya, randai selalu berkembang dan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu, garapan “Nilam binti Malin” mengusung spririt randai dalam pengemasan dramaturgi pertunjukannya. Melalui rujukan unsur-unsur seperti gerak lingkaran, musik, dendang, tarian (gerak silek) dan tentu saja kaba (cerita/kabar), konsepsi lakon “Nilam binti Malin” dieksplorasi oleh Mahatma Muhammad selaku sutradara, penata artistik sekaligus penata musik, untuk dapat memenuhi kebutuhan kaidah-kaidah penampilan teater modern masa kini.
Dalam konsep penyutradaraannya, Mahatma Muhammad memakai dan mengimplementasikan sekaligus dua model akting, yaitu pemeranan teater konvensional barat dan pemeranan teater rakyat. Pemain sekaligus adalah aktor (yang dimungkinkan memainkan beberapa peran masing-masingnya), pemusik, penari, hingga kru artistik; serta di beberapa bagian transisi pergantian latar tempat, kejadian, waktu dan suasana pertunjukan, sifat pementasan teater rakyat yang cenderung cair dan akrab diharapkan dapat hadir. Inovasi atau pencarian kreatifitas dalam pertunjukan “Nilam binti Malin” yaitu pengaktulisasian ulang konsep-konsep randai terhadap kebutuhan teater modern Indonesia. Meskipun sebetulnya telah kerap dilakukan oleh para pekerja teater di Sumatera Barat selama ini, namun diyakini kemungkinan lain dan baru diharapkan tetap dapat dikedepankan dari proses penciptaan dalam pertunjukan “Nilam binti MalinKomunitas Seni Nan Tumpah ini. ***
Bagi yang sudah menonton pertunjukannya nanti, ingin mengirimkan ulasannya terhadap pertunjukan ini, dapat dikirimkan ke SINI

Artikel menarik lainnya dapat dilihat di SINI


Ads