Advertisement
Oleh : Teater Petass
Semboyan dari Jerzy Grotowski yang terkenal ialah "Inti teater adalah Aktor, perbuatan-perbuatannya dan apa yang dia dapati". Satu hal yang dapat ditangkap dari Grotowski ialah : teater itu aktor!
Oleh sebab itu, untuk membangun suatu pertunjukan yang baik, sebenarnya hubungan antara aktor dengan penonton benar-benar harus diperhatikan. Namun, seperti biasa, ada "sekat" yang membatasi antara penonton dan aktor.
Aktor benar-benar merefleksikan diri dalam peran, agar dapat dinikmati oleh penonton sehingga menimbulkan stimultan untuk ditonton kembali oleh penonton. Beberapa teknik latihan Teater versi Jerzy Grotowski banyak yang memaksa aktor harus mengeluarkan seluruh ekpresi yang bisa dilakukan. Susahkah? teknik latihannya malah seperti permainan. Persiapan diri pelaku menurut Jerzy Grotowski merupakan cara dan media pengungkapan jati diri pelaku demi mempengaruhi katarsis penonton. Dinamika ini yang disebut dengan skoring, yaitu pertemuan antara tubuh pelaku dengan gerak dan vokal yang ditujukan untuk berkomunikasi dengan penonton.
Konsep yang diusung oleh Grotowski ini dikenal sebagai “Teater Miskin” (Poor Theatre). Grotowski lebih mengembalikan “segalanya” pada kekuatan seorang aktor, ketimbang "kekuatan" sutradara. Oleh Teater Petass, hal ini di anggap sebagai sebuah lecutan. Agar tidak "manja" untuk membuat sebuah pertunjukan "mewah" dengan balutan lighting, tata panggung dan lain-lain. Teater itu aktor!
Kembali lagi, tentu untuk mengalahkan kemewahan itu, Teater miskin harus mengandalkan kekuatan dari aktor-aktornya. Hal ini dianggap dapat terus berkembang seiring waktu berjalan, hal yang dinamakan proses.
Ini salah satu dasar ekperimental yang akan secara kontinyu dibawakan Teater Petass, salah satu teater "miskin" di Bengkulu.
www.teaterpetass.com
Semboyan dari Jerzy Grotowski yang terkenal ialah "Inti teater adalah Aktor, perbuatan-perbuatannya dan apa yang dia dapati". Satu hal yang dapat ditangkap dari Grotowski ialah : teater itu aktor!
Oleh sebab itu, untuk membangun suatu pertunjukan yang baik, sebenarnya hubungan antara aktor dengan penonton benar-benar harus diperhatikan. Namun, seperti biasa, ada "sekat" yang membatasi antara penonton dan aktor.
Aktor benar-benar merefleksikan diri dalam peran, agar dapat dinikmati oleh penonton sehingga menimbulkan stimultan untuk ditonton kembali oleh penonton. Beberapa teknik latihan Teater versi Jerzy Grotowski banyak yang memaksa aktor harus mengeluarkan seluruh ekpresi yang bisa dilakukan. Susahkah? teknik latihannya malah seperti permainan. Persiapan diri pelaku menurut Jerzy Grotowski merupakan cara dan media pengungkapan jati diri pelaku demi mempengaruhi katarsis penonton. Dinamika ini yang disebut dengan skoring, yaitu pertemuan antara tubuh pelaku dengan gerak dan vokal yang ditujukan untuk berkomunikasi dengan penonton.
Konsep yang diusung oleh Grotowski ini dikenal sebagai “Teater Miskin” (Poor Theatre). Grotowski lebih mengembalikan “segalanya” pada kekuatan seorang aktor, ketimbang "kekuatan" sutradara. Oleh Teater Petass, hal ini di anggap sebagai sebuah lecutan. Agar tidak "manja" untuk membuat sebuah pertunjukan "mewah" dengan balutan lighting, tata panggung dan lain-lain. Teater itu aktor!
Kembali lagi, tentu untuk mengalahkan kemewahan itu, Teater miskin harus mengandalkan kekuatan dari aktor-aktornya. Hal ini dianggap dapat terus berkembang seiring waktu berjalan, hal yang dinamakan proses.
Ini salah satu dasar ekperimental yang akan secara kontinyu dibawakan Teater Petass, salah satu teater "miskin" di Bengkulu.
www.teaterpetass.com