Advertisement
Sumber Gambar : Grup AAP Facebook |
Cover buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh |
1. Kwee Tek Hoay
2. Marah Roesli
3. Muhammad Yamin
4. HAMKA
5. Armijn Pane
6. Sutan Takdir Alisjahbana
7. Achdiat Karta Mihardja
8. Amir Hamzah
9. Trisno Sumardjo
10. H.B. Jassin
11. Idrus
12. Mochtar Lubis
13. Chairil Anwar
14. Pramoedya Ananta Toer
15. Iwan Simatupang
16. Ajip Rosidi
17. Taufik Ismail
18. WS Rendra
19. NH. Dini
20. Sapardi Djoko Damono
21. Arief Budiman
22. Arifin C. Noor
23. Sutardji Calzoum Bachri
24. Goenawan Mohammad
25. Putu wijaya
26. Remy Sylado
27. Abdul Hadi W.M.
28. Emha Ainun Nadjib
29. Afrizal Malna
30. Denny JA
31. Wowok Hesti Prabowo
32. Ayu Utami
33. Helvi Tiana Rosa
2. Marah Roesli
3. Muhammad Yamin
4. HAMKA
5. Armijn Pane
6. Sutan Takdir Alisjahbana
7. Achdiat Karta Mihardja
8. Amir Hamzah
9. Trisno Sumardjo
10. H.B. Jassin
11. Idrus
12. Mochtar Lubis
13. Chairil Anwar
14. Pramoedya Ananta Toer
15. Iwan Simatupang
16. Ajip Rosidi
17. Taufik Ismail
18. WS Rendra
19. NH. Dini
20. Sapardi Djoko Damono
21. Arief Budiman
22. Arifin C. Noor
23. Sutardji Calzoum Bachri
24. Goenawan Mohammad
25. Putu wijaya
26. Remy Sylado
27. Abdul Hadi W.M.
28. Emha Ainun Nadjib
29. Afrizal Malna
30. Denny JA
31. Wowok Hesti Prabowo
32. Ayu Utami
33. Helvi Tiana Rosa
Lantas, ada apa dengan buku ini? Kenapa begitu menjadi polemik? Padahal nama-nama tersebut sudah dinobatkan, dan diwartakan oleh Antaranews.com (Baca disini). Bahkan, pimpinan tim 8 juga menyatakan pada wartawan, bahwa kerja tersebut benar-benar kerja nyata dan begitu sulit.
"Tim melakukan kajian dan debat yang melelahkan mengenai siapa yang harus terpilih dan siapa yang tidak. Subyektivitas tim juri tentu saja bermain. Namun karena delapan team juri ini memiliki reputasi dan bekerja secara independen pilihan subyektifnya,"katanya pada antaranews.com
Ternyata permasalahannya adalah ; ada beberapa nama yang dianggap tidak sesuai dengan kata "paling" yang digunakan sebagai judul buku ini. Tentu saja, kata 'paling' bermakna superlatif, sehingga yang menyandang kata itu pun seharusnya adalah orang-orang yang 'paling'.
Dari sekian banyak nama yang disebut-sebut tidak layak menyandang titel 'paling berpengaruh' ini, nama Denny Januar Ali atau Denny JA yang paling santer disebutkan. Nama ini mungkin tidak asing, bahkan bagi non-pecinta sastra sekalipun, karena nama yang disebut terakhir adalah pendiri yayasan Lingkaran Survey Indonesia (LSI), yang namanya mencuat pada masa Pemilu lalu.
Ada banyak alasan mengapa buku tersebut harus ditarik dari pasaran, alasannya bisa dibaca disini dan disini. Namun, pihak Denny JA yang disebut-sebut mendompleng pembuatan buku ini, sehingga namanya bisa dimasukkan tetap tidak bergeming. Buku itu tetap launching, bahkan disaat buku bermasalah itu masih begitu berpolemik, tiba-tiba pihak Denny JA menelurkan buku baru. Dalam launching buku antologi puisi Essay karya 23 Penyair tersebut, Dalang kondang Sudjiwo Tedjo didaulat menjadi bintang tamunya. Hal ini membuat permasalahn semakin meruncing.
Situasi gerakan AAP menetang buku 33 sastrawan berpengaruh. |
Tulisan ini bersambung ke bagian II.
Situs ini milik Sanggar Teater Petass, adalah situs independen dan netral. Seluruh artikel didalam situs ini, semuanya dibuat atas kemauan redaksi dan tim teater petass, tanpa determinasi/tekanan atau ancaman dari pihak manapun.
Kirimkan opini/artikel anda tentang seni, dan berbagilah ilmu pada seluruh Indonesia, kirimkan tulisan anda ke teater.petass@gmail.com atau teaterpetass@teaterpetass.com