Advertisement
KOMUNITAS
SENI NAN TUMPAH, WAKIL SUMATERA BARAT
DALAM FESTIVAL NASIONAL TEATER TRADISI DI JAKARTA
SABTU, 14 Juni 2014,
Komunitas Seni Nan Tumpah akan mementaskan Nilam
Binti Malin, naskah karya Karta Kusumah yang disutradarai Mahatma Muhammad,
di Gedung Kesenian Jakarta dalam rangka Festival Nasional Teater Tradisi yang
diadakan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Komunitas Seni Nan Tumpah menyiapkan pementasan
ini setelah ditunjuk menjadi wakil
Provinsi Sumatera
Barat berdasarkan surat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera
Barat nomor 140/Budpar-Senbud/III-2014.
Festival
ini mengedepankan konsep “Revitalisasi Teater Tradisi dalam Teater Modern”.
Setiap grup yang menjadi wakil masing-masing provinsi diharapkan dapat menggali
akar teater tradisi masing-masing, dan merevitalisasikannya ke dalam bentuk
seni pertunjukan teater modern. Komunitas Seni Nan Tumpah dalam festival ini
mengolah cerita rakyat yang berasal dari Minangkabau yaitu Malin Kundang.
Namun, cerita rakyat yang sudah dikenal masyarakat luas ini, tidak semata
dihadirkan kembali sebagaimana yang sudah dikenal. Karta Kusumah sebagai
penulis naskah berusaha untuk memberi tawaran baru dalam cerita rakyat ini.
Yang menjadi titik sentral dalam teks lakon bukanlah Malin Kundang, tetapi
Nilam—anak perempuan Malin Kundang.
Deskripsi
Singkat dan Sinopsis
Ialah Nilam anak si Malin/ Yang
telah merapat di sebuah negeri/ Negeri yang tak ia kenal/ sama sekali/ Dari
mana ia mesti mencari sedang begitu banyak yang akan dicari/ Tak ada satu pun
yang ia tahu/Kecuali sebuah patung batu di tepi pantai itu//Kukabarkan ini
kabar kepadamu/ Dari kabar yang dikabarkan orang kepadaku/ Boleh percaya, boleh
tidak/ Asal disimak dengan bijak. (Nilam Binti Malin,
Karta Kusumah)
Nilam Binti Malin,
merupakan produksi pementasan teater, Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang ke 16. Naskah drama “Nilam binti Malin” bermula dari diskusi
Mahatma Muhammad selaku sutradara pertunjukan dengan Karta Kusumah sebagai
penulis naskah, yang kemudian bersepakat merevitalisasi ulang Kaba Malin Kundang. Naskah kemudian disesuaikan dengan eksplorasi gerak tradisi
Minangkabau yang sebelumnya telah menjadi latihan rutin Olah Tubuh anggota teater KSNT. Dramaturgial “Nilam binti Malin” berangkat dari tafsir kreatif penyutradaraan
dengan mengeksplorasi Randai sebagai
basis dramaturgi teater rakyat Minangkabau yang kemudian diselaraskan dengan
teks lakon dan pedoman tekhnis penyelenggaraan Festival Nasional Teater
Tradisional.
Konsep Penyutradaraan
Randai
adalah salah satu permainan teater
rakyat di Minangkabau yang memiliki aspek seni pertunjukan yang komplit.
Dalam Randai terdapat tarian berupa gerakan silek
(silat), kaba (cerita) yang sebagian
dilakonkan dan sebagian lain umumnya
berbentuk pantun yang didendangkan
(dinyanyikan). Baik tarian, cerita serta nyanyian tersebut dirangkum dengan musik
yang menyempurnakan pertunjukan. Secara umum, randai yang dikenal luas
dimainkan secara berkelompok, dengan membentuk pola lingkaran yang diiringi
dengan dendang. Gerak lingkaran mengikuti prinsip dasar langkah ampek (langkah empat), yaitu ke kanan, ke kiri, membesar
dan mengecil. Sementara untuk kaba
atau cerita yang dilakonkan, disampaikan di tengah-tengah lingkaran tersebut
oleh pemeran/tokoh, sementara itu cerita yang dinyanyikan merupakan transisi
babak/ pengantar cerita, peralihan waktu, tempat, peristiwa dan suasana.
Sebagai
gabungan kesatuan seni pertunjukan yang betul-betul melebur satu sama lainnya,
randai selalu berkembang dan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Oleh
karena itu, garapan “Nilam binti Malin”
mengusung spririt randai dalam pengemasan dramaturgi pertunjukannya. Melalui
rujukan unsur-unsur seperti gerak
lingkaran, musik, dendang, tarian (gerak
silek) dan tentu saja kaba
(cerita/kabar), konsepsi lakon “Nilam
binti Malin” dieksplorasi oleh
Mahatma Muhammad selaku sutradara, penata artistik sekaligus penata musik,
untuk
dapat memenuhi kebutuhan kaidah-kaidah penampilan teater modern masa kini.
Dalam konsep penyutradaraannya,
Mahatma Muhammad memakai dan mengimplementasikan sekaligus dua model akting,
yaitu pemeranan teater konvensional barat dan pemeranan teater rakyat. Pemain
sekaligus adalah aktor (yang dimungkinkan memainkan beberapa peran
masing-masingnya), pemusik, penari, hingga kru artistik; serta di beberapa
bagian transisi pergantian latar tempat, kejadian, waktu dan suasana
pertunjukan, sifat pementasan teater rakyat yang cenderung cair dan akrab diharapkan dapat hadir. Inovasi
atau pencarian kreatifitas dalam pertunjukan “Nilam binti Malin” yaitu pengaktulisasian ulang konsep-konsep
randai terhadap kebutuhan teater modern Indonesia. Meskipun sebetulnya telah kerap dilakukan oleh para pekerja teater
di Sumatera Barat selama ini, namun diyakini kemungkinan lain dan baru
diharapkan tetap dapat dikedepankan dari proses penciptaan dalam pertunjukan “Nilam binti Malin” Komunitas Seni Nan Tumpah ini. ***
Bagi yang sudah
menonton pertunjukannya nanti, ingin mengirimkan ulasannya terhadap pertunjukan
ini, dapat dikirimkan ke SINI
Artikel menarik lainnya dapat dilihat di SINI