Advertisement
Kesaksian Tiang Gantungan
aku rindu
sejak undang-undang dan hukum dipaparkan di lapak dan dijual eceran
sel tak mengekang
dan ketuk palu tak lagi menghabiskan, perjalanan
mana leher leher leher
biar kutakik, kujerat, biarkan aku jadi izrail
bandar, korup, bajing, lintah, ludah, mampus!!
aku rindu
jadi pahlawan, aku beri nota kecil di kertas negara
bahwa aku berjasa tanpa tanda
(mengirim tikus bangsa ke akhirat)
penegak hukum
gagahkan berdiri hukum
jangan tersuruk terkulum
agar bangsaku kembali bangun
sebelum buka matanya, berikan aku :
giring mereka kepadaku
biar kutakik, kujerat, biarkan aku jadi izrail
bandar, korup, bajing, lintah, ludah, laknat, mampus!!
setelah mereka hirup darah bangsa ini biarkan aku yang menghirup darah mereka
dan biarkan dua orang yang tersenyum dikiri dan kanan garuda menarik tali laju kuda kita
jangan berhenti hingga jam dinding tak berdetak lagi
Curup, 2011
catatan :
Puisi ini merupakan dimuat dalam buku antologi puisi, Kado Untuk Indonesia (KUI), penerbit : Literer Khatulistiwa.
Dari ribuan peserta, puisi ini berhasil menempati posisi 20 besar.
Beberapakali dibawakan dalam bentuk dramatisasi puisi.